/* salju turun */ adnan: August 2007

Tuesday, August 28, 2007

Ragu

Banyak hal di dunia ini yang bisa membuat hidup seseorang menjadi sangat tidak menyenangkan. Salah satunya adalah keraguan. Pernahkah anda merasa ragu akan sesuatu hal? Kalo saya pernah, dan saat ini saya telah menuai akibatnya. Sangat tidak menyenangkan dan akibatnya pun sangat memilukan hati.

Dari mana sih sebenarnya asal keraguan itu? Aku sendiri agak bingung menjawab pertanyaan itu. Yang jelas, keraguan itu muncul ketika di depan kitra ada dua atau lebih pilihan yang harus dipilih atau ada satu keadaan yang memaksa kita untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Tetapi berdasarkan pengalamanku tadi, keraguan akan muncul ketika kita tidak memahami secara luas keadaan yang sedang terjadi. Artinya, jika kita dapat mempelajari situasi dan dapat menganalisa dengan sudut pandang yang benar maka saya yakin keraguan itu tidak akan pernah muncul.

Contoh yang sangat jelas adalah gerak reflek. Apa itu? Gerak yang tidak dikontrol oleh otak tetapi oleh tulang belakang. Ia tidak memerlukan pemikiran apalagi pertimbangan karena sudah sangat jelas. Jika saya sebutkan permasalahannya, ketika kita menginjak bara api yang panas maka ada dua pilihan, yaitu melompat untuk melepaskan bara itu atau diam saja. Semua orang pasti setuju bahwa pilihannya adalah melompat(kecuali bagi orang yang tidak merasakan bara api tersebut).

Tidak akan ada yang memilih untuk diam saja ketika merasakan panasnya api. Karena kita sudah menguasai situasinya, yaitu jika kita tidak melompat maka kaki kita akan menjadi korban, bisa jadi malah kehilangan kaki tersebut.

Maka dari itu, pergunakan waktu kita yang masih tersisa ini untuk terus menambah wawasan sehingga jika ada suatu permasalahan yang menghadang, kita dapat segera menganalisanya dengan baik sehingga keraguan itu tidak akan muncul. Sebaliknya yang muncul adalah kemantapan dan ketegasan. Dan sungguh ketegasan itu jauh lebih menyenangkan daripada keraguan.

Tuesday, August 21, 2007

Berubah

Tak ada yang tetap di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Aku pernah mendengar kata-kata semacam itu. Benarkah? Aku percaya bahwa memang kita selalu berubah setiap waktu meskipun perubahan itu sangatlah kecil. Dan aku juga percaya bahwa jika kta ingin bertahan di dunia ini maka kita harus selalu berubah, dan tentunya perubahan ke arah maju.

Manusia yang paling banyak berubah, dialah yang paling berkembang di antara manusia yang lainnya. Cuman ada beberapa type orang yang justru tidak suka dengan yang namanya perubahan. Karena pada dasarnya perubahan itu membawa resiko dan tuntutan pengorbanan yang untuk sebagian orang sangat menakutkan.

Contoh, jika kita ingin menjadi orang yang pintar. Saya pikir tidak ada jalan lain selain belajar. Bukankah belajar itu suatu hal yang sangat tidak menyenangkan? (Untuk sebagian orang belajar justru merupakan hiburan). Atau kita harus mengeluarkan uang yang banyak untuk sekolah di tempat yang bonafit. Dan ternyata menjadi pintar bukanlah impian semua orang di dunia ini. Karena dengan menjadi orang pintar, ada kewajiban-kewajiban yang harus dituntaskan di mana kewajiban itu tidak dimiliki oleh orang yang kurang pintar. masih ingat kan: "With great power comes great responsibility".

Aku sendiri merasa bahwa kalau kita tidak merencanakan perubahan apa yang akan kita lakukan maka keadaanlah yang akan memaksa kita untuk berubah. Dan hal itu adalah suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Sebagai mahasiswa, sudah kepastian ada ujian tiap akhir semester. Jika kita tidak mencoba merencanakan untuk belajar maka kondisi di mana ujian tinggal besok pagi akan memaksa kita untuk segera belajar dan pasti sangat menyiksa. Seperti itulah mungkin contohnya....

Maka dari itu, mari kita rencanakan perubahan diri kita untuk menjadi lebih baik. Minimal kita bisa memvisualisasikan seperti apakah diri kita satu tahun mendatang, atau lima tahun mendatang, atau sepuluh tahun mendatang. Atau hanya sekedar besok pagi. "Peluang selalu memihak pada pikiran yang siap", seperti dalam film Under Siege 2.

Monday, August 20, 2007

Tahu

Manusia ditakdirkan memiliki rasa ingin tahu. Hal itulah yang kemudian menjadikannya dapat berkembang menjadi sesosok maklhuk yang selalu lebih baik daripada sebelumnya. Dengan bermodalkan kumpulan syaraf yang membentuk satu organ, yaitu otak, ia dapat mengembangkan satu permasalahan dari yang sederhana menjadi hal yang sangat kompleks.

Rasa ingin tahu juga yang membuat manusia dapat bertahan dari kepunahan. Bagaimana tidak, dengan rasa ingin tahu tersebut ia dapat menciptakan alat-alat teknologi baru yang membuatnya lebih nyaman dan menyenangkan dalam menjalani hidup. Jadi, manusia yang paling bisa berkembang adalah manusia yang mempunyai rasa ingin tahu yang paling tinggi.

Tetapi dibalik sisi positif tersebut tentu ada sisi negatifnya. Ada kalanya rasa ingin tahu justru membuat kita terperosok ke dalam permasalahan yang akan membuat hidup kita sengsara. Bahkan bisa membuat kita celaka alias meninggalkan dunia ini lebih cepat dari yang kita perkirakan sebelumnya.

Contoh saja. Aku agak suka sama film anime yang berjudul Conan, dan kebanyakan anak Indonesia menyukainya. Nha, dari awal ceritanya, Sinichi Kudo tahu transaksi yang dilakukan oleh sekelompok penjahat sehingga membuat dia menjadi kecil. Atau misal kita tahu bahwa diri kita terserang penyakit yang akan mencabut nyawa kita sebentar lagi. Atau misal kita tahu kapan kita akan mati. Saya yakin hidup kita malah akan menjadi tidak tenang karena memmikirkannya.

Tahu, ternyata juga membawa sebuah konsekuensi. Seperti kata pamannya Peter Parker dalam fil Spiderman :"With great power comes great responsibility". Kekuatan yang dimaksud tentu termasuk pengetahuan. Misal kita tahu bahwa jika adik kita bermain pisau maka kemungkinann besar akan terluka, maka kita punya kewajiban untuk mengingatkannya. Atau misal dalam satu perahu ada seseorang yang berusaha melubangi perahu dan kita mengetahuinya, maka kita punya kewajiban untuk mengingatkannya karena kalau tidak, kita sendiri juga akan ikut tenggelam.

Yah, setidaknya kita dapat memahami apa arti dari "mengetahui", "rasa ingin tahu", dan "pengetahuan". Setiap segala sesuatu di dunia ini pasti ada konsekuensi dan resiokonya.

Thursday, August 16, 2007

Prematur

Pernah dengar kata itu? Pasti pernah dong. Misal ada kalimat "bayi prematur", nha, apa artinya itu. Yup, bayi yang lahir sebelum waktu standardnya yaitu 9 bulan 10 hari. Apa jadinya? Banyak hal yang bisa terjadi akibat keprematurannya, bisa positif tapi bisa juga negatif.

Ternyata, tidak hanya bayi saja yang prematur. Pada dasarnya semua hal di dunia ini bisa menjadi prematur. Dulu aku pernah menulis tentang "timing", ya, segala sesuatu di dunia ini butuh timing yang tepat agar sesuai dengan yang kita harapkan.

OK. Aku akan mempersempitnya menjadi satu masalah saja, yaitu tindakan yang prematur. Apa maksudnya? Banyak orang yang melalukan sesuatu dengan terburu-buru, tidak mempertimbangkan tindakannya berdasarkan kemampuan dan akibat yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, ketika seorang bayi dipaksa berjalan padahal tulang dan ototnya masih lemah bisa menimbulkan cacat permanen padanya.

Atau seperti sebuah cerita mengenai kupu-kupu yang baru saja keluar dari kepompongnya dan dipaksa untuk segera mengembangkan sayapnya. Bisa jadi, ia tidak akan bisa terbang selamanya. Akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan yang prematur akan lebih besar resikonya.

Tindakan yang kita lakukan akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita nantinya. Manusia yang sudah dewasa akan tahu kapan ia harus bertindak. Karena memang itulah yang membedakannya dengan anak-anak. Maka dari itu, mari kita bertindak dengan akal sehat, penuh tanggung jawab, dan berdasarkan pada logika yang benar. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari meskipun sebenarnya penyesalan itu pasti suatu saat akan kita alami.

Monday, August 13, 2007

Bisakah Aku?

Suatu saat kita mendapatkan tugas, entah tugas kuliah, tugas kerja, atau tugas-tugas lain, yang benar-benar baru alias belum pernah kita lakukan. Pasti yang terpikirkan dalam benak kita adalah sebuah pertanyaan :"Bisakah aku melakukannya?"

Pertanyaan yang sangat sering aku tayakan pada diriku sendiri. Berulangkali pertanyaan semacam itu membuat diri ini terjerumus ke dalam bayangan buruk dan akhirnya membuat takut. Tantangan, itulah yang kadang aku jadikan alasan untuk terus maju, mengahadapi tugas yang sulit sekalipun.

Memang benar bahwa, kemampuan manusia itu terbatas tetapi kita tidak pernah tahu seberapa batas kekuatan kita. Artinya, jika ada suatu tantangan yang sama sekali baru maka kita harus bisa menjawab pertanyaan tadi dengan keyakinan dan dengan semangat yang kita miliki maka pasti kita bisa melakukannya.

Otak, kadang bisa membuat kita lebih kuat tetapi bisa juga membuat kita menjadi lemah. Suatu tantangan yang menghadang di depan kita akan memiliki peluang yang lebih besar untuk diselesaikan jika sejak awal, otak kita selalu menatakan "Aku bisa melakukannya!!!"

Seperti kata pepatah :"Nothing impossible if we always think possible". Ya, aku percaya akan hal itu. Jika kita ingin keberhasilan maka terlebih dahulu kita harus dapat menyetting apa saja yang ada dalam diri kita untuk mendukung dan mengatakan bahwa "Aku pasti bisa."


Bisakah Aku? Akan menjadi sebuah pertanyaan yang sangat menyenangkan untuk dijawab jika kita memiliki keyakinan yang didukung dengan wawasan dan ketrampilan yang kita miliki. Takut pada hal yang baru bukanlah alasan untuk menolak keberhasilan yang lebih daripada apa yang sudah kita capai sekarang.

Friday, August 10, 2007

Maaf

"Maaf, saya telah melukaimu!" Kata-kata itu pernah aku ucapkan pada seseorang. Waktu itu, secara tidak sengaja aku menjatuhakan pisau dari meja dan mengenai kakinya. Ia adalah temanku, teman bermain waktu aku masih kecil. Umurku masih 8 tahun kira-kira waktu itu.

Sekarang keadaan telah berubah. Aku merasakannya. Betapa susahnya sekarang minta maaf ketika berbuat salah atau minimal membuat orang lain tidak senang. Mungkin karena ego yang semakin besar serta harga diri yang bertambah membuat kita agak sungkan minta maaf. Apalagi kalau kita berbuat salah pada orang yang sejak awal sudah kita benci. Jangankan minta maaf, justru kita akan bilang "Syukurin!!!"

Kadang kita lebih mementingkan harga diri daripada kebenaran. Ya, seperti fenomena minta maaf tadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika kita berbuat salah pada seseorang, siapapun itu, kita punya kewajiban untuk minta maaf padanya. Terserah dia mau memebri maaf atau tidak.

Aku yakin bahwa orang yang beragama akan menyetujuinya. Yaaa....bukan hal yang mudah sih untuk sekedar "minta maaf" memang aku sendiri juga menyadari bahwa ketika kata "maaf" keluar dari mulut kita maka harga diri kita akan turun beberapa derajat, apalagi jika kemudian orang yang kita mintai maaf mengejek dan menghina kita.

Tapi aku selalu membayangkan betapa indahnya dunia ini ketika setiap orang mau minta maaf seandainya dia punya salah. Kita harus sadar bahwa tak seorang pun yang bisa lepas dari yang namanya berbuat salah. Maka dari itu, mari kita budayakan minta maaf. Tetapi kita juga harus menempatkan kadar kuantitas minta maaf sesuai dengan kebutuhan supaya kita tetap dianggap sebagai manusia yang normal, yang tetap punya harga diri.

Wednesday, August 8, 2007

Bicara

Bersyukurlah bagi kita yang diberi anugrah oleh Tuhan Yang Maha Esa, yaitu kemampuan bicara. Karena banyak orang yang tidak diberi anugrah itu alias bisu. Bukan hal yang sulit saya kira jika hanya mengucapkan syukur kepada-Nya.

BTW, tak semua orang bisa bicara dengan benar. Maksudku sesuai dengan maksud dan tujuan mengapa ia ingin bicara. Betapa banyak orang yang celaka karena salah berbicara, bisa salah isinya dan bisa juga salah memilih waktu untuk bicara

Ngomong-ngomong soal waktu, setiap diri kita pasti menyadari bahwa jika kita ingin bahan pembicaraan kita diterima oleh orang lain maka perlu timing yang tepat. Karena memang aku yakin, segala hal di dunia ini, agar berjalan dengan baik dibutuhkan timing yang tepat.

Contoh saja, jika kita ingin bilang "I LOVE U" sama seseorang. Jika waktunya tidak tepat (misal si dia sedang dalam masalah, habis berantem atau hasil ujian jelek misalnya) bisa dipastikan maksud yang ingin kita sampaikan tak direspon dengan baik.

Atau misal kita ingin minta maaf kepada seseorang. Butuh waktu ketika hatinya sedang tenang dan mau mendengarkan kita. Kondisi itu akan membuat peluang kita untuk dimaafkan lebih besar. Jika waktunya tidak tepat, bisa jadi ia malah tambah benci sama kita.

Makanya jangan asal bicara saja. Pilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya, apalagi itu adalah hal yang sangat penting. Jangan sampai kita tergelincir oleh perkataan kita sendiri. Kalau aku ditanya "Kapan waktu yang paling tepat untuk bicara?" maka saya tidak dapat menjawabnya karena saya yakin kita semua tahu jawabannya.

Mari kita buat proses bicara kita dengan orang lain menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggugah semangat.

Mulut

MULUTMU HARIMAUMU...... He...he...he...bukannya mau iklan lho ini. Tapi aku setuju saja dengan pernyataan itu. Tapi ternyata mulut itu tidak hanya bisa menjadi harimau tapi juga bisa menjadi angsa yang bisa bertelur emas. Seperti kata pepatah mulut itu bagai pedang yang bermata dua.

Suatu saat ia bisa mendatangkan kebahagiaan tapi di saat yang lain ia bisa menimbulkan banyak masalah. Semua itu sangat tergantung sama pribadi orang yang memiliki mulut tadi.

Mulut adalah jembatan yang menghubungkan antara dunia virtual di dalam otak dan hati kita dengan dunia nyata yang berada di luar tubuh kita. Maka dari itu mulut punya peranan yang sangat penting dalam menterjemahkan/mengekspresikan pemikiran dan perasaan yang kita miliki.

Ternyata tak semua orang punya mulut yang bisa merepresentasikan perasaan/pemikirannya sendiri. Maksudku, kadang yang kita ucapkan agak berbeda dengan maksud yang ingin kita sampaikan. Memang bukan hal yang gampang. Aku sendiri kadang juga merasa apa yang aku ucapkan tidak sepenuhnya murni apa yang aku maksud.

Karena ternyata banyak hal yang bisa diterjemahkan dari yang namanya mulut ini. Sebut saja kalimat yang kita gunakan, intonasi, bahkan gerak bibir pun mempunyai makna masing-masing. Untuk itu perlu bagi kita untuk berhati-hati dalam menterjemahkan maksud di dalam otak kita dalam kata-kata dan ekpresi mulut.

Hal yang baik selalu datang dari niat yang baik. Berkata dengan baik akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi kita sendiri dan orang yang mendengarnya. Betapa indahnya hidup ini ketika semua orang dapat mengeluarkan kata-kata yang selalu menyejukkan hati, menenangkan pikiran dan meluluhkan kebencian.

Tuesday, August 7, 2007

Salah Paham

Bukan hal yang besar sih sebenarnya tetapi hal yang satu ini yang sangat aku benci. Bukan benci beneran sih tapi agak sayang aja gitu, gak sebanding.

Gini lho, pernah ga kalian mengalami yang namanya salah paham. Rasanya gak enak dan lebih ga enak lagi karena setelah tahu bahwa permasalaha itu hanya virtual saja. Cuma karena salah komunikasi, salah mengerti dan salah memahami.

Kalo aku pikir-pikir sebagian besar permasalahan yang muncul dengan orang lain lebih disebabkan karena salah paham daripada masalah yang sebenarnya.

Contoh aja, ya. Suatu saat seorang kakak ingin menjemput adiknya yang pulang dari sekolah. Si kakak menunggu di tempat parkir karena jika menunggu di depan sekolah, selain panas juga agak mengganggu jalan. Sementara si adik langsung keluar dan mencari kakanya di luar pintu gerbang. Nha, kan ga bakalan ketemu tuh. Akhirnya si kakak mengira adiknya ga tahu diri udah dijemput tapi ga mencarinya sementara si adik mengira kakaknya ga bertanggung jawab karena ga menjemput dia.

Nha, permasalahan seperti itu sebenarnya bukan masalah yang besar jika kita melihatnya hal itu hanyalah salah paham. Tetapi kebanyakan orang terlalu emmperturutkan hawa nafsunya sehingga sesutau yang kecil menjadi besar.

Sayang sekali, hanya karena salah paham seseorang bisa kehilangan pekerjaannya, sakit hatinya, bahkan bisa terbunuh karenanya.

So, mari kita pikirkan terlebih dahulu. Chek & Ricek sebelum kita memutuskan tindakan apa yang akan kita ambil terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Permasalahan dengan orang lain sebenarnya akan segera selesai jika ada keterbukaan dan mau saling mendengarkan satu sama lain.

Dunia ini sudah berisi banyak masalah, baik yang kecil maupun besar. Jika kita memang ingin berkorban untuk menyelesaikan masalah maka berkorbanlah untuk menyelsaikan masalah yang sesungguhnya bukan masalah yang hanya karena salah paham.