/* salju turun */ adnan

Thursday, February 26, 2009

Pindah Alamat

Bagi semua saja yang entah secara senaja atau tidak sengaja berkunjung ke halaman ini dengan sangat bahagia saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Hanya saja dengan berbagai pertimbangan maka untuk selanjutnya artikel dari saya tidak diposting di sini lagi tetapi pindah ke alamat :

http://adnananwar.net

Semoga bisa tetap menjalin silaturahim dan sharing ilmu demi kemajuan bangsa dan negara.....

Terima kasih.....

Saturday, January 24, 2009

Ikhlas, Sulit Juga, Ya!

Masih ingatkah pada sebuah film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar? Tentang perjuangan seorang anak manusia yang belum mengenal Islam sama sekali pada awalnya untuk mendapatkan gadis yang dicintainya hingga ia menjadi manusia yang sadar akan keislamannya. Jika ingin mendapatkan anak gadisnya, sang bapak mensyaratkan tiga hal pada sang pemuda. Kedua syarat yang pertama dipenuhi dengan baik. Tetapi syarat yang ketiga membuat sang pemuda bingung dan hamper putus asa. Apakah syarat ketiga itu, hingga begitu sulitnya dipenuhi? Yup, betul ialah sang pemuda diminta untuk menguasai apa yang dinamakan “IKHLAS”. Dan apakah judul dari film itu? Yup, betul. Ialah Kiamat Sudah Dekat.

Tidak terlalu penting tentang judulnya tetapi hikmah apa yang dapat kita ambil dari film tersebut. Bahwa memang yang namanya ikhlas itu adalah hal yang sangat mulia. Allah memberikan pahala yang sangat besar kepada orang yang mampu menerapkan ilmu ikhlas di setiap sendi kehidupannya. Sehingga saking besar pahalanya maka sebanding juga dengan jalan untuk memperolehnya. Bukan hal yang mudah, semudah membalik telapak, tangan, untuk menerapkan ikhlas. Mengatakannya mungkin jauh lebih mudah.

Artinya, setiap orang pasti sudah tahu. Mungkin ada beberapa orang yang mengidentikkan kata ikhlas dengan kata pengorbanan. Bagaimana tidak? Hampir setiap keihlasan itu mengandung unsur pengorbanan, entah itu pengorbanan yang bersifat materi ataupun pengorbanan yang bersifat psikis. Contoh seorang manusia yang dengan ikhlas memberikan sejumlah uang kepada orang miskin yang sedang meminta-minta. Maka ia sudah berkorban sejumlah uang yang diberikannya. Atau seperti dalam film yang disebutkan di awal, seorang pemuda yang dengan ikhlas merelakan gadis yang dicintainya dijodohkan dengan pemuda lain karena ia tahu pemuda tersebut lebih baik darinya, maka sebenarnya ia telah berkorban dengan perasaannya.

Tetapi sebenarnya, ketika ikhlas itu sudah melekat di relung hatinya maka tidak ada kata pengorbanan lagi. Jika masih ada rasa berkorban maka keikhlasannya belumlah 100%. Walaupun memang saya rasa tidak ada yang mampu berbuat ikhlas sebesar 100%, sulit….sangat sulit. Tapi setidaknya kita berusaha untuk memperbesar efisiensi keihlasan di setiap tindakan yang kita lakukan. Sepertinya memang rugi, jika kita berfikir pendek. Tetapi sebenarnya ikhlas itu adalah sebuah investasi di masa depan atau bahkan di kehidupan mendatang. Bagaimana tidak? Setiap keihlasan yang kita lakukan, tabungan pahala kita akan bertambah yang berarti bobotnya dalam timbangan amal baik dan dosa juga akan semakin bertambah. Dan sebenarnya setiap kita berbuat hal yang baik, maka sesuatu yang baik akan dating kepada kita, tetapi entah waktunya kapan.

Thursday, January 8, 2009

Kesenangan

Banyak hal di dunia ini yang dapat membuat kita menjadi senang. Tetapi setiap orang memiliki kesenangannya sendiri-sendiri. Antara satu dengan yang lain bisa berbeda bahkan bisa jadi bertolak belakang. Missal ada yang senang belajar, baginya belajar adalah suatu hiburang yang menyenangkan tetapi di lain pihak ada juga yang sangat tidak menyukai belajar, baginya belajar adalah siksaan yang sangat berat. Yah, namanya juga manusia. Bukan manusia namanya jika tidak bersifat dinamis.


Suatu saat sesuatu bisa sangat menyenangkan tetapi di lain waktu hal tersebut menjadi tidak menyenangkan lagi. Artinya kesenangan sangat tergantung pada waktu, atau kalo dalam dunia signal processing disebut dengan time invariant. Contoh, saya sangat suka membaca. Hamper tiap hari membaca, entah itu berupa buku, majalah, koran, atau cumin selebaran. Tetapi ada suatu saat di mana hobi saya membaca itu mengalami kejenuhan. Baru satu halaman saja sudah bosan. Tetapi kala lain sangat menyenangkan proses membaca, hingga satu buku 400-an halaman bisa selesai dalam satu hari.


Tidak hanya waktu, kesenangan juga sangat tergantung pada situasi dan kondisi. Missal saat sedang bersedih maka kemungkinan segalanya menjadi tidak menyenangkan. Tetapi jika sedang mendapat anugrah maka segalanya menjadi menyenangkan. Di sini juga berarti keberadaan seseorang untuk melakukannya. Missal bermain game computer tidak akan lebih menyenangkan daripada banyak orang yang ikut bermain. Sepakbola tidak akan menyenangkan jika dimainkan sendiri, dan lain sebagainya.


Hal yang kadang membuat saya bertanya adalah, di mana sebenarnya kesenangan itu berada? Hatikah atau pikirankah? Banyak orang menjawab di hati, karena sesuai dengan kalimat :”Hatiku sedang senang.” Jarang ada yang bilang :”Pikiranku sedang senang.” Karena memang senang itu adalah sebuah rasa dan rasa itu sumbernya di hati. Nha, pertanyaan selanjutnya adalah yang dimaksud dengan hati itu apa? Maksud saya apakah hati yang dimaksud itu adalah hati secara fisik yang ada di dalam rongga perut kita? Tapi bukankah ia hanyalah seonggok daging yang fungsinya menawarkan racun yang terkandung dalam makanan dan tak ada hubungannya dengan perasaan? Tapi namanya memang hati. Ya, sudahlah. Tidak usah dipikirkan mendalam daripada bikin pusing.


Kesenangan adalah anugrah yang diberikan Allah kepada kita agar termotivasi untuk memanjangkan umurnya serta berusaha meraih yang terbaik dalam hidupnya. Hanya saja, jangan sampai kita diperbudak oleh kesenangan. Karena bisa jadi kesenangan tersebut hanya bersifat sementara dan ada kesenangan yang bersifat abadi alias tak ada habisnya. Bolehlah kita merelakan kesenangan sesaat tersebut pergi tetapi hal itu demi mencapai kesenangan yang lebih besar dan abadi.

Wednesday, January 7, 2009

Tentang Cinta Lagi

Entah mengapa, beberapa hari ini saya sering berfikir tentang cinta. Mencoba untuk merumuskan seluk beluk tentangnya. Apa saya sedang jatuh cinta? Ah, tidak perlu dipertanyakan, kawan. Biarlah itu menjadi rahasia pribadi dan hanya Allah yang tahu. Yang penting, beberapa gagasan yang muncul dikarenakan kondisi itu bisa dicurahkan dalam bentuk tulisan-tulisan saya dan menjadi konsumsi public untuk diambil manfaatnya.Justify Full

OK. Satu hal yang pasti, cinta memiliki dua akibat terhadap psikologi orang yang yang mengalaminya. Dan keduanya hanya bisa muncul salah satu dalam satu waktu, tidak bisa berbarengan karena memang keduanya berkebalikan. Yang pertama, adalah akibat yang negative. Tidak sedikit orang yang bisa mengelola perasaan cinta sedemikian hingga bisa memberikan semangat hidup serta menunjang kesuksesan demi kesuksesan padanya. Saya katakana bahwa orang tersebut mampu memanfaatkan energy potensial yang ditimbulkan oleh perasaan cinta.


Menurut saya sendiri, sifat dasar cinta adalah sesuatu yang positif sehingga jika dikelola dengan alur yang benar maka akan membuat sesuatu yang positif juga. Ia adalah orang yang bisa memanfaatkan sifat positif cinta tidak hanya tertutup pada orang yang dicintainya tetapi meluas ke semua aspek kehidupannya. Karena ada juga orang yang ketika punya perasaan ini maka semua tertuju pada orang yang dicintai. Akhirnya menfaat yang diperoleh juga hanya sebatas ia dan orang yang dicintai. Beruntunglah orang yang mampu mengubah energy cinta menjadi energy-energi lain untuk menunjang kebahagiaan hidupnya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.


Sebaliknya ketika cinta tidak dikelola dengan baik, maka hal-hal negative saja yang akan muncul. Hal ini bisa terjadi jika perasaan cinta yang kemudian diarahkan pada sesuatu yang bersifat fisik. Missal cinta yang membuat pelakunya justru terganggu konsentrasinya, munculnya rasa cemburu yang berlebihan, bahkan mungkin rasa ingin memiliki seutuhnya. Seperti kata beberapa lirik lagu dan puisi bahwa cinta itu tidak harus memiliki.


Maka sebaiknya, ketika rasa itu dating maka sesungguhnya ia adalah sebuah energy yang harus kita kelola. Sesuai dengan hokum kekekalan energy bahwa ia tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan tetapi dapat diubah bentuknya. Kita bisa mengubah energy cinta menjadi berbagai macam energy yang membuat hidup kita lebih bermakna. Seperti mengubahnya menjadi energy semangat, energy pantang putus asa, energy kasih saying, dan masih banyak lagi. Semakin kita bisa mengelolanya maka semakin positif dampaknya.

YOSH!!!! Kita sama-sama belajar untuk mengelola sesutau yang disebut “CINTA”

Tuesday, January 6, 2009

Ketiduran

Pernahkah anda mengalami satu peristiwa yang disebut dengan ketiduran? Pasti pernah dong….. Ketiduran dapat diartikan sebagai tidur yang tidak disengaja atau dengan kata lain pada awalnya kita tidak merencanakan untuk tidur tetapi secara tidak sengaja kita terlelap dalam dunia mimpi tersebut. Kebanyakan hal ini dikarenakan kondisi badan yang sudah sangat lelah dan ingin segera minta untuk diistirahatkan.

Ada beberapa hal negative yang terjadi ketika seseorang ketiduran. Ada yang ketiduran tetapi pada tempat yang tidak seharusnya. Wah, yang ini bisa berakibat fatal. Contohnya saja adalah ketiduran ketika berada di ruang kuliah. Saya pernah punya pengalaman yang demikian, tetapi bukan saya yang ketiduran. Pada saat kuliah sedang berlangsung, salah satu teman saya ketiduran di kelas. Malangnya, dosen melihat sang mahasiswa dan langsung berkata,”Mas, kalo mau tidur di rumah saja. Silakan sekarang anda pulang!” Kontan, semua mahasiswa yang sedang menghadiri perkuliahan diam sementara sang mahasiswa ngeloyor keluar.

Kasus kedua adalah ketiduran pada posisi yang tidak tepat. Akibatnya pun bisa fatal. Masih sama dengan cerita di atas, mahasiswa tersebut ketiduran pada posisi yang sangat mudah dikenali bahwa ia sedang ketiduran sehingga dosen langsung tahu. Bagaimana tidak? Ia duduk di kursi, kepala menghadap ke atas dan mulut terbuka lebar. Sudah pasti ketahuanlah. Nha, pada posisi yang demikian juga bisa mengundang teman yang lain untuk mengerjainya. Missal dengan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Nha, kalo yang dimasukin sambal kan bisa kaget setengah mati. Belum lagi kalo kejadian itu ddokumentasikan. Biasa, mahasiswa kan sukanya usil-usilan kayak gitu.

Nha, kasus yang terakhir adalah ketiduran pada waktu yang tidak tepat. Hal demikian juga bisa sangat fatal akibatnya. Apalagi bagi kita-kita yang suka menunda-nunda pekerjaan. Tugas mata kuliah misalnya, tidak akan dikerjaan sebelum malam pengumpulan. Sayangnya tidak jarang pada malam harinya, karena kecapekan maka ketiduran sampe pagi. Akhirnya pagi hari gelagapan karena belum mengerjakan tugas. Wah, solusinya langsung mandi dan berangkat paling awal ke kampus, berharap begitu ada teman yang dating langsung pinjam tugas untuk disalin. Beruntung jika tugasnya hanya mengerjakan soal. Nha kalo tugasnya membuat paper atau simulasi yang harus mengunakan computer, kan tidak bisa disalin begitu saja.

Sebenarnya kita bisa mengurangi kebiasaan ketiduran tersebut. Seperti kata pepatah, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Kalo mau saya tambahkan, mencegah itu lebih murah daripada mengobati. Perencanaan yang baik serta focus dalam mengerjakan sesuatu akan sangat membantu dalam mengurangi kebiasaan ini. Jika kita memang sedang bekerja atau belajar maka fokuslah dalam mengerjakannya tetapi ketika kita sedang istirahat maka focus juga untuk mengistirahatkan, baik badan maupun mental. Dengan demikian masing-masing akan memberikan hasil yang optimal dan keduany tidak tercampur satu sama lain. Untuk kasus yang terakhir, jangan menunda-nunda pekerjaan. Begitu tugas diberikan, langsung kerjakan dengan kesungguhan hati…!!!
Yosh!!!!!!

Sunday, January 4, 2009

Keluarga

Masih ingat sebuah sinetron zaman dahulu yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televise swasta di Indonesia berjudul “Keluarga Cemara”. Pada saat pembukaan di tayangkan sebuah adegan dengan sound track yang kalo ga salah bunyinya begini :

Harta yang paling berharga adalah keluarga…..
Istana yang paling indah adalah keluarga….

Begitu pentingnya keluarga hingga melebihi apapun yang ada di dunia ini. Keluarga, adalah lingkungan pertama yang kita singgahi sebelum ke lingkungan masyarakat yang lebih luas. Di sanalah kita belajar tentang bagaimana membedakan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Di sana juga pertama kali kita mendapatkan curahan kasih saying dari orang tua kita ataupun kakak-kakak kita. Di sana juga kita belajar bagaimana memberikan kasih saying kepada orang yang kita sayangi.

Di dalam keluarga terdapat manusia-manusia yang paling saying kepada kita. Siapa lagi yang lebih besar kasih sayangnya daripada orang tua kita? Cinta mereka suci, murni, tidak mengharap apapun selain anaknya meraih kesuksesan. Apapun yang mereka lakukan adalah atas dasar kasing saying mereka yang ditujukan untuk kebaikan anaknya(meskipun kadang dilakukan dengan cara yang kurang benar). Dari mereka kita mendapatkan contoh bagaimana menjadi manusia sejati.

Kakak atau adik adalah teman kita paling baik. Memang, kadang terjadi pertengkaran yang membuat kita jengkel. Tetapi jika kita berfikir lagi, pertengkaran tersebut paling hanya terjadi satu hari saja, hari berikutnya sudah baikan lagi. Hal itu karena tertanamnya kasih saying yang besar dalam diri masing-masing. Adanya sebuah ikatan yang tidak dapat diputus oleh apapun kecuali kematian. Sering kita mendengar kata “mantan istri”, “mantan pejabat”, ”mantan polisi” dan lain sebagainya tetapi tidak akan pernah kita dengan “mantan kakak”, “mantan ibu”, “mantan anak”, “mantan adik”, “ ataupun “ mantan ayah.”

Keluarga, yang selalu mengerti di kala kita sedang sedih ataupun senang. Mereka, yang selalu dapat diandalkan pada situasi apapun. Jika kita kumpulkan seluruh harta yang ada di dunia ini untuk membalas kebaikan yang mereka berikan maka pastinya tidak akan cukup. Karena kebaikan tidak dapat diukur dengan harta duniawi. Ia hanya dapat dirasakan dan diresapi lalu kita mencontohnya sehingga semakin bertaburlah kebaikan di dunia ini.

Kadang kita terlalu pendek berfikir untuk menghakimi keluarga ketika mereka berbuat kesalahan. Keluarga juga manusia, tempatnya khilaf dan lupa. Kedekatan kita kepada mereka seharusnya membuat kita berfikir lebih panjang untuk menyalahkan mereka. Barangkali hal itu hanyalah salah paham yang bisa diselesaikan dengan keterbukaan dari masing-masing. Pola berfikir yang berbeda seharusnya membuat kita lebih dewasa dalam menghadapi segala macam permasalahan. Dahulu, sewaktu kecil sangat mengerti dan memaklumi apapun kesalahan yang kita lakukan maka ketika kita sudah dewasa dan mengerti tentang kesabaran maka sudah sepantasnya gentian kita yang mengerti dan memaklumi mereka.

Monday, November 24, 2008

Curhat

Pernah dengar kata curhat? Pernah dong…. Apalagi bagi kita-kita yang masih remaja maka kata “curhat” tidak akan lepas dari lika-liku perjalanan hidupnya. Jika kita cermati lagi lebih teliti maka memang kata curhat hanya ditujukan untuk remaja saja. Jarang ada anak kecil atau orang yang sudah dewasa dikatakan curhat. Meskipun sebenarnya kaidah pakteknya sama. Lalu, apa sih sebenarnya curhat itu? Seberapa penting bagi remaja? Yuk, kita ulas satu persatu.

Curhat merupakan singatan dari curahan perasaan. Sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengemukakan permasalahan yang sedang dialaminya kepada orang yang dianggapnya dekat. Proses ini biasanya hanya dilakukan oleh satu orang yang mau curhat dan satu orang yang mendengarkan curhat dari orang pertama. Harapannya dengan mengemukakan permasalahan, setidaknya beban dari permasalahan tersebut berkurang. Lebih jauh lagi bisa menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.

Saya sendiri masih agak bingung tetapi selama ini saya mendapat kesan bahwa curhat hanya ditujukan untuk curahan perasaan yang bersifat menyedihkan. Missal, hasil ujian keluar jelek, tidak lulus interview, diputus pacarnya, atau sedang ada masalah dengan pacarnya, dan lain sebagainya. Apakah mengemukakan perasaan yang menggembirakan juga termasuk dalam kata “curhat”? Ah, itukan urusannya ahli bahasa.

Berdasarkan pengamalan saya sendiri, mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi memberikan efek positif bagi psikis kita. Entah bagaimana cara kerjanya, yang jelas yang tadinya pikiran kalut, bingung, gelisah, dan perasaan-perasaan negative lainnya menggelayut di dalam diri menjadi hilang entah ke mana. Seolah permasalahan tersebut sudah terpecahkan. Padahal hanya berbicara pada orang yang kita percaya saja.

Tetapi tidak semua curhat membawa efek positif. Jika yang kita curhati adalah orang yang tidak terlalu bijak, bisa saja ia justru malah “mengompori” atau memprovokasi kita untuk berbuat hal yang tidak baik. Bahkan ada juga yang justru mengejek orang yang sedang curhat. Ia bilang pengecutlah, cengenglah, kurang tegarlah, dan lain sebagainya. Kata-kata seperti itu sebenarnya kurang pantas diucapkan kepada orang yang sedang(menurut saya). Karena bagaimanapun juga tidak semua masalah dapat diselesaikan sendiri. Ibarat air yang dibendung maka tekananny akan sebakin kuat, jika tidak segera dicari jalur keluarnya maka bisa jadi akan jebol.

Maka jika punya masalah jangan malu-malu untuk bercerita kepada orang lain. Tetapi jangan lupa, jangan sembarangan menceritakan masalah kepada orang yang benar-benar dapat dipercaya. Jangan sampai permasalahan kita justru menjadi konsumsi umum karena dibeberkan oleh orang yang kita curahti tadi. Yang paling baik adalah curhatlah kepada orang tua karena seburuk-buruk orang tua tidak akan mempermalukan anaknya di depan umum.

Monday, November 10, 2008

Berbicara

Kita diciptakan olaeh Allah SWT dalam keadaan yang sangat baik. Segalanya telah disediakan untuk menunjang kebutuhan kehidupan kita. Salah satu hal yang harus kita syukuri adalah kemampuan kita untuk berbicara. Berbeda dengan makhluk lainnya, bicara yang dilakukan oleh manusia memiliki keunikan tersendiri. Karena dan bicara manusia terdapat bahasa yang mentranfer suatu informasi dari satu orang kepada orang lainnya.

Maka secara fitrah manusia memang harus berbicara sehingga mungkin dapat saya katakana di sini bahwa bicara adalah satu kebutuhan bagi manusia. Yang namanya kebutuhan, jika tidak dipenuhi maka akan muncul perasaan yang tidak nyaman di dalam hati. Kadang perasaan itu sangat dominan dan membuat segalanya menjadi tidak menyenangkan.

Sebagai contoh saja ketika kita berada dalam suatu forum diskusi. Di mana setiap peserta diskusi memiliki hak yang sama untuk berbicara. Jika kita aktif dalam mengemukakan ide kita maka di akhir diskusi akan terasa puasnya. Sebuah rasa yang sangat nyaman untuk kita rasakan dan motivasi untuk melakukannya lagi di lain waktu. Sebaliknya, jika kita hanya diam saja maka kemungkinan besar proses diskusi itu akan terasa membosankan dan membuat kita gerah. Akhirnya kita enggan untuk melakukannya lagi di lain waktu.

Selain itu, dengan berbicara berarti kita berlatih untuk mengemukakan ide dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah kita sampaikan. Tidak semua orang mampu mengemukakan ide melalui bahasa lisan. Ada yang mengatakan bahwa percuma kita memiliki kepintaran yang lebih daripada orang lain sementara kita tidak mampu mengemukakan ide kita tersebut kepada orang lain melalui diskusi. Mungkin ada benarnya juga. Karena kepintaran yang hanya bisa dinikmati sendiri tidak akan memberikan manfaat kepada orang lain. Sementara orang yang paling mulia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Yang penting adalah kita harus bisa menyesuaikan diri kapan kita harus berbicara dan kapan harus diam. Banyak bicara sepertinya tidak terlalu baik, sementara diam saja juga tidak terlalu baik. Mulut ibarat pedang yang bermata dua. Ia bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada orang lain tetapi jika kita salah mengeluarkan kata-kata dan menyinggung perasaan orang lain maka ia bisa lebih tajam dari senjata tajam apapun.

Dengan berbicara yang baik berarti kita akan mudah berkomunikasi dengan orang lain. Semakin banyak beromunikasi maka semakin banyak pula orang yang akan senang berbicara dengan kita. Akhirnya semakin banyak pula teman yang kita miliki. Semakin banyak teman maka semakin banyak doa yang diberikan kepada kita, semakin mudah juga kita ketika membutuhkan pertolongan mereka. Maka berlatihlah untuk berbicara yang baik. Pelajari bagaimana kita dapat mengeluarkan kalimat-kalimat dari mulut kita tanpa menyinggung perasaan orang lain. Kalaupun suatu saat kita salah mengeleuarkan kata-kata maka kita bisa mengambil hikmahnya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Monday, November 3, 2008

Mati Listrik

Saat ini listrik tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hamper setiap peralatan yang digunakan manusia untuk mempermudah urusannya membutuhkan tenaga listrik. Ambil saja contoh, memasak, mencuci, membaca, mengetik, dan lain sebagainya. Semuanya membutuhkan listrik. Sehingga mungkin saat ini listrik bisa dikategorikan sebagai kebutuhan tingkat pertama atau primer.

Sebegitu pentingnya listrik sehingga ketika suatu saat listrik mati, karena suatu hal, maka segala urusan yang tadinya gampang menjadi begitu rumit. Apalagi listrik mati pada malam hari. Suasana menjadi sangat tidak menyenangkan, gelap, pengap, mau melakukan kegiatan juga menjadi malas. Apalagi untuk saat ini, mati listrik lebih sering terjadi karena adanya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN.

Sebenarnya kita bisa memanage diri kita sendiri supaya ketika terjadi mati listrik, suasana tetap menyenangkan dan nyaman. Kadang saya berfikir bahwa mati listrik adalah cara Allah untuk mengingatkan kita supaya selalu mengingat alam yang sebenarnya. Alam yang masih asli belum terjamah campur tangan manusia. Bukankah ketika mati listrik, bintang-bintang di langit kelihatan lebih jelas dan indah. Suasana yang terbangun juga lebih hening dan khusu’. Dengan demikian kita akan lebih bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat yang diberikan kepada kita.

Masih ingat kata-kata bapak saya ketika suatu saat mati listrik di rumah. Beliau mengatakan,”Dulu aja nggak pake listrik bisa hidup dan nyaman-nyaman saja kok, mengapa sekarang ketika mati litsrik harus ribut?” Memang ada benarnya juga sih. Yang jelas kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghidupkan listrik yang mati karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab PLN. Kita hanya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri kita sendiri khususnya dan untuk orang-orang di sekitar kita pada umumnya. Daripada cuman menggerutu dan mengumpat. Atau jika tidak bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat lebih baik tidur.

Sebagai manusia yang memiliki akal, tentu kita harus bisa menyesuaikan diri dengan berbagai macam keadaan yang akan selalu berubah. Dengan keadaan yang tanpa listrik pun seharusnya kita bisa menyesuaikan diri meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa dengan keadaan tersebut mau tidak mau pasti produktivitas kita akan menurun. Nha, seberapa besar penurunan tersebut sangat tergantung pada diri kita sendiri. Bukankah segala hal yang ada di dalam diri kita merupakan kuasa kita sendiri untuk mengaturnya?

Sebaik-baik orang adalah yang tidak hanya bisa menyalahkan ketika berada pada suatu keadaan yang kurang mendudukung. Mengapa kita harus menggerutu, menghakimi, menghina, dan memaki pihak lain sementara belum tentu ia yang bersalah. Bagaimanapun juga mati listrik tidak bisa kita hindari dari kehidupan kita. Ia adalah ciptaan manusia yang pasti ada kekurangan dan kelemahan yang harus kita maklumi.

Wednesday, October 29, 2008

Pertemuan

Begitu banyak makhluk di dunia ini yang diciptakan oleh-Nya, membuat kita selalu bertemu satu sama lain. Di antara sekian banyak pertemuan yang kita alami tentu memiliki porsi yang berbeda-beda di dalam hati kita. Ada yang sangat berkesan sehingga tak akan pernah lupa meski sudah terjadi sangat lama tetapi ada juga yang biasa-biasa saja sehingga segera lupa ditelan waktu. Apa yang menyebabkan pertemuan menjadi berkesan atau biasa-biasa saja?

Ada beberapa hal yang bisa saya ungkapkan di sini bahwa pertemuan yang berkesan terjadi ketika kita menemui seseorang dan mendapatkan manfaat dari pertemuan itu. Sebagai contoh, misalnya kita bertemu dengan seorang yang sangat pintar sehingga dari pertemuan tersebut kita mendapatkan ilmu yang tak terbilang banyaknya. Atau misalnya kita bertemu dengan seorang yang kita kasihi sehingga dari pertemuan tersebut memberikan ketenangan kepada hati kita.

Sebenarnya kita bisa mengatur supaya setiap pertemuan yang kita lalui, dengan siapa saja, di mana saja, pada waktu kapan saja, menjadi sangat berkesan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mempersiapkan apa saja yang kita butuhkan dari seseorang sehingga pada saat bertemu, kita segera dapat memfokuskan pembicaraan pada keperluan kita. Seperti seorang mahasiswa yang ingin bertemu dengan dosen pembimbingnya untuk berkonsultasi maka alangkah baiknya ia mempersiapkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih membingungkan baginya serta modal pengetahuan dari apa yang sedang dikerjakannya. Tanpa kedua hal itu, bisa jadi dosen pembimbingnya marah-marah dan akhirnya pertemuan tersebut malah memberikan rasa sakit hati pada sang mahasiswa.

Kadang kita dihadapkan pada pertemuan yang tidak diduga-duga. Bukankah Allah memiliki scenario kehidupan yang serba ada kejutan-kejutan? Kita bertemu dengan seseorang yang sebelumnya tidak kita rencanakan. Nha, tentu dalam kasus ini kita tidak dapat mempersiapkan jalannya pertemuan tersebut dong? Jika kita sudah terbiasa mempersiapkan diri maka dalam kondisi yang mendadak pun kta akan terbiasa, yang penting tetap bersikap tenang dan kendalikan diri(akal dan emosi).

Semua orang pasti menginginkan pertemuan yang menyenangkan dan berkesan. Maka yang bisa membuat hal itu terjadi tidak lain dan tidak bukan adalah diri kita sendiri. Kadang kita terlalu emosi sehingga pada saat lawan bicara kita bersikap yang kurang berkenan di hati, emosi langsung naik dan menguasai setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Akhirnya, terjadi salah paham dan saling memarahi, saling memaki, dan saling menghina satu sama lain pun tak dapat dihindarkan. Pulang-pulang adanya hanya menggerutu dan mengumpat. Kita juga yang merasakan ketidakenakannya.

Maka dari itu, yuk kita bangun setiap pertemuan yang kita alami berjalan menyenangkan dan berkesan. Selain membuat kita tambah semangat untuk melakukan pertemuan berikutnya, kita juga mendapatkan manfaat yang tidak akan didapatkan pada kesempatan-kesemapatan lain. Jangan sampai pertemuan yang seharusnya demikian baik berubah menjadi keburukan hanya karena salah paham dan ketidak sabaran pada diri kita. Saying, sungguh sangat disayangkan.

Yosh……..!!!!!!!