/* salju turun */ adnan: October 2007

Monday, October 22, 2007

Idul Fitri


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1428 H. Hari yang sangat istimewa tetapi hanya untuk umat musilm saja tentunya. Hari di mana berjuta-juta manusia melapangkan dadanya untuk meminta maaf sekaligus memberi maaf kepada setiap orang yang bahkan untuk orang yang belum dikenalnya. Bukan hal yang sulit memang, jika minta maaf itu dilakukan secara bersama-sama. Bayangin aja kalo hanya sendiri, ogah-ogahan lah. Tapi bukan itu yang ingin saya diskusikan di sini.

Kita tentu pernah menerima atau mendengar suatu perkataan "Di hari yang fitri ini mari kita mulai dari awal persahabatan kita." Waduh, saya pikir berat sekali atau waktu yang selama ini sudah berlalu menjadi sia-sia. Bagaimana tidak? Mulai dari awal gitu loh...... Sebenarnya hal yang sederhana saja sih tapi perlu kita luruskan pemahamannya.

Kita perlu memahami bahwa mulai dari awal berarti segalanya menjadi baru(sehingga kadang kita juga mendengar perkataan "0 - 0" atau "kosong-kosong"). Tentu harus kita pahami bahwa hal itu adalah sebuah idealitas atau sebut saja kesempunaan, di mana kita benar-benar tulus meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah hati kita sudah benar-benar ikhlas meminta maaf dan khususnya memberi maaf. Terus terang saya sebagai manusia biasa kadang masih sulit untuk benar-benar 100% meminta maaf/memaafkan.

Tentu saling meminta/memberi maaf harus kita pahami sebagai sebuah proses panjang untuk berbenah diri. Sebuah niat untuk benar-benar menyesal akan apa yang pernah dilakukan dan niat tulus untuk tidak mengulanginya. Sehingga, sebenarnya proses ini tidak hanya berlangsung satu hari kemudian semuanya menjadi baru dan kembali seperti semula (fitrah). Paling tidak selama satu tahun mendatang merupakan masa-masa ujian apakah niat kita di awal dapat kita pertahankan atau tidak.

Ada yang kemudian berceletuk "Ah, nggak apa-apa sekarang berbuat salah. Nanti pas Lebaan kan kita pasti dimaafkan." Sebuah perkataan yang terkesan menyepelekan perilaku buruk kita terhadap orang lain. Seperti sebuah paku yang sudah kita tancapkan ke sebuah kayu maka memang kita dapat mencabutnya kembali tetapi tetap saja ada bekas lubang di kayu itu.

Maka kemudian saya mengambil kesimpulan bahwa hari yang suci ini "Idul Fitri" adalah moment yang paling tepat untuk melebur semua kesalahan kita tetapi akan lebih baik lagi ketika dalam satu tahun mendatang kita dapat mempertahankan niat untuk meminta maaf tersebut. Jangan sepeti tobat sambel yang terus saja diulang karena beranggapan akan ada Idul Fitri untuk meleburnya.