/* salju turun */ adnan: June 2007

Tuesday, June 26, 2007

Suksesi

Suksesi. Apa sih itu? Mungkin kalo dalam sebuah organisasi berarti pergantian pengurus. Ya..memang itulah artinya. Kebetulan kemarin aku baru saja mengikuti sebuah ritual suksesi yang diadakan oleh MPM KMTE FT UGM di mana terjadi proses pelantikan pengurus baru bagi KMTE FT UGM.

Kupikir berkembang atau tidaknya sebuah organisasi juga sangat tergantung pada yang namanya suksesi ini. Bagaimana tidak? Misi yang sudah diusung oleh kepengurusan sebelumnya harus dapat dipelajari oleh pengurus baru sehingga dapat melanjutkannya. Biasanya dalam kata sambutan ketua baru, mereka sering mengatakan "Kepada teman-teman pengurus, mari kita mulai dari awal membangun organisasi ini...bla...bla..." Sebenarnya kurang benar, menurutku. Seharusnya bukan mulai dari awal tetapi melanjutkan keberhasilan yang sudah dicapai sebelumnya.

Maka dari itu, penting bagi pengurus lama untuk mentransfer segala macam keberhasilan dan target yang telah tercapai kepada pengurus baru sehingga mereka dapat mengira-ira, mulai dari mana mereka membangun kejayaan organisasi. Ibarat oleh raga, kepengurusan itu seperti lari estafet dimana pelari yang satu melanjutkan pelari lainnya dengan membawa visi dan misi yang sama.

Untuk pengurus baru KMTE FT UGM, selamat mengemban amanah. Lanjutkan perjuangan pengurus sebelumnya. Kembangkan kejayaan KMTE sampai batas yang bahkan tidak pernah kita bayangkan.

Sunday, June 24, 2007

Santai Menghadapi Masalah

Pernah ngga kita dapet masalah? Huufff....pertanyaan bodoh, ya. Ya pernahlah. Setiap orang pasti pernah dapat masalah. Bukan hal yang istimewa, tetapi yang istimewa adalah meskipun punya masalah tetapi kepala tetap dingin, logika masih tetep jalan, dan suasana hati tetap menyenangkan.

Tadi temenku nanya, gimana sih supaya bisa mewujudkan hal-hal di atas? Emang sih, kebanyakan dari kita (termasuk aku tentunya) ketika dapat masalah hidup menjadi kurang menyenangkan, "grusa-grusu" bahasa jawanya. Itu wajar, tetapi akan lebih menyenangkan jika kita bisa berfikir tenang meski banyak masalah. Aku punya beberapa pemikiran....

Artikel dahulu kan aku bilang bahwa sebenarnya hal yang bisa memunculkan "masalah" adalah ketika suatu stimulus yang datang dari luar tersikapi dengan tidak benar. Sikap sesungguhnya berasal dari pemikiran dan pemikiran berasal dari otak. Yup, itulah kuncinya.

Otaklah kuncinya. Kita nggak bisa mengubah sesuatu yang ada di luar diri kita. Misal deadline tugas kuliah(nggak bisa kita undur), mendapat nilai jelek(kita nggak bisa mengubahnya, dalam waktu singkat maksudnya), dll tetapi kita dapat mengubah sesuatu yang ada dalam diri kita. Apakah itu??? Ya otak itu tadi, kok masih nanya...he...he...he...

Maksudnya, misal deadline tugas besok pagi. Coba kita pikirkan lagi misal kita "grusa-grusu" tidak akan membuat tugas kita cepet selesai, ato jika hati kita cemas, khawatir, bingung ato apalah, hal itu juga tidak membuat tugas kita cepet selesai. Justru mungkin malah menambah beban pikiran saja.

Sekarang coba kalo kita berusaha tenang dan santai. Tentu hal itu juga tidak membuat tugas kita cepet selesai. Toh sama-sama tidak membuat tugas kita cepet selesai mending kan milih yang santai dan tenang. Dan kadang ketenangan itu membuat pikiran kita jernih dan lebih mudah berfikir daripada cemas dan khawatir.

Jadi, coba kendalikan otak kita. Di luar tubuh bukan kuasa kita tetapi di dalam tubuh total dalam kendali kita. Mengapa kita tidak mengendalikan apa yang bisa kita kendlikan saja, daripada berusaha mengubah hal yang ada di luar kuasa kita.

Tuesday, June 19, 2007

Masalah

Darimana datangnya masalah? Itulah pertanyaan yang kadang aku tanyakan pada diriku sendiri pada saat masalah datang berkunjung di beberapa waktu kehidupanku. Adakah yang bisa menjawab pertanyaan itu? Saya yakin tidak semua orang bisa menjawabnya. Tetapi memang pertanyaan itu tidak aku ajukan untuk siapapun, tetapi memang khusus untuk diriku sendiri.

OK. Sekarang, apa sih masalah itu? Suatu keadaan yang membuat hidup menjadi agak kurang mengenakkan, kurang bergairah, kurang menyenangkan tetapi kadang justru memunculkan semangat baru. Aneh memang tetapi itulah yang selama ini aku rasakan. Trus, sebenarnya masalah itu kata benda atau kata kerja? Kalo aku memandangnya masalah itu kata benda karena ia bisa berkedudukan sebagai objek dan subjek....(Lho kok malah jadi pelajaran bahasa indonesia sih...????).

Contoh dari masalah adalah :

  1. Ada tugas mengerjakan laporan praktikum, deadline tinggal 1 hari tapi belum mengerjakan sama sekali...(Pusing deh....)
  2. Kuliah udah hampir 3 taon tapi IP-nya masih kurang dari 3....(Wah, repot juga tuh....)
  3. Mencintai seseorang tapi ternyata bertepuk sebelah tangan
  4. Libur panjang tapi nggak tahu mo ngapain..
Dan masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu persatu.......
Nha, kalo aku melihat berbagai contoh masalah yang aku sebutkan di atas kebanyakan berasal dari luar diri kita. Maksudnya ada stimulus yang datang dari pihak luar yang kemudian kita sikapi dengan nama masalah.

Kalo kita mau berfikir sejenak maka akan kita temukan bahwa sebenarnya stimulus yang datang dari luar itu bukanlah masalah. Masalah timbul ketika ada stimulus yang kita sikapi dengan perilaku yang salah. Contoh, misal ada tugas untuk membuat paper suatu mata kuliah. Maka sebenarnya hal itu bukanlah masalah. Dikatakan masalah ketika kita tidak segera menyelesaikan tugas itu dan sampai deadline hampir tiba baru kita menyadarinya dan akhirnya ribut sendiri.

Kesimpulanku adalah masalah itu tidak akan pernah menjadi besar ketika kita bisa menyikapi setiap stimulus yang datang dari luar dengan perilaku yang baik dan benar. Maka dari itu, pandai pandailah kita dalam menanggapi setiap hal yang datang dari luar diri kita.

Sunday, June 10, 2007

Memiliki dan Menjadi

Siapa sih yang ngga pengen bahagia? Ga ada orang di dunia ini yang ga pengin bahagia. Perasaan yang membuat seseorang menjadi bersemangat, punya motivasi kuat dan serasa kehilangan beban hidup yang amat berat.

Ngomong-ngomong apa sih yang bisa membuat orang bahagia? Hal itu bisa dikategorikan menjadi dua yaitu antara memiliki atau menjadi.
Gini nih....memiliki, artinya kita akan merasa bahagia ketika kita dapat memiliki sesuatu yang sangat kita inginkan. Misal, mobil mewah, rumah mewah, kekasih yang baik, dan seterusnya. Bahagia yang disebabkan karena "memiliki" cenderung bersifat sementara. Contohnya kita ingin memiliki handphone, maka kebahagian hanya akn terasa pada saat awal-awal memiliki handphone. Setelah itu, ngga tahu jadinya. Bisa jadi kita justru akan menginginkan sesuatu yang lebih dari pada itu.

Nha, yang kedua adalah menjadi. Contoh, kita ingin menjadi anak yang pandai, ingin menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara. Sepertinya hal yang satu ini lebih konstruktif daripada yang pertama. Bagaimana tidak? Kebahagiaan yang satu ini membutuhkan usaha dari dalam secara menyeluruh. Dan itu membuat seseorang meningkat derajat kemanusiannya daripada yang sebelumnya.

Tapi, bisa juga sih kedua hal di atas digabungin. Ya......pinter-pinternya kita ajalah untuk mengaturnya. Yang jelas kalo sesuatu bisa membuat kita bahagia maka kita harus mendapatkannya asalkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Batas Kebaikan

Berbuat baik merupakan hal yang sangat terpuji bagi seorang manusia. Tak terbatas oleh usia, jenis kelamin, pangkat, tempat tinggal atau apapun juga. Dunia ini akan sangat menyenangkan seandainya setiap orang mau berbuat kebaikan. Sayang, hal itu hanya ada dalam mimpi belaka.

Ok. Ngomong-ngomong soal berbuat baik ternyata masih ada orang yang sangat baik di dunia ini dan hidup pada zaman ini. Setidaknya itu pendapatku saat ini. Aku kenal dia, sangat baik. Marah, nggak pernah dia melakukan itu. Kata-katanya selalu membuat orang lain tenang. Aku bangga bisa mengenalnya.

Sampai aku berfikir. Sebenarnya kebaikan itu ada batasnya ngga sih? Kalo misalnya kita membantu orang lain kemudian ada yang bilang "Kamu terlalu baik deh sama dia?", apakah pernyataan itu bisa dianggap benar? Kalo benar, berarti kebaikan itu ada batasnya dan kata "terlalu" selalu berkonotasi pada hal yang negatif.

Tapi menurutku memang kalo kebaikan terlalu diumbar jadinya malah tidak baik. Seperti seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya sehingga apapun perintah anaknya selalu dituruti. Bukankah hal itu menjadi tidak baik? Jadi menurutku, kebaikan itu memang ada batasnya. Nha, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa jauh batas kebaikan itu?

Tidak bisa diukur, itulah jawabannya. Lagipula menurutku batas kebaikan itu sangat tergantung pada banyak faktor. Misalnya saja kebaikan orang tua pada anaknya tentu akan berbeda dengan kebaikan seorang kakak dengan adiknya. Pandai-pandai kita dalam bersikap.

Kesimpulanku adalah bahwa segala hal yang ada di dunia ini pasti ada batasnya. Apapun itu, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Wednesday, June 6, 2007

Senangnya Berbagi

Manusia ditakdirkan menjadi makhluk yang tidak bias hidup sendiri. Maka dari itu pada dasarnya, mereka lebih senang untuk bersama daripada sendiri. Aku pernah punya pemikiran dan pengalaman tentang senangnya pada saat sendiri tetapi ternyata betapapun senangnya saat sendiri akan lebih senang jika kesenangan itu dirasakan bersama.

Contoh sederhana saja, bagi orang yang suka main game di computer. Misalakan ditanyai satu-satu mereka yang suka main game tersebut mengenai lebih suka mana antara main sendiri (single player) dengan main bareng-bareng (multiplayer) maka yakin sebagian besar atau malah semuanya akan menjawab lebih suka multiplayer.

Contoh lain saat kita makan. Jika kita makan sendirian, bahkan makanan yang seharusnya enak menjadi tidak enak. Tetapi saat makan bersama (misal saat berkemah, rekreasi, dll) meski makanannya biasa-biasa saja tetep aja enak. Itulah kekuatan yang tersembunyi di balik kata "berbagi".

Begitulah sifat dasar kita dan kita tidak akan bias merubahnya. So, mengapa kita tidak saling berbagi saja. Tapi berbagi tidak hanya pada saat duka aja, saat suka juga dibagi. Aku yakin akan lebih puas dan menyenangkan.

Tuesday, June 5, 2007

Saat Ulang Tahun

Ada yang belum pernah ulang tahun? Pasti sudah semua dong, kecuali yang umurnya kurang dari satu tahun. Fenomena yang saat ini terjadi adalah bahwa ulang tahun adalah moment yang biasanya dirayakan dengan mengadakan pesta. Macem-macem juga pestanya, ada yang kecil-kecilan saja sampai yang mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk mengadakan pesta besar-besaran. Lalu, sebenarnya apa sih yang ingin didapat dari merayakan ulang tahun?

Menurutku yang lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi umur yang makin bertambah tersebut. Seperti sebuah nasehat dari seorang Ben Parker kepada keponakannya Peter Parker dalam film Spiderman :


"With great power comes great responsibility"


Sebuah kalimat dengan makan yang sangat mendalam dan menyeluruh. Power dalam kalimat tersebut dapat diterjemahkan ke dalam berbagai makna. Misalnya kekuatan fisik, Ilmu, kekuasaan, bahkan umur juga bisa dimasukkan ke sana.


Kita harus menyadari itu bahwa semakin bertambah umur kita maka tanggung jawab yang harus kita pikul pun otomatis bertambah. Ruang lingkup tanggung jawab tersebut juga semakin bertambah, misalnya dulu hanya terbatas pada keluarga, bertambah menjadi masyarakat sekitar, alu bertambah lagi ke lingkup negara, lalu bertambah lagi ke lingkup dunia, dan seterusnya.


Cuman kadang kita tidak bisa menentukan tanggung jawab kita itu apa. Nha, itulah yang harus kita cari terlebih dahulu. Yang jelas, pendapatku apa yang telah kita ketahui itulah tanggung jawab kita. Misal, ada orang yang sedang mencari sesuatu barang sedangkan kita mengetahuinya, maka kita punya tanggung jawab untuk memberitahunya. Atau ketika kita mempunyai saudara, teman, atau siapa saja yang kita kenal melakukan perbuatan yang kurang baik sedangkan kita mengetahuinya maka kita punya tanggung jawab untuk mengingatkannya.

Sunday, June 3, 2007

Pentingnya Berusaha

Dalam waktu dua minggu ke depan, jurusanku mengadakan ujian akhir semester atao UAS. Yaaa...itu adalah moment yang sangat penting buat memperoleh nilai yang bagus pada mata kuliah yang sedang diikuti. Bagimana tidak? Meski ga pernah merhatiin pas kuliah (misal tidur, baca komik, ngobrol ma temen, dll) kalo ujiannya bagus ya nilainya pasti bagus.

Seperti kata pepatah bahwa tanpa usaha maka tak ada hasil. Tadi aku ujian isyarat dan sistem, sebenarnya mata kuliah itu dah aku ambil tapi berhubung dulu nilainya kurang memuaskan maka aku ulang pada semester untuk memperbaikinya. Wuih, kupikir pada pengambilan yang kedua ini akan lebih mudah tetapi ternyata masih sangat sulit.

Aku mulai sadar bahwa ternyata usaha yang selama ini aku lakukan masih kurang. Setidaknya hal itu aku sadari karena masih tetap merasa sulit dalam mengerjakan soal ujian. Tapi ngomong-ngomong aku masih bisa mengerjakan satu atau dua soal kok.

Satu hal yang harus kita sadari bahwa seberapa besar kita harus berusaha untuk menggapai sesuatu tak pernah kita ketahui atau malah tak ada batasnya. Jadi, kadang kita merasa sudah cukup berusaha padahal sebenarnya belum. So, berusahalah terus untuk mendapatakan sesuatu sampai kamu mendapatkannya. Pokoknya sebelum keinginan kita tercapai, jangan pernah merasa cukup berusaha.

Saturday, June 2, 2007

Konsistensi

Kemarin bincang-bincang ma temen. Yaa.....biasalah ngalor-ngidul ngga karuan arahnya mo ke mana. Hingga akhirnya ia bertanya tentang permasalahan di Indonesia. Kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara yang beragama, sampai-sampai Negara menjamin kebebasan warganya untuk memilih salah satu agama sesuai dengan keyakinannya. Dan kita tahu bahwa setiap agama tidak ada yang mengajarkan kejelekan, bahkan justru melarangnya tetapi mengapa masih sangat banyak warga negara Indonesia yang berbuat hal yang tidak baik. Katakanlah korupsi merajalela di mana-mana, tayangan televisi semacam patroli, sergap, dll tak pernah sepi kekurangan berita. Lalu, teman saya itu bilang :"Lalu, apa gunanya beragama?"

Aku agak tersentak dengan pertanyaan itu. Aku kemudian teringat dengan sebuah cerita yang aku baca dari suatu buku :

Suatu ketika ada seorang pemuka agama yang berjalan dengan seorang pembuat sabun. Selama perjalanan si pembuat sabun selalu mengeluh pada sang pemuka agama. Yang dikeluhkannya sama persis dengan pertanyaan teman saya tadi. Mengapa di dunia ini masih saja banyak terjadi perilaku kejahatan padahal mereka memeluk agama, apa gunanya agama di dunia ini?

Si pemuka agama tak bisa menjawab pertanyaan itu sampai mereka bertemu dengan beberapa anak yang sedang main lumpur. Pemuka agama berkata:"Lihatlah anak-anak itu, meskipun mereka memakai sabun tetep aja kotor, ya kan?" Kontan pembuat sabun tersinggung dan langsung berkata :"Ya terang aja, mereka akan bersih kalo pakai sabun terus-menerus."

Yup, itulah intinya. Konsistensi, setiap hal di dunia ini butuh konsistensi agar bisa mendapatkan hasil yang diinginkan.