/* salju turun */ adnan: July 2007

Tuesday, July 17, 2007

Diam Tak Selamanya Emas

DIAM ITU EMAS. Begitu kata-kata yang biasa kita dengar. Tapi menurutku diam itu tak selamanya emas. Banyak hal yang justru menjadi masalah ketika kita diam saja tanpa melakukan apa-apa terhadap suatu stimulus yang datang dari luar.

Misalnya ketika kita mendapat nilai yang jelek pada suatu mata kuliah tertentu dan kita diam saja tanpa melakukan apa-apa. Mungkin justru orang akan bertanya padanya apakah ia "genap" artinya bahwa makhluk hidup itu kan memiliki ciri-ciri peka terhdap rangsangan di mana ketika mendapat rangsangan maka ia akan melakukan tindakan sebagai respons.

Kadang diam itu memiliki banyak arti. Contoh :

  • Orang diam karena ia terlalu takut untuk melakukan suatu tindakan. Dalam benaknya terpikir bahwa jika ia melakukan sesuatu maka rangsangan dari luar akan semakin besar dan ia tidak berani untuk mengambil resiko itu. Contoh : Dalam suatu sesi pendadaran kita dituntut untuk menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah kita lakukan. Dan sudah pasti dosen penguji akan bertanya. Jika kita menjawabnya maka dosen akan semakin penasaran untuk bertanya lebih banyak lagi. Jika sang mahasiswa diam saja barangkali dosen juga akan berhenti bertanya. Ketakutan sang mahasiswa untuk menghadapi banyaknya pertanyaan lain yang datang sendainya dia menjawab membuat dia memutuskan untuk diam saja. Yaa...meskipun akhirnya ia keluar dengan mendapat nilai C atau D. Apakah diam itu emas dalam hal ini?
  • Diam karena orang itu tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya terjadi pada orang yang kurang pengalaman dan minim wawasan. Apakah anda pernah mengalaminya? Pasti pernah. Misal seorang mahasiswa yang sedang konsultasi dengan dosen. Sementara sang dosen memberikan masukan mengenai materi yang sedang ditelitinya, ia sendiri bingung karena tak tahu apa yang disampaikan dosen. Sebenarnya ingin bertanya tapi takut dikira terlalu bodho, ingin membantah tapi tak tahu apa bantahannya, ingin menyela tapi takut dosennya marah. Akhirnya ia diam saja mendengarkan meskipun sebenarnya nggak dong sama sekali.
Nah, itulah beberapa hal yang membuat diam itu kadang tak selalu emas. Sebenarnya banyak hal yang bisa dijadikan contoh tetapi alangkah baiknya jika para pembaca sekalian merenungkan sendiri. Yang jelas, sudah sepantasnya bagi kita, manusia yang diberikan anugrah berupa otak untuk berfikir, selalu menanggapi segala macam stimulus yang datang kepada kita. Karena aku yakin bahwa sesungguhnya itu adalah takdir seorang manusia atau bahkan makhluk hidup.

Kesimpulannya, jika kita punya pemikiran maka sampaikanlah tetapi jika kita memang tidak tahu maka diam dan berfikirlah untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan.

Sunday, July 15, 2007

Bersikap Terbuka

Banyak hal di dunia ini yang pernah atau akan dilalui oleh seorang manusia. Entah itu yang menyenangkan ataupun yang kurang menyenangkan. Tetapi semua itu adalah sebuah kepastian yang tak dapat dipungkiri oleh siapapun juga. setiap kita pasti pernah mengalami salah satu kejadian tersebut. Yang menyenangkan misalnya : masuk PTN favorit, dapet nilai yang bagus saat ujian, dapat teman baru saat masuk kuliah, atau hanya sekedar dipuji seseorang yang kita cintai pun bisa membuat hati kita senang.

Tetapi di lain pihak kita juga sering mengalami suatu kejadian yang membuat hati menjadi sedih. Misal : dapet nilai jelek saat ujian, ada orang yang mengejek kita, dimarahi oleh seseorang, kecelakaan, dan lain sebagainya. Semua itu membuat hati menjadi sedih dan kadang mempengaruhi psikologi yang ada dalam diri kita.

Sebagai makhluk sosial maka kita tidak akan pernah lepas dari orang lain karena memang pada dasarnya kita tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Setiap hal yang terjadi (entah menyenangkan ataupun menyedihkan) pada dasarnya seperti energi. Di mana energi itu tidak dapat diciptakan atupun dimusnahkan. Ketika kita mengalami suatu kejadian seolah-olah kita mendapatkan suntikian energi dari luar.


Jika suntikan itu berupa energi positif(menyenangkan) maka akan menjadi berlipat ganda ketika diteruskan kepada orang lain(diveritakan/dibagi bersama orang-orang di sekitar kita). Sebaliknya jika suntuikan itu berupa energi negatif (kurang menyenagkan) maka energi tersebut akan semakin berkurang ketika dibagi dengan orang lain.

Nha, di situlah kuncinya. Suatu perasaan, ketika sembunyikan dalam diri akan terus seperti itu, tidak berkurang ataupun lebih. Tetapi jika dibagi bersama orang lain akan menjadi suatu hal yang sungguh menyenangkan. Kesedihan berkurang sedangkan kegembiraan bertambah. Itulah sebuah misteri yang bahkan tak akan pernah dapat dijelaskan dengan teori matematika.

Wednesday, July 11, 2007

Liburan

Bulan Juli adalah bulannya liburan, baik sekolah maupun kuliah. Biasanya kita akan bingung mau ngapain pada saat liburan ini. Ada mengisinya dengan pergi ke rumah sanak saudara, bertamasya ke tempat-tempat wisata, tapi ada juga yang justru bengong-bengong di rumah.

Sebenarnya masa liburan adalah masa yang sangat potensial bagi kita yang masih mengenyam pendidikan untuk menambah pengetahuan kita di luar pelajaran yang kita terima di sekolah. Dalam waktu yang cukup lama (2 minggu bagi yang masih sekolah dan 2 bulan bagi yang udah kuliah) kita bisa menamatkan berapa buah buku, mempelajari berapa macam ketrampilan(misal bahasa pemrograman, musik, dll). Artinya, waktu yang biasanya sibuk dan sekarang menjadi kosong dapat kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat. Lebih dari sekedar bengong di rumah atau bermain-main saja.

Kalo aku sih, liburan ini aku isi dengan ikut Les English di salah satu lembaga. Yaa...kupikir sudah saatnya bagiku untuk menguasai bidang itu demi kebaikanku sendiri di masa mendatang. Terus terang baru kali ini, liburanku benar-benar lowong nggak ada kerjaan. Dulu aku masib ikut organisasi, jadi masa liburan justru menjadi sibuk untuk menyiapkanpenyambutan mahasiswa baru.

OK. Buat temen-temen sekalian met liburan. Semoga setelah liburan ini kita menjadi manusia baru yang lebih daripada sebelumnya. Good luck !!!!!

Friday, July 6, 2007

Keteguhan Hati

Rasanya tidak enak jika kita tidak punya keteguhan hati. Aku pernah merasakannya, bahkan mungkin saat ini aku masih sedikit merasakannya. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Bukan tak tahu sih sebenanrnya tetapi terlalu banyak pertimbangan yang muncul hingga akhirnya tak bisa memutuskan mana tindakan yang paling baik untuk dilakukan.

Paling enak memang punya keteguhan hati. Setiap tindakan kita menjadi mantap dan berani. Cuman bagaimana caranya agar kita selalu memiliki keteguhan hati? Pertanyaan itu yang sampai saat ini belum bisa aku jawab sendiri. Barangkali memang tidak gampang untuk mencari jawabannya. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku bisa mencapainya.

Aku membayangkan ketika aku punya keteguhan hati, setiap tindakan dan perkataan akan menjadi ringan dan menyenangkan. Walaupun tentu ada resikonya tapi itu semua tentu sudah ada yang mengaturnya. Dan aku yakin bahwa setiap manusia di dunia ini tak ada yang punya keinginan agar hatinya selalu terombang-ambing.

Sebagai orang yang punya intelektualitas tinggi (jika dibandingkan makhluk lainnya) maka sudah seharusnya kita memiliki sikap yang tegas dan bertanggung jawab. Kita menjalani hidup dengan berbagai macam tantangan dan hamabatan yang itu semua tidak mudah untuk dilewati. Keteguhan hati akan mempermudah perjalanan kita menuju tujuan puncak kehidupan seorang manusia.

Tuesday, July 3, 2007

Ketulusan

Di dunia ini kadang ada hal-hal yang tidak dapat kita mengerti. Pertanyaan yang sering ditanyakan kemudian adalah "mengapa". Tetapi tida sedikit orang yang tidak peduli sama sekali sehingga ia tidak akan ambil pusing dengannya. Aku pengen menulis tentang makna dan kekuatan yang bisa dimunculkan dengan ketulusan.

Kaitannya sangat erat dengan hubungan antara anak dan orang tua. Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap masa depan anaknya, biasanya orang tua sering memaksakan kehendak kepada anaknya karena ia merasa kehendaknya itu adalah hal yang terbaik. Saya tidak menyangkal hal tersebut karena memang orang tua yang notabene sudah punya banyak pengalaman hidup tentu lebih bijaksana dalam memilih perilaku yang baik dilakukan maupun yang tidak baik untuk dilakukan oleh seorang anak.

Masalah yang kemudian muncul adalah pada diri sang anak, terutama yang masih kecil. Perkembangan otaknya belum sempurna sehingga kadang belum bisa memahami apa yang baik buatnya dan apa yang buruk buatnya. Tentu saja termasuk keinginan orang tuanya. Tidak jarang kita mendengar ada anak yang membangkang perintah bapaknya, tidak hormat pada ibunya, dan lain sebagainya.

Aku punya sebuah cerita. Suatu saat ada seorang anak yang bersikeras ingin bermain pedang-pedangan. Ia meminta izin kepada ibunya untuk meminjam sebuah pisau betulan kepada ibunya. Terang saja sang ibu menolak dengan tegas karena takuta terjadi apa-apa pada sang anak. Sayangnya si anak tetap bersikeras dan memaksa ibunya untuk mengambilkan pisau di dapur. Sang ibu tetap tidak mau dan tidak mengizinkan. "Baiklah, kalo begitu biar saya mengambil sendiri." Kata sang anak. Baru tiga langkah sang anak berjalan ia terhenti karena mendengar suara isak tangis ibunya.

"Ibu, aku tidak jadi pinjam pisau. Ibu jangan menangis lagi!" Kata sang anak kepada ibunya. Nha, dari kisah itu tadi aku berpendapat bahwa ketulusan yang ditunjukkan sang ibu mampu menyentuh hati sanubari sang anak sehingga tanpa harus memaksanya, sang anak akan dengan rela menuruti perintah ibunya.

Saya yakin bahwa setiap manusia di dunia ini masih mempunyai hati yang akan luluh ketika melihat ketulusan seseorang. Kadang kita sangat mengandalkan otak dan otot kita untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Bukannya patuh, tapi bisa jadi ia malah membangkang. Maka dari itu, mari kita tunjukkan ketulusan kita ketika berhadapan dengan orang lain baik itu ketika meminta bantuan, berbicara, bertamu, atau apapun juga tidak terikat oleh batasan usia, jenis kelamin, pangkat, jabatan, dan kekayaan.

Monday, July 2, 2007

Malas


Tidak jarang kita (termasuk aku tentunya) malas untuk mengerjakan sesuatu. Contoh aja ya, habis makan (di rumah sendiri) trus seharusnya kan tuh piring ama gelas dicuci dan dikembalikan ke tempatnya. Tapi wuiii...h, males banget. Akhirnya, kita taryuh aja piring ama gelas tersebut di tempat cucian dan kita tinggal begitu aja. Berharap ada yang bakal mencucinya suatu saat.

Contoh lain, ketika ada tugas kuliah. Mau ngerjakan, wuiii...h, males banget. Toh masih seminggu lagi, pikirnya. Akhirnya mpe deadline belum juga dikerjakan, solusinya berangkat pagi-pagi, berharap ada yang sudah mengerjakan lalu menconteknya. Ato misalnya belajar. Hal yang membuat sebagian orang cepat mengantuk dan ga betah lama-lama. Kalo belum mepet ama ujian, biasanya kan males banget rasanya mau belajar.

Nha, itu semua adalah beberapa contoh peristiwa yang biasanya males untuk kita kerjakan. Dan sadar ato tidak sebenarnyasumber masalah yang paling potensial adalah "kemalasan" itu tadi. Coba, bayangin aja setiap kejadian kita sehari-hari. Saya yakin 99% bahwa permasalahan yang muncul pasti ada sangkut pautnya dengan yang namanya "kemalasan". Silakan dibayangkan, diingat-ingat, dan ditelaah sendiri...ya...!!!

OK. Kita udah tahu efek buruk dari kemalasan tinggal bagaimana kita mengatasinya. Yang dibutuhkan pertama kali adalah niat karena bagaimanapun juga niat adalah syarat utama tercapainya suatu cita-cita. Mantapkan diri kita, yakinkan hati kita bahwa kita bisa menaklukkan apa yang disebut dengan "malas" itu tadi. Sesuai dengan pepatah "Nothing impossible if we always think possible."

Apapun yang kita lakukan, semuanya pasti lewat otak. Maka dari itu gunakan otak kita di setiap tindakan yang bisa memunculkan sifat malas itu tadi. Intinya jangan malas berfikir. Contohnya begini nih. Habis makan, rasanya males untuk cuci piring. So, coba kita fikirkan. Apa sih susahnya cuci piring? Tinggal gosok-gosok, bilas dengan air bersih, selesai kan? Paling banter juga 2 menit selesai. Hal yang mudah seperti itu mengapa harus ditinggalakan padahal itu memang tugas kita.

Nha, sekarang kita mengerti bahwa hal yang sepele jika digabungkan dengan kemalasan bisa menimbulkan akibat yang cukup besar. So, mengapa kita harus bermalas-masalan? Bukannya sekarang saya sudah tidak punya rasa malas tetapi mari kita bersama-sama untuk menempatkan sifat malas sesuai dengan tempatnya. Karen yakinlah bahwa kemalasan akan memunculkan kemalasan berikutnya tetapi keberhasilan memunculkan semangat untuk mencapai keberhasilan berikutnya.