/* salju turun */ adnan: May 2007

Tuesday, May 22, 2007

Benar Tidak Selalu Benar

Pernahkah kita bertengkar dengan seseorang? Atau minimal beda pendapat ajalah dengan orang lain? Pasti pernah. Nha, biasanya dalam kondisi seperti itu ego yang kita miliki keluar dan mendominasi sebagian besar ruang otak kita. Akibatnya kita menjadi seolah-olah tidak mau disalahkan, tidak mau dikritik, dan tidak mau menerima pendapat orang lain dan akhirnya kitalah yang paling benar.

Tetapi ngomong-ngomong soal benar, sebenarnya yang bagaimana sih yang dikatakan benar? Bagaimana suatu tindakan atau perkataan atau benda atau apapun juga dapat dikatakan benar. OK, masalah ini akan kita persempit saja mengenai perkataan yang benar. Mari kita ulas bersama-sama.

Menurutku suatu perkataan dikatakan benar jika memenuhi dua syarat kebenaran

  • Dari segi isinya memang benar
Misalnya kita ingin menasehati seorang anak yang mencuri "Kamu jangan suka mencuri!" Maka dari segi isinya sudah benar. Lain halnya jika kita bilang "Kalo mau mencuri yang banyak sekalian, toh sama-sama dosanya!" Jelas sekali dari isinya saja sudah tidak benar. Betul???

  • Cara penyampaiannya benar
Nha, ini juga penting. Percuma kita menyampaian sesuatu yang benar (isinya) tetapi salah dalam penyampaiannya. Menurutku hal itu tidak bisa dikatakan benar dalam arti yang sesungguhnya. Contohnya saja, kita ingin menyampaikan bahwa mencuri itu tidak baik. Dari isinya memang sudah benar tetapi jika kita menyampaikan dengan kasar dan arogan
maka tidak bisa dikatakan bahwa tindakan itu benar.

Banyak orang yang karena merasa bahwa apa yang disampaikannya benar maka ia tidak peduli cara menyampaiakannya. Aku pikir hal itu percuma, justru mungkin akan menyakiti perasaan orang yang ingin kita beri informasi. Maka dari itu, sampaiakanlah sesuatu yang benar dengan cara yang benar pula. Jangan sampai sesuatu yang benar tidak bisa diterima oleh orang lain hanya karena cara penyamapaiannya yang tidak benar.

Sunday, May 20, 2007

Tak Semua Musibah Merugikan

Pernahkan anda mengalami yang namanya musibah?
So pasti pernah dong..... Tapi kemarin aku mengalami musibah yang sangat aneh atau malah mungkin tidak bisa disebut musibah.

Beberapa waktu lalu aku mengalami kecelakaan. Aku sih tidak apa-apa tapi motorku mengalami perubahan. Ban depannya menjadi agak serong ke kiri. Aku sih tidak terlalu peduli dengan hal itu, toh motorku masih tetep bisa jalan. Lagian aku belum punya waktu tuk ke bengkel benerin ban yang agak serong tersebut.

Nha, kisah pun berlanjut. Sehabis mengerjakan tugas di rumah temen aku segera memutar motor tuk pulang. Eee....dasar nasib, ada motor lain dari arah kiri dengan kecepatan sedang, melintas cepat di depanku. Kontan saja ia menyenggol ban depan motorku. Kupikir aku lagi sial minggu ini, dua kali srempetan dengan orang. Tanpa menunggu waktu aku pun minta maaf pada orang tadi dan ia pun minta maaf kepadaku. Permasalahan pun selesai.

Kulanjutkan perjalanan pulang. Di jalan sempat aku menengok ban depanku, jangan-jangan tambah parah. Aku kaget, benar-benar kaget karena bukannya tambah parah, justru menjadi lurus seperti sedia kala. Kucabut perkataanku tadi yang mengatakan bahwa aku lagi sial minggu ini. Aku bersyukur saja karena tanpa ke bengkel motorku sudah sembuh sendiri. Aku bayangin aja kalo ke bengkel paling ditarik Rp 30.000,00. Nha, ini malah gratis.

Kesimpulanku adalah tidak semua musibah itu merugikan. Pasti ada hal lain yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita entah apa itu. Kita hanya harus bersabar untuk mengetahui maksud dari musibah itu. Untung saja waktu itu aku tidak langsung marah-marah karena aku pasti malu sekali pada diriku sendiri.

Monday, May 14, 2007

Tembakan Peringatan, Berbahayakah?

Kita tentu sering lihat di televisi, jika seorang polisi sedang mengejar penjahat maka ia tidak akan langsung menembaknya tetapi ia memberi tembakan peringatan terlebih dahulu yaitu dengan menembakkan peluru ke atas. Nha, aku terbayang kira-kira ke manakan peluru tersebut akan menjatuhkan dirinya? Pertanyaan selanjutnya adalah, jika ternyata peluru yang besarnya tidak seberapa tersebut mengenai kepala orang, apakah akan membahayakan orang itu ?

Aku punya sedikit pembahasan mengenai hal tersebut. Kita semua tahu bahwa setiap benda yang berada di dalam lingkaran atmosfir bumi pasti terkena yang namanya percepatan gravitasi. Artinya, jika benda dijatuhkan dari atas, maka ia akan mendapatkan percepatan konstan yang kalo tidak salah besarnya 9,8 meter per sekon kuadarat atau dibulatkan menjadi 10 meter per sekon kuadrat.

Apa makna dari angka tersebut? Setiap selang waktu 1 sekon, kecepatan dari benda tersebut (apapun bendanya yang jatuh ke bawah) akan bertambah sebesar 10 m/s. Bayangin aja jika kita menjatuhkan roti dari puncak monas(kecepatan awal = 0 m/s). Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke bawah misalnya 5 sekon. Maka kecepatan pada waktu sampai di tanah adalah 50m/s atau sama dengan 180 km/jam. Wow, luar biasa.....

OK. Kembali lagi ke permasalahan peluru nyasar tadi. Kira-kira, tembakan peluru tadi mempunyai puncak ketinggian yang cukup besar. Tentu waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tanah (dari puncak ketinggian tadi) juga cukup banyak. Dengan anggapan waktunya 5 sekon seperti pada contoh sebelumnya maka peluru akan sampai di tanah dengan kecepatan 180 km/jam. Menurutku, peluru besi dengan kecepatan seperti itu akan sangat berbahaya jika mengenai kepala orang.

Permasalahannya adalah, aku masih ragu dengan pemikiran di atas. Sepertinya ada hal yang kurang dalam pembahasan tersebut. Buktinya tidak ada satu kasus pun mengenai tembakan peringatan yang bisa membahayakan orang. Mungkin yang baca artikel ini bisa memberikan pendapatnya.

Wednesday, May 9, 2007

Pengorbanan dan Kesuksesan

Sepertinya judul di atas tidak terlalu menarik tetapi aku ingin menulis saja tentang dua hal di atas. Sadar atau tidak, kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain artinya di mana ada kesuksesan pasti ada pengorbanan. Kok bisa begitu? Mari kita mulai pembahasannya.

Pernah ga kita melakukan yang namanya pengorbanan? Pasti pernah dong.... Bahkan kita tidak sadar bahwa sebenarnya tindakan yang kita lakukan adalah sebuah pengorbanan. Kalo kita pikirkan sekali lagi sebenarnya pengorbanan itu suatu hal yang baik atau buruk sih? Tentu hal itu akan sangat tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya.

Yang jelas, menurutku pengorbanan bisa kita nilai hal yang buruk ketika tidak ada tujuannya. Betapa banyak orang berkorban demi sesuatu yang tidak sebanding dengan besarnya pengorbanan tersebut. Tentu kita harus memikirkan betul apa dan bagaimana serta akibatnya dari pengorbanan yang akan kita lakukan. Misalnya saja, kita rela lembur bermalam-malam untuk mengerjakan laporan praktikum untuk mendapatkan nilai yang baik. Tentu hal itu pantas untuk dilakukan.

OK. Aku pengin menghubungkan pengorbanan tersebut dengan kesuksesan. Kesuksesan ternyata bukan hal yang gratis, ada suatu hal yang harus dibayar untuk mendapatkannya, yaitu pengorbanan. So, jika kita ingin mendapatkan kesuksesan maka kita harus menemukan dulu apa yang harus dibayarkan untuk mendapatkannya. Bukan hal yang sulit sih sebenarnya tetapi membutuhkan komitment serta disiplin yang tinggi untuk melaksanakannya.

Contoh, jika kita ingin mendapat nilai yang baik pada salah satu mata kuliah yang kita ikuti. Bukan hal yang rumit untuk menemukan apa yang harus kita bayar untuk mendapatkan kesuksesan tersebut, yaitu belajar yang giat. Pelaksanaannya? Itu yang mungkin bagi sebagian orang sulit.

Pengorbanan memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan kesuksesan, artinya semakin besar kesuksesan yang kita inginkan maka semakin besar pula pengorbanan yang harus kita berikan. So, apa sih kesuksesan paling besar di dunia ini? Tak semua orang menyadarinya. Hal itu yang mungkin kemudian membuat beberapa orang terkesan hidupnya tanpa arah.

Kita harus mulai memikirkannya, supaya kita bisa menentukan besarnya pengorbanan yang harus diberikan. Seperti kata pepatah "Hidup yang bermakna adalah hidup yang terencana." Terencana maksudnya adalah kita tahu bahwa setiap hal yang kita lakukan adalah untuk mencapai satu tujuan yang sudah kita tentukan.

So, mari kita tentukan tujuan hidup kita......

Tuesday, May 8, 2007

Arus atau Tegangan sih ?

Tadi pas kuliah Teknik Optimisasi sempat bincang-bincang dengan Ashar, Cipto, dan Alfi. Tetapi yang kami bicarakan bukan tentang mata kuliah itu. Yang kami bicarakan tentang arus listrik.

Begini ceritanya. Semua anak elektro pasti tahu kalo yang menyebabkan kita kesetrum adalah arus listrik. Semakin besar arusnya maka semakin berbahaya juga bagi tubuh manusia (seandainya kesetrum tentunya).

Permasalahannya adalah mengapa PLN memberi peringatan pada berbagai peralatan dengan kalimat "AWAS TEGANGAN TINGGI", bukannya "AWAS ARUS TINGGI". Kan aneh tuh? Arusnya yang berbahaya tapi kok yang diingatkan justru tegangannya.

Berbagai pembicaraan panjang ternyata tidak mencapai titik temu. Ada yang bilang "Kan arus itu ada karena beda tegangan!" Yup, betul tapi sebenarnya itu tidak menjawab permasalahan. Inti permasalahannya adalah "Yang berbahaya kan arus, kok yang diingatkan tegangan?" Nah, buat temen-temen semua(khususnya yang kuliah di Teknik Elektro) gimana penjelasannya?

Saturday, May 5, 2007

Tentang "HATI"

Tulisan ini bukan untuk membahas judul di atas tetapi ada hal yang sebenarnya aku agak bingung mengenai "hati".

Hati, ternyata memiliki dua makna yang sangat berbeda.

Pertama, makna secara fisik. Tentu hal ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Seonggok daging berwarna coklat kehitam-hitaman yang berada di dalam salah satu rongga perut. Organ tubuh yang fungsinya menawarkan racun yang terkandung di dalam makanan yang kita makan. Tak perlu diperpanjang mengenai yang satu ini karena memang tidak ada yang membingungkan.

Nah, yang kedua ini. Misal ada orang yang ditolak cintanya maka ia akan sakit hati. Tentu yang dimaksud bukanlah sakit hati secara fisik tetapi yang lain. Pertanyaan yang selalu aku tanyakan dalam pikiranku adalah mengapa yang disebut itu hati? Mengapa bukan jantung, paru-paru, atau malah lambung saja.

Ya, mengapa harus hati. Padahal kalau kita hubungkan dengan makna hati secara fisik jelas tidak nyambung sama sekali. Beberapa kali aku memikirkan hubungannya tetapi tidak juga menemukan jawabannya.

OK. Aku hanya ingin membagi beberapa pemikiranku saja. Jadi, tingkah laku manusia itu dikontrol oleh dua hal, yaitu hati dan otak. Nah, dua hal itu yang nantinya akan menentukan sikap kita ketika kita mendapat suatu stimulus dari luar. Otak cenderung memberikan respon yang sesuai dengan logika sedangkan hati lebih kepada ikatan emosi.

Bisa jadi, kedua hal di atas dapat saling sinkron yaitu antara logika dan emosi. Misal, ketika kita punya uang 100.000 dan ada pengemis yang mendatangi untuk minta sedekah. Hati akan menyuruh kita untuk memberikan uang yang kita miliki. Sedangkan otak mengatakan memberikan uang 1000 dari 100.000 tidak akan rugi. Jadilah keduanya sinkron dan kita benar-benar memberikan uang 1000 kepada pengemis tadi.

Tetapi ada kalanya kinerja keduanya tidak sinkron, tergantung mana yang dominan. Dan kita tidak bisa menjustifikasikan kalo hati dominan akan lebih baik atau sebaliknya. Ada kalanya pemikiran hati lebih baik daripada otak dan bisa jadi pemikiran otak justru lebih baik daripada hati. Kitalah yang memutuskan mau mengikuti yang mana.

Gambarannya begini. Misal, di tengah jalan kita dihadang oleh segerombolan preman yang kemudian mengejek kita habis-habisan. Hati akan sangat terluka dan menyuruh kita mengambil tindakan pembelaan diri. misal memukul orang itu. Tetapi otak memberikan pemikiran lain, dia mengatakan memukul orang itu akan merugikan diri sendiri karena jumlah mereka lebih banyak dan lebih kuat. Mana yang akan kita ikuti, sangat tergantung pada kita sendiri. Mau memilih pemikirannya otak atau hati? Yang jelas dalam hal ini, otak lebih baik daripada hati.

Pada peristiwa lain, seorang ibu mempunyai anak yang sedang sakit flu. Dapat dipastikan bahwa banyak lendir yang ada di hidung anaknya. Sayangnya, si anak tidak bisa mengeluarkan sendiri. hati akan menyuruh kita untuk mengeluarkan lendir itu bagaimanapun caranya karena rasa sayang yang sangat besar(saya pernah melihat seorang ibu yang menghisap lendir dari hidung anaknya langsung dengan mulutnya). Tetapi otak mengatakan itu adalah tindakan yang menjijikkan. Sekali lagi, kitalah yang memutuskan sikap yang akan kita realisasikan. Tentu, dalam hal ini hati memberikan pemikiran yang lebih baik daripada otak.

Aku kemudian berfikir bahwa selalu ada ruang di dalam diri kita untuk berfikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan terhadap stimulus yang datang dari luar diri kita. Cuman, kadangkala kita tidak mempedulikan ruang tersebut sehingga mengambil tindakan sesuai dengan pemikiran yang pertama (otak atau hati). Hasilnya, tindakan tersebut tidak selalu yang terbaik dari semua alternatif yang ada.

Akhirnya, tidak ada yang lebih tahu tentang diri kita selain diri kita sendiri. Coba, suatu saat jika ada stimulus dari luar, berikan ruang yang cukup untuk memikirkan tindakan yang akan diambil. Thank you very much.......

Thursday, May 3, 2007

Bermain-main dengan Berat Benda

Tentu kita sudah sangat mengerti bedanya massa dan berat.
Ya, bila kita hubungkan maka hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :

W = m . g

Berat adalah perkalian antara massa dengan percepatan gravitasi.
So, mari kita sedikit bermain-main dengan permasalahan berat ini.

Misal, saya punya sebuah kontainer kosong dengan berat total 10.000 N.
Nah, kemudian saya memasukkan 500 ekor burung merpati ke dalamnya dengan berat total 100 N. Logikanya berat total kontainer dengan burung merpati di dalamnya adalah 10.100 N. Betul?

Tetapi misalnya kita benar-benar menimbang kontainer yang berisi burung merpati tersebut dengan metode yang berbeda.

1. Burung merpati diberi makan yang ditaruh di lantai dasar kontainer sehingga seluruh burung menginjak lantai dasar tersebut. Yang berarti ada tekanan ke bawah oleh kaki burung merpati terhadap lantai.


2. Burung merpati diberi suara yang membuatnya terbang (mengepakkan sayapnya) di dalam kontainer. Yang berarti pula tidak ada tekanan yang disebabkan oleh kaki burung merpati.

Nah, pertanyannya adalah, apakah dengan dua metode penimbangan tersebut didapatkan hasil yang sama. Kalo sama, mengapa bisa begitu dan apakah sama juga dengan perhitungan secara matematis, yaitu sebebasr 10.100 N.

Sebagai gambaran saja ya, kalo kita menimbang berat badan, pasti kaki kita harus menyentuh timbangan sehingga timbangan tersebut dapat mengukur berat kita.

Siapa yang bisa kasih penjelasan aku beri acungan 4 jempol. OK!!!!

Wednesday, May 2, 2007

Menggeser Orbit Bumi

I come back.....he...he....he....
Habis nulis masalah lift tadi, jadi kepikiran masalah lain juga.
Ini masih berhubungan dengan hukum fisika sederhana.

Begini nih ceritanya. Kita semua tahu ya kalo bumi itu berputar pada porosnya dan juga berputar mengelilingi bumi berdasarkan orbit tertentu. Nha, misalnya nih ya, seluruh penduduk bumi dikumpulkan ke benua Amerika. Ntar yang mimpin Jos Bus juga ga pa pa.... Tetapi yang jelas ia harus memberikan komando kepada seluruh penduduk bumi dengan tegas dan lantang.

Tidak lupa sebelum memberi komando, sebaiknya baca bismillah dahulu (ha...ha...ha....tul ga?). Setelah itu, Jos Bus memberi aba-aba satu sampai tiga. Nha, dalam hitungan ketiga, seluruh penduduk bumi yang sudah berkumpul tadi melompat ke atas dan menghentakkan kakinya ke bumi secara bersama-sama. Mungkin kalo ini terealisasi bisa masuk Rekor Dunia....tul ga? Eh, jangan lupa setelah itu membaca alhamdulillah(ha...ha...ha...tul ga?).

Pertanyannya adalah, dengan perlakuan seperti itu apakah bumi akan bergoyang kemudian orbitnya bergeser? Ingat, seluruh penduduk bumi lho ini yang menghentakkan kaki...bukan sembarangan.

Coba kita renungkan bersama, apakah itu mungkin? Jangan lupa tuk menggunakan hukum-hukum fisika tuk menjawabnya. OK!!!

Selamat dari Lift Jatuh

Aku punya beberapa kasus sederhana nih tentang hukum-hukum fisika. Bukan hal yang rumit sih sebenarnya. Hanya saja mungkin perlu memutar otak juga untuk memahaminya.

Begini nih ceritanya. Apa sih yang paling ditakutkan kalo kita sedang naik lift? Yup....betul, takut kalo-kalo tali pengikat liftnya putus dan apa yang terjadi? Yup betul lagi, lift akan jatuh bebas ke bumi akibat gaya grafitasi. Bisa dibayangin ga ngerinya, wuiii.....h mengerikan deh pokoknya.

Nah, aku punya cara agar tetap selamat. Begini nih.... Sambil menunggu liftnya jatuh sampai ke bawah, alangkah baiknya kita membaca bismillah dulu...(ha..ha...ha...betul ga?). Nha, setelah itu tunggu sampai liftnya mendekati lantai dasar dan akhirnya begitu liftnya sampai ke dasar, kita melompat ke atas. Nah, logika sederhananya, yang membuat kita mati kan karena hentakan ke lantai yang sangat keras sehingga membuat seluruh tubuh kita hancur lebur. Dengan melompat ke atas maka tumbukan dengan lantai dasar dapat dihindari dan tentunya kita akan selamat. H......O.....R.....E....... BERHASIL-BERHASIL..... Eh, jangan lupa setelah itu membaca alhamdulillah(ha....ha...ha....tul ga?).

Ini asumsinya, kita melompat tepat saat lift sampai ke lantai dasar dan tidak terjadi ledakan...OK!!!

So, gimana menurut pendapat kalian?

Tuesday, May 1, 2007

Pendaki Gunung

Hari Sabtu kemarin (28 April 2007) ada pendakian bersama ke Gunung Merbabu yang dilaksanakan oleh Divisi ELMC Departemen MIKAT KMTE. Sayang aku nggak ikut jadi cuman bisa liat photo ama cerita dari temen-temen yang ikut doang. kayaknya asyik sih, tapi ya sudahlah...lha wong udah terlanjur kok.

O, iya ngomong-ngomong soal mendaki gunung nih aku punya analogi. Jadi, hidup ini saya analogikan sebagai sebuah proses pendakian yang minggu lalu pernah anak-anak elektro lakukan. Lho kok bisa? Begini ceritanya.......

Orang mendaki gunung pasti tujuannya hanya satu yaitu mencapai puncak. Semakin kuat keinginan si pendaki untuk sampai ke puncak maka semakin semangat juga dalam mendaki. Segala macam rintangan akan dengan mudah dilalui. Begitu juga dengan hidup. Apa sih sebenarnya tujuan puncak dari hidup? Nah, itu sebenarnya yang harus kita tentukan supaya bersemangat menghadapi segala macam rintangan hidup. Banyak orang yang ga pasti apa tujuan puncak hidupnya, akibatnya terkena musibah sedikit saja langsung stress, seolah-olah hidupnya sudah berakhir, bunuh diri. Sayang sekali bukan?

Mendaki gunung itu bukan hal yang mudah, banyak hambatan dan rintangan yang harus dilalui. Butuh kesiapan fisik dan mental untuk berani melakukannya. Buktinya tidak semua orang mau dan sanggup untuk ikut dalam pendakian tersebut kan? Begitu juga hidup. Sudah ketetapan pasti bahwa dalam hidup ini banyak rintangan yang harus dilalui. Kita harus mempersiapkan segala sesuatunya agar kita bertahan hidup. Mungkin kita sekarang nggak begitu merasakannya tetapi bayangin aja kalo kita tersesat di hutan. Kita harus berusaha keras untuk bertahan hidup, karena sebenarnya mempertahankan hidup itu adalah kewajiban bagi setiap makhluk hidup. Orang yang bunuh diri berarti orang yang tidak tahu kewajibannya.

OK, mari kita lanjutkan. Setidaknya kita sudah melalui tahapan pertama tersebut. Kita sudah terlanjur hidup jadi mau tidak mau kita harus mempersiapkan diri menghadapi rintangan yang akan terjadi kemudian. Sebenarnya rintangan adalah salah satu ujian untuk menambah derajat kehidupan kita. Nah dari sini saya bisa mengklasifikasikan orang ke dalam 3 kategori, yaitu :

1. Orang yang takut untuk naik gunung
Pernah ga suatu ketika kita mendapati sebuah peluang untuk maju tetapi beresiko? Pasti pernah, contohnya saja ditawari jabatan dalam suatu organisasi, ditawari membuka usaha baru, dll. Semua itu adalah hal-hal baru yang bisa membuat hidup kita lebih maju dan berkembang. Nha, orang jenis pertama adalah orang yang takut pada hal-hal yang baru. Melihat gunung yang tinggi sudah takut duluan, melihat peluang baru untuk maju tetapi takut untuk mengambilnya. Ia sudah puas dengan kehidupannya, puas dengan keadaannya yang sekarang. Akibatnya, orang seperti ini ngga bisa maju, hidupnya stagnan, konstan, datar, linear, ato apalah sebutannya.

2. Orang yang berani mencoba untuk mendaki tetapi begitu sampai tempat yang datar, ia sudah puas, memilih berkemah di situ dan tidak mau melanjutkan sampai ke puncak.
Lebih mendinglah, ia mau mencoba untuk merubah keadaan tetapi ia terlalu mudah puas, sehingga kemajuannya tidak begitu pesat. Misal, seorang pengusaha yang telah berhasil membuka usaha dan menguasai pasar dalam lingkup propinsi. Ia puas dengan keadaannya itu dan tidak mau mencoba mengembangkan usaha sampai ke tingkat nasional.

3. Orang yang tidak akan menyerah sampai ke puncak gunung
Nah, di antara ketiga orang tadi, inilah yang akan meraih tingkat kesuksesan paling tinggi. Bagaimana tidak, ia akan terus mengembangkan dirinya sampai puncak, pantang menyerah, apapun rintangannya akan dihadapi dengan segenap kekuatan. Kepuasan yang dicapainya melebihi orang pertama dan kedua, seluruh potensinya teraktualisasikan.

So, dari ketiga kategori tadi masuk golongan yang manakah anda? Semoga yang ketiga..... Yang jelas mari kita tentukan tujuan puncak hidup kita agar kita selalu termotivasi untuk mencapainya. Selanjutnya, akan ada banyak hal yang bisa menuntun kita sampai ke sana, tentu dengan resiko yang tidak kecil. Berusahalah terus teman......