/* salju turun */ adnan: 2008

Monday, November 24, 2008

Curhat

Pernah dengar kata curhat? Pernah dong…. Apalagi bagi kita-kita yang masih remaja maka kata “curhat” tidak akan lepas dari lika-liku perjalanan hidupnya. Jika kita cermati lagi lebih teliti maka memang kata curhat hanya ditujukan untuk remaja saja. Jarang ada anak kecil atau orang yang sudah dewasa dikatakan curhat. Meskipun sebenarnya kaidah pakteknya sama. Lalu, apa sih sebenarnya curhat itu? Seberapa penting bagi remaja? Yuk, kita ulas satu persatu.

Curhat merupakan singatan dari curahan perasaan. Sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengemukakan permasalahan yang sedang dialaminya kepada orang yang dianggapnya dekat. Proses ini biasanya hanya dilakukan oleh satu orang yang mau curhat dan satu orang yang mendengarkan curhat dari orang pertama. Harapannya dengan mengemukakan permasalahan, setidaknya beban dari permasalahan tersebut berkurang. Lebih jauh lagi bisa menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.

Saya sendiri masih agak bingung tetapi selama ini saya mendapat kesan bahwa curhat hanya ditujukan untuk curahan perasaan yang bersifat menyedihkan. Missal, hasil ujian keluar jelek, tidak lulus interview, diputus pacarnya, atau sedang ada masalah dengan pacarnya, dan lain sebagainya. Apakah mengemukakan perasaan yang menggembirakan juga termasuk dalam kata “curhat”? Ah, itukan urusannya ahli bahasa.

Berdasarkan pengamalan saya sendiri, mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi memberikan efek positif bagi psikis kita. Entah bagaimana cara kerjanya, yang jelas yang tadinya pikiran kalut, bingung, gelisah, dan perasaan-perasaan negative lainnya menggelayut di dalam diri menjadi hilang entah ke mana. Seolah permasalahan tersebut sudah terpecahkan. Padahal hanya berbicara pada orang yang kita percaya saja.

Tetapi tidak semua curhat membawa efek positif. Jika yang kita curhati adalah orang yang tidak terlalu bijak, bisa saja ia justru malah “mengompori” atau memprovokasi kita untuk berbuat hal yang tidak baik. Bahkan ada juga yang justru mengejek orang yang sedang curhat. Ia bilang pengecutlah, cengenglah, kurang tegarlah, dan lain sebagainya. Kata-kata seperti itu sebenarnya kurang pantas diucapkan kepada orang yang sedang(menurut saya). Karena bagaimanapun juga tidak semua masalah dapat diselesaikan sendiri. Ibarat air yang dibendung maka tekananny akan sebakin kuat, jika tidak segera dicari jalur keluarnya maka bisa jadi akan jebol.

Maka jika punya masalah jangan malu-malu untuk bercerita kepada orang lain. Tetapi jangan lupa, jangan sembarangan menceritakan masalah kepada orang yang benar-benar dapat dipercaya. Jangan sampai permasalahan kita justru menjadi konsumsi umum karena dibeberkan oleh orang yang kita curahti tadi. Yang paling baik adalah curhatlah kepada orang tua karena seburuk-buruk orang tua tidak akan mempermalukan anaknya di depan umum.

Monday, November 10, 2008

Berbicara

Kita diciptakan olaeh Allah SWT dalam keadaan yang sangat baik. Segalanya telah disediakan untuk menunjang kebutuhan kehidupan kita. Salah satu hal yang harus kita syukuri adalah kemampuan kita untuk berbicara. Berbeda dengan makhluk lainnya, bicara yang dilakukan oleh manusia memiliki keunikan tersendiri. Karena dan bicara manusia terdapat bahasa yang mentranfer suatu informasi dari satu orang kepada orang lainnya.

Maka secara fitrah manusia memang harus berbicara sehingga mungkin dapat saya katakana di sini bahwa bicara adalah satu kebutuhan bagi manusia. Yang namanya kebutuhan, jika tidak dipenuhi maka akan muncul perasaan yang tidak nyaman di dalam hati. Kadang perasaan itu sangat dominan dan membuat segalanya menjadi tidak menyenangkan.

Sebagai contoh saja ketika kita berada dalam suatu forum diskusi. Di mana setiap peserta diskusi memiliki hak yang sama untuk berbicara. Jika kita aktif dalam mengemukakan ide kita maka di akhir diskusi akan terasa puasnya. Sebuah rasa yang sangat nyaman untuk kita rasakan dan motivasi untuk melakukannya lagi di lain waktu. Sebaliknya, jika kita hanya diam saja maka kemungkinan besar proses diskusi itu akan terasa membosankan dan membuat kita gerah. Akhirnya kita enggan untuk melakukannya lagi di lain waktu.

Selain itu, dengan berbicara berarti kita berlatih untuk mengemukakan ide dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah kita sampaikan. Tidak semua orang mampu mengemukakan ide melalui bahasa lisan. Ada yang mengatakan bahwa percuma kita memiliki kepintaran yang lebih daripada orang lain sementara kita tidak mampu mengemukakan ide kita tersebut kepada orang lain melalui diskusi. Mungkin ada benarnya juga. Karena kepintaran yang hanya bisa dinikmati sendiri tidak akan memberikan manfaat kepada orang lain. Sementara orang yang paling mulia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Yang penting adalah kita harus bisa menyesuaikan diri kapan kita harus berbicara dan kapan harus diam. Banyak bicara sepertinya tidak terlalu baik, sementara diam saja juga tidak terlalu baik. Mulut ibarat pedang yang bermata dua. Ia bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada orang lain tetapi jika kita salah mengeluarkan kata-kata dan menyinggung perasaan orang lain maka ia bisa lebih tajam dari senjata tajam apapun.

Dengan berbicara yang baik berarti kita akan mudah berkomunikasi dengan orang lain. Semakin banyak beromunikasi maka semakin banyak pula orang yang akan senang berbicara dengan kita. Akhirnya semakin banyak pula teman yang kita miliki. Semakin banyak teman maka semakin banyak doa yang diberikan kepada kita, semakin mudah juga kita ketika membutuhkan pertolongan mereka. Maka berlatihlah untuk berbicara yang baik. Pelajari bagaimana kita dapat mengeluarkan kalimat-kalimat dari mulut kita tanpa menyinggung perasaan orang lain. Kalaupun suatu saat kita salah mengeleuarkan kata-kata maka kita bisa mengambil hikmahnya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Monday, November 3, 2008

Mati Listrik

Saat ini listrik tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hamper setiap peralatan yang digunakan manusia untuk mempermudah urusannya membutuhkan tenaga listrik. Ambil saja contoh, memasak, mencuci, membaca, mengetik, dan lain sebagainya. Semuanya membutuhkan listrik. Sehingga mungkin saat ini listrik bisa dikategorikan sebagai kebutuhan tingkat pertama atau primer.

Sebegitu pentingnya listrik sehingga ketika suatu saat listrik mati, karena suatu hal, maka segala urusan yang tadinya gampang menjadi begitu rumit. Apalagi listrik mati pada malam hari. Suasana menjadi sangat tidak menyenangkan, gelap, pengap, mau melakukan kegiatan juga menjadi malas. Apalagi untuk saat ini, mati listrik lebih sering terjadi karena adanya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN.

Sebenarnya kita bisa memanage diri kita sendiri supaya ketika terjadi mati listrik, suasana tetap menyenangkan dan nyaman. Kadang saya berfikir bahwa mati listrik adalah cara Allah untuk mengingatkan kita supaya selalu mengingat alam yang sebenarnya. Alam yang masih asli belum terjamah campur tangan manusia. Bukankah ketika mati listrik, bintang-bintang di langit kelihatan lebih jelas dan indah. Suasana yang terbangun juga lebih hening dan khusu’. Dengan demikian kita akan lebih bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat yang diberikan kepada kita.

Masih ingat kata-kata bapak saya ketika suatu saat mati listrik di rumah. Beliau mengatakan,”Dulu aja nggak pake listrik bisa hidup dan nyaman-nyaman saja kok, mengapa sekarang ketika mati litsrik harus ribut?” Memang ada benarnya juga sih. Yang jelas kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghidupkan listrik yang mati karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab PLN. Kita hanya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri kita sendiri khususnya dan untuk orang-orang di sekitar kita pada umumnya. Daripada cuman menggerutu dan mengumpat. Atau jika tidak bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat lebih baik tidur.

Sebagai manusia yang memiliki akal, tentu kita harus bisa menyesuaikan diri dengan berbagai macam keadaan yang akan selalu berubah. Dengan keadaan yang tanpa listrik pun seharusnya kita bisa menyesuaikan diri meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa dengan keadaan tersebut mau tidak mau pasti produktivitas kita akan menurun. Nha, seberapa besar penurunan tersebut sangat tergantung pada diri kita sendiri. Bukankah segala hal yang ada di dalam diri kita merupakan kuasa kita sendiri untuk mengaturnya?

Sebaik-baik orang adalah yang tidak hanya bisa menyalahkan ketika berada pada suatu keadaan yang kurang mendudukung. Mengapa kita harus menggerutu, menghakimi, menghina, dan memaki pihak lain sementara belum tentu ia yang bersalah. Bagaimanapun juga mati listrik tidak bisa kita hindari dari kehidupan kita. Ia adalah ciptaan manusia yang pasti ada kekurangan dan kelemahan yang harus kita maklumi.

Wednesday, October 29, 2008

Pertemuan

Begitu banyak makhluk di dunia ini yang diciptakan oleh-Nya, membuat kita selalu bertemu satu sama lain. Di antara sekian banyak pertemuan yang kita alami tentu memiliki porsi yang berbeda-beda di dalam hati kita. Ada yang sangat berkesan sehingga tak akan pernah lupa meski sudah terjadi sangat lama tetapi ada juga yang biasa-biasa saja sehingga segera lupa ditelan waktu. Apa yang menyebabkan pertemuan menjadi berkesan atau biasa-biasa saja?

Ada beberapa hal yang bisa saya ungkapkan di sini bahwa pertemuan yang berkesan terjadi ketika kita menemui seseorang dan mendapatkan manfaat dari pertemuan itu. Sebagai contoh, misalnya kita bertemu dengan seorang yang sangat pintar sehingga dari pertemuan tersebut kita mendapatkan ilmu yang tak terbilang banyaknya. Atau misalnya kita bertemu dengan seorang yang kita kasihi sehingga dari pertemuan tersebut memberikan ketenangan kepada hati kita.

Sebenarnya kita bisa mengatur supaya setiap pertemuan yang kita lalui, dengan siapa saja, di mana saja, pada waktu kapan saja, menjadi sangat berkesan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mempersiapkan apa saja yang kita butuhkan dari seseorang sehingga pada saat bertemu, kita segera dapat memfokuskan pembicaraan pada keperluan kita. Seperti seorang mahasiswa yang ingin bertemu dengan dosen pembimbingnya untuk berkonsultasi maka alangkah baiknya ia mempersiapkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih membingungkan baginya serta modal pengetahuan dari apa yang sedang dikerjakannya. Tanpa kedua hal itu, bisa jadi dosen pembimbingnya marah-marah dan akhirnya pertemuan tersebut malah memberikan rasa sakit hati pada sang mahasiswa.

Kadang kita dihadapkan pada pertemuan yang tidak diduga-duga. Bukankah Allah memiliki scenario kehidupan yang serba ada kejutan-kejutan? Kita bertemu dengan seseorang yang sebelumnya tidak kita rencanakan. Nha, tentu dalam kasus ini kita tidak dapat mempersiapkan jalannya pertemuan tersebut dong? Jika kita sudah terbiasa mempersiapkan diri maka dalam kondisi yang mendadak pun kta akan terbiasa, yang penting tetap bersikap tenang dan kendalikan diri(akal dan emosi).

Semua orang pasti menginginkan pertemuan yang menyenangkan dan berkesan. Maka yang bisa membuat hal itu terjadi tidak lain dan tidak bukan adalah diri kita sendiri. Kadang kita terlalu emosi sehingga pada saat lawan bicara kita bersikap yang kurang berkenan di hati, emosi langsung naik dan menguasai setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Akhirnya, terjadi salah paham dan saling memarahi, saling memaki, dan saling menghina satu sama lain pun tak dapat dihindarkan. Pulang-pulang adanya hanya menggerutu dan mengumpat. Kita juga yang merasakan ketidakenakannya.

Maka dari itu, yuk kita bangun setiap pertemuan yang kita alami berjalan menyenangkan dan berkesan. Selain membuat kita tambah semangat untuk melakukan pertemuan berikutnya, kita juga mendapatkan manfaat yang tidak akan didapatkan pada kesempatan-kesemapatan lain. Jangan sampai pertemuan yang seharusnya demikian baik berubah menjadi keburukan hanya karena salah paham dan ketidak sabaran pada diri kita. Saying, sungguh sangat disayangkan.

Yosh……..!!!!!!!

Sahabat

Ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa kita pisahkan dari diri kita. Salah satunya adalah keberadaan seorang sahabat. Bukan hanya seorang tetapi minimal satu orang. Bukankah manusia diciptakan di dunia ini dengan membawa sifat social di mana ia harus memenuhi salah satu kebutuhannya yaitu memiliki sahabat. Ia membutuhkannya untuk saling membantu dan saling dibantu.

Saya sendiri punya pengalaman di mana suatu kondisi di tempat asing tanpa ada yang bisa sekedar diajak bicara. Bosan, boring, nggak semangat dan sifat-sifat negative lainnya muncul begitu saja. Tetapi beberapa hari kemudian, seteleh beberapa orang di komunitas tersebut saya kenal dan mulai bisa ngobrol bareng maka situasi segera berubah. Segala macam sifat negative yang tadi muncul seolah berjalan pelan mengundurkan diri. Sungguh sangat luar biasa.

Memang sangat enak jika kita mempunyai sahabat. Apalagi ia adalah orang yang mau menerima kita apa adanya. Tidak peduli kondisi fisik kita, tidak peduli dengan kondisi keluarga kita, tidak peduli dengan berbagai macam sifat negative yang kadang muncul dalam diri kita, tidak peduli pada prestasi yang pernah kita raih, dan lain sebagainya. Sahabat yang dengan tulus hati berusaha untuk memberikan yang terbaik buat kita.

Seperti kedua bola mata kita yang selalu seiya sekata berkedip. Tak pernah salah satu mendahului yang lain, bahkan ketika satu mata kelilipan maka mata yang satunya ikut memejamkan mata. Ketika sedang sedih pun keduanya selalu berbarengan mengeluarkan air mata. Mereka bekerja bersama-sama bahkan antara satu mata dengan mata yang lain tidak bisa saling melihat. Mereka tidak peduli, yang penting adalah bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan.

Bagaimana memperoleh sahabat yang seperti itu? Tentu saja kita sendiri harus memiliki sifat-sifat mulia seperti itu. Ketika kita memberikan yang terbaik buat teman kita maka ia juga akan memberikan yang terbaik buat kita, ketika kita mau mengerti mereka maka mereka pun akan mau mengerti kita, ketika kita mau membantu mereka dengan ikhlas maka mereka pun akan mau membantu kita dengan tulus ikhlas.

Bukankah hal yang sangat tidak mengenakkan ketika kita mengulurkan tangan kosong dan tidak ada yang mau memberikan sesuatu kepada kita. Tetapi sungguh lebih sengsara ketika kita mengulurkan tangan yang berisi tetapi tidak ada yang mau menerimanya. Yah, membantu dn dibantu adalah kodrat manusia. Sangat tidak rasional ketika seseorang yang tidak mau membangun persahabat yang sebanyak-banyaknya dengan sesame manusia bahkan sesame makhluk-Nya.

Hanya saja kadang kita diuji dengan berbagai macam hal yang menuntut kita untuk bersabar. Ketika kita bisa bersabar maka persahabatan yang kita bangun akan semakin erat. Tetapi ketika kita tidak mampu bersabar maka bisa jadi persahabatan tersebut berubah menjadi permusuhan. Betapa sifat manusia itu sangat rentan terhadap perubahan. Maka dari itu, yuk kita bangun persahabatan sebanyak-banyaknya. Ikhlaskan hati kita maka hal-hal yang baik saja yang akan kita terima. Tak ada hal yang mudah di dunia ini kecuali kita mau bersabar dan pantang menyerah.

Monday, October 27, 2008

Pusing

Pusing adalah salah satu fenomena dalam kehidupan manusia. Apakah pusing dapat dikategorikan sebagai sebuah penyakit? Entahlah, yang jelas pusing membuat suasana menjadi tidak menyenangkan. Lagipula ada beberapa keadaan yang dapat didefinisikan sebagai pusing, tetapi dari keadaan-keadaan itu semuanya mengarah pada sesuatu yang terjadi di kepala.

Pertama, kita mengenal pusing sebagai sebuah penyakit fisik yang menyerang kepala kita. Tidak ada penyebab yang pasti dari penyakit ini, bisa karena virus, salah makan, salah minum, atau hal-hal lain yang juga bersifat fisik. Cara mengatasinya adalah dengan minum obat yang pastinya juga bersifat fisik. Pusing yang diakibatkan karena penyakit fisik ini bisa jadi merupakan imbas dari penyakit yang menyerang bagian tubuh kita yang lain atau memang penyakit utama yang menyerang kepala kita.

Nha, pusing yang kedua adalah pusing yang diakibatkan oleh tekanan mental yang berlebihan. Missal, ketika kita sedang belajar dan diberikan soal yang sangat sulit. Sudah berusaha sekuat tenaga tetapi tidak juga menemukan jawabannya. Dalam hal ini, kemampuan manusia terbatas sehingga jika sudah melampuai batas tersebut maka kepala kita akan terasa pusing. Atau missal bagi kita yang sudah bekerja, dikarenakan menumpuknya pekerjaan di kantor sehingga kepala terasa penat dan akhirnya memunculkan rasa pusing di kepala.

Untuk pusing yang kedua ini diakibatkan oleh sesuatu yang abstrak maka obatnya pun bersifat abstrak. Artinya bukan sesuatu yang dapat kita lihat dan dapat kita rasakan. Cukup dengan istirahat sejenak sambil minum kopi atau menikmati pemandangan yang indah akan menyegarkan kembali pikiran dan menyingkirkan rasa pusing yang tadinya menggerogoti setiap sel otak kita.

Untuk pusing yang pertama kita tidak bisa berbuat apa-apa selain minum obat. Tetapi untuk pusing yang kedua kita bisa melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang berhubungan dengan otak kita. Karena pada pusing yang kedua sangat erat kaitannya dengan keadaan psikologi kita. Semakin kuat keadaan pskikis kita maka semakin sulit kita mengalami pusing yang kedua. Bagaimanapun juga tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Artinya ketika kita mampu memanage kemampuan otak kita agar berkerja secara optimal maka segala masalah-masalah yang dapat menimbulkan pusing dapat segera diselesaikan.

Keadaan justru akan terjadi sebaliknya. Karena ketika kita mampu keluar dari keadaan yang rumit menuju keadaan yang indah dan menyenangkan maka akan memunculkan semangat baru untuk segera menyambut tantangan berikutnya. Seperti ketika kita memenangkan sat pertandingan sepak bola maka semua pemain tidak akan sabar untuk segera memenangkan pertandingan berikutnya.

Yah, pusing memang suatu keadan yang sangat tidak menyenangkan. Tetapi lebih tidak menyenangkan lagi ketika kita tidak mampu mengelola keadaan itu dan segera keluar dari keadaan yang demikian. Semakin sering kita bisa keluar dari keadaan itu maka semakin mahir juga diri kita dalam mengelola keadaan psikis kita. Dan semakin mahir kita mengelola keadaan psikis kita maka semakin mudah pula kita keluar dari keadaan yang memusingkan.

Tugas Akhir

Sebagai seorang mahasiswa, penulis dibebani satu tugas sebagai syarat kelulusan yaitu membuat tugas akhir. Mengapa disebut tugas akhir? Memang sih, nggak ada yang mendefinisikan secara tertulis apakah tugas akhir itu tetapi setidaknya kita bisa mengetahui alasannya mengapa disebut “tugas akhir”? Yup betul, mungkin karena tugas itu harus diselesaikan jika seorang mahasiswa sudah menyelesaikan semua mata kuliah teori dan praktikum untuk mencapai kelulusan. Dilihat dari kedudukannya, tugas ini memang berada di akhir periode seorang disebut mahasiswa.

OK, ngomong-ngomong tentang tugas akhir maka sebenarnya kata “akhir” tidak bisa dipisahkan dengan kata “awal”. Setiap akhir dari sesuatu pasti akan segera diikuti oleh awal dari sesuatu. Artinya kita boleh bernafas lega sejenak menikmati kesuksesan mengakhiri satu babak kehidupan tetapi jangan terlalu lama berleha-leha menikmati kepuasan. Tugas selanjutnya yang mungkin lebih berat dari sebelumnya telah siap menunggu.

Kita ambil contoh “Tugas Akhir” yang telah disebutkan di atas. Maka awal sesuatu yang dimaksud adalah pencarian kerja dan setelah diterima bekerja pada suatu instansi (entah apakah itu, atau mungkin malah membuka usaha sendiri). Bukan hal yang mudah untuk saat ini memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita. Artinya persiapan yang harus dilakukan sebelum ataupun sesudahnya pun harus dilaksanakan sebaik mungkin.

Dalam hidup ini apakah juga ada yang disebut dengan tugas akhir? Ehmmm…..mungkin sebutannya saja yang berbada tetapi sebenarnya sama. Pada dasarnya iman dan keyakinan kita memiliki tingkatan yang hanya Allah saja yang tahu. Jika kita ingin naik tingkat maka Allah akan memberikan suatu tugas berupa ujian atau apalah namanya. Jika kita berhasil menyelesaikannya maka kenaikan tingkat keungkinan besar kita dapatkan tetapi jika tidak maka hanya Allah yang tahu.

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa ketika berada pada akhir dari suatu pekerjaan, entah itu pekerjaan penting ataupun kurang penting sudah sepantasnya kita melaksanakannya dengan seserius mungkin agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal yang demikian akan memberikan suntikan semangat untuk melaksanakan tugas berikutnya yang mungkin lebih besar dan lebih berat.

Bukankah keberhasilan selalu memunculkan semangat sementara kegagalan akan memunculkan keputusasaan? (Tetapi hal ini jangan digeneralisir, karena ada juga orang yang jika gagal justru akan terpompa semangatnya untuk mencoba lagi sampai akhirnya berhasil). Dengan keberhasilan yang satu maka akan memudahkan kita untuk mencapai keberhasilan selanjutnya. Ibarat sumbu kembang api yang jika dibakar ujungnya maka akan terus menyala sampai meledak.

Bagi yang saat ini sedang mengerjakan “Tugas Akhir”, yuk kita kerjakan tugas akhir tersebut dengan penuh semangat dan dedikasi. InsyaAllah hasilnya akan lebih menyenangkan dan bermanfaat bagi semua orang. Minimal menyenangkan diri kita sendiri dan dosen pembimbing tentunya…ha…ha…ha…

YOSHHHH!!!!!

Sunday, October 26, 2008

Dinamis

Dinamis berarti sesuatu yang tidak sama pada beberapa rentang waktu. Ada perubahan yang terjadi selama periode waktu tertentu dan perubahan tersebut dapat bersifat tetap ataupun random. Kata dinamis selalu mengindikasikan pada sesuatu yang berbeda antara masa lalu dengan sekarang, antara sekarang dan masa yang akan dating.

Kehidupan manusia adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang memiliki sifat dinamis. Ia adalah suatu hal yang selalu berubah setiap saat, bahkan untuk rentang waktu limit mendekati nol pun, pasti ada perubahan yang terjadi. Ada beberapa orang yang senang dengan sifat kehidupan yang dinamis seperti itu karena dengan begitu berarti setiap saat adalah misteri yang sangat menantang untuk dipecahkan. Namun demikian, ada juga orang yang justru tidak suka dengan sifatnya yang selalu berubah. Hal ini karena ia terlalu takut untuk menghadapi sesuatu yang belum pasti hasilnya.

Sebenarnya ketidakpastian dalam kehidupan seharusnya membuat kita lebih berkembang. Lho, kok bisa demikian? Karena dengan demikian, kita selalu dituntut untuk berfikir dan bertindak dalam rangka mempersiapkan masa yang akan dating yang belum diketahui seperti apa rupanya. Allah SWT telah memberikan satu keuntungan kepada manusia daripada makhluk lainnya yaitu berupa keceerdasan otak yang mampu membedakan hal yang baik dan buruk, memperhitungkan masa depan dengan landasan peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang.
Sebagai makhluk yang cerdas, seharusnya kita tidak terlalu takut untuk menatap kehidupan yang selalu dinamis. Dengan kedinamisannya itu sebenarnya memberikan keuntungan kepada manusia dengan selalu memberikan surprise-surprise yang bisa membuat kita tertawa tetapi bisa juga membuat kita sedih. Hal seperti itulah yang membuat kita tidak merasa bosan menjalani hari-hari yang panjang nan melelahkan.

Hanya saja, kadang kita terlalu malas untuk menghadapi kedinamisan kehidupan itu. Kemalasan adalah musuh yang utama bagi kedinamisan. Bagaimana tidak? Sifat dinamis menuntut kita untuk selalu berfikir dan bertindak sesuatu yang berbeda setiap saat. Artinya, tidak ada waktu untuk hanya sekedar berleha-leha di tempat tidur ataupun di kursi malas. Sedikit saja kita lalai maka yang terjadi adalah penyesalan yang tidak akan dapat diulang kejadiannya.

Kemalasan yang dimaksud tentu berbeda dengan istirahat, sangat berbeda. Istirahat justru sangat diperlukan dan memang keharusan bagi kita untuk merefresh kembali otot-otot yang mungkin agak lelah. Dengan istirahat, kita memiliki energy baru yang siap digunakan kembali untuk berfikir dan bertindak.

Dengan adanya kedinamisan, maka seharusnya kita selalu selangkah lebih maju dari hari ke hari. Maka jika kita merasa tidak ada kemajuan, sepantasnya kita mengoreksi diri kita sendiri karena bisa jadi ada sesuatu yang salah dalam diri kita. Dan jika kita mau survive maka tidak ada jalan lain kecuali segera menemukan kesalahan itu dan memperbaikinya secepat yang kita bisa.
Selamat berjuang, Semangat!!!!!

Wednesday, October 22, 2008

Cinta yang Menyiksa

Cinta adalah anugrah yang Allah berikan kepada manusia untuk dirasakan dan dinikmati. Dengan cinta maka setiap manusia di dunia ini akan merasa nyaman dan hangat. Kesendirian yang tadinya bergelayut di dalam dada menjadi kebersamaan yang menggairahkan. Memunculkan semangat satu sama lain. Dengan cinta, kekuatan yang tadinya terpendam akan muncul bahkan melebihi kekuatan yang selama ini kita kira.

Tetapi tetap saja ada yang mengatakan bahwa “Love is a sweat torment,” atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai cinta adalah siksaan yang menyenangkan. Ya, di dalam cinta terdapat siksaan dimana siksaan tersebut berada dalam hati/perasaan. Seseorang yang sedang dirundung cinta memiliki dinamisasi perasaan yang sangat tinggi. Ketika sedang gembira mengingat dia, tiba-tiba saja berubah menjadi rasa sakit hati yang teramat sangat karena satu hal, begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan pengalaman penulis sendiri, cinta itu membutuhkan manajemen yang baik agar terkelola. Apalagi jika cinta itu tertujukan kepada seorang akhwat. Ibarat menaklukkan dunia saja. permasalahannya sangat rumit dan komplek. Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum berbicara atau bertindak. Jika tidak, bukannya hubungan yang baik yang akan terjadi justru sebaliknya rasa saling tersakitilah yang terjadi.

Memang, yang namanya cinta itu banyak sekali gangguannya. Tidak hanya rasa cemburu yang memang seringkali hinggap di hati seseorang yang sedang jatuh cinta tetapi juga sikap yang ditunjukkan oleh lawan jenis bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi kondisi hati.

Wanita adalah makhluk yang paling susah dimengerti. Ia memiliki perangai yang sangat berbeda dengan pria. Kadang kelihatannya baik tetapi suatu ketika ia berubah menjadi galak dan liar. Kadang ia bisa bersikap sangat dewasa tetapi lain hari bisa bersikap seperti anak-anak. Kadang seolah-olah tidak suka padahal suka. Ia sangat pandai menyembunyikan setiap informasi yang ada di dalam hati maupun pikirannya. Penulis sendiri kadang bertanya, bagaimana mungkin ia bisa memendam perasaan dengan begitu rapatnya sehingga tak seorang pun bisa mengetahuinya?

Penulis yakin bahwa Allah telah menuliskan garis jodoh setiap insane manusia yang hidup di dunia ini. Yang harus dilakukan adalah bersikap wajar, lakukan kewajiban sehari-hari dengan hanya mengharap keridhoan-Nya, dan munculkan perasan ikhlas di detiap relung jiwa. Dengan bekal tersebut maka siksaan yang disebabkan oleh adanya cinta akan berubah menjadi keindahan yang luar biasa.

Tuesday, October 21, 2008

Buah Simalakama

Tak ada yang pernah melihat yang namanya buah simalakama. Tetapi saya yakin bahwa setiap orang tahu dan paham betul apa arti buah simalakama. Orang-orang mengatakan bahwa sangat tidak beruntung orang yang bertemu dengan buah simalakama. Jika dimakan maka ibunya meninggal tetapi jika tidak dimakan maka ayahnyalah yang akan meninggal.

Buah simalakama adalah sebuah analogi yang mengilstrasikan suatu keadaan dimana ada banyak pilihan yang harus kita pilih tetapi setiap pilihan tersebut memiliki resiko yang tidak bisa diremehkan begitu saja. bahkan resiko yang akan menghadang di setiap pilihan jauh lebih besar daripada manfaatnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa apapun pilihan yang kita pilih, maka hanya kerugianlah yang akan ia dapatkan.

Pernahkah anda berada pada situasi yang demikian? Saya pernah. Suatu keadaan yang tak seorang pun akan menginginkannya. Banyak orang yang mengatakan bahwa tak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan. Permasalahannya bukan pada “masalah” yang sedang dihadapi tetapi lebih pada resiko yang harus ditanggung ketika kita sudah menentukan pilihan.

Cinta, adalah satu topic yang selalu memunculkan persoalan yang analoginya adalah buah simalakama. Satu contoh yang dapat saya berikan adalah ketika seorang ikhwah(sebutan untuk orang Islam yang taat beribadah dan patuh pada apa yang disyariatkan oleh Islam) dilanda cinta. Ketika materi dan jiwa belum siap untuk membina rumah tangga sementara cinta itu muncul begitu saja. Jika ia memilih untuk mengatakan cintanya maka jatuhlah wibawanya sebagai seorang ikhwah, kecuali jika ia langsung melamar tentunya. Tetapi jika ia tidak mengatakannya maka yang diperolehnya hanyalah sakit hati yang teramat sangat. Lebih sakit daripada teriris pisau sekalipun.

Apalagi jika sang ukhti(sebutan untuk seorang perempuan) tingkahnya aneh-aneh saja, semakin membuat ia kebingungan apa yang harus dilakukan. Kadang perempuan suka membuat perasaan laki-laki campur aduk ketika ia menyadari bahwa sang akhi jatuh cinta padanya. Tahu aja bahwa seorang akhi jika sudah jatuh cinta maka akan sangat sulit berpaling. Kadang rasa jengel dan gemes yang teramat sangat melanda sang akhi karena sang ukhti tidak juga memberikan tanda positif ataupun negataif kepadanya untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Yang penting adalah bagaimana kita selalu percaya kepada Allah SWT, bahwa Dialah tempat mengeluh dan meminta pertolongan. insyaAllah, Dia akan membantu kita, memberikan petunjuk yang akan menjernihkan hati serta pikiran dari hal-hal yang akan mengurangi keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, Yang Maha Kuasa.

Monday, October 20, 2008

Ketika Rasa itu Datang

Banyak orang yang mengatakan bahwa perasaan suka adalah suatu anugrah yang harus kita syukuri. Sebuah perasaan yang harus kita nikmati keindahannya dan kita rasakan kehangatannya. Hanya sebuah rasa yang mampu memutarbalikkan segala sesuatu di dunia ini. Yang tadinya buruk bias menjadi baik, yang tadinya jelek menjadi indah, yang tadinya membosankan menjadi menyenangkan. Tetapi juga bias mengubah yang tadinya membahagiakan menjadi menyakitkan, yang tadinya nyaman menjadi tidak lagi nyaman.

Tetapi akan lain halnya ketika perasaan itu dating sementara kita belum siap akan segala macam resiko yang harus diambil. Yang kemudian terjadi adalah kebingungan dan kekhawatiran. Seperti anak ayam yang sedang kehilangan induknya, segala macam perilaku yang kita lakukan tidak jelas tujuannya. Ingin melangkah lebih jauh, masih takut akan permasalahan yang menghadang di depan. Tetapi jika mundur sekarang, rasa itu sudah terlalu dalam menusuk hati kita sehingga kemunduran sedikit saja akan memberikan rasa sakit luar biasa.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Harus kita ingat bahwa kematian dan jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Seolah sudah ada catatan siapa yang akan menjadi pendamping kita untuk menhabiskan sisa kehidupan. Kepercayaan akan hal inilah yang harus diperkuat sehingga mau maju ataupun maju dalam merespons rasa yang dating menjadi pasti dan tidak canggung.
Satu kepercayaan yang juga harus kita pegang adalah bahwa tak akan lari gunung dikejar. Artinya jika rasa yang tiba-tiba dating tanpa diundang itu muncul dan jika memang dialah jodoh yang dituliskan dalam catatan bersamaan dengan kita maka apapun yang kita lakukan ia tidak akan lari ke mana-mana. Pertemuan itu akan diatur sendiri oleh Allah SWT untuk mengikat janji bersama.

Jadi, jangan terlalu memikirkan perasaan yang dating itu. Artinya, jangan terlalu berharap banyak tetapi kita boleh mengangan-angankan seandainya dia adalah calon pendamping hidup kita. Bukankah Allah sendiri pernah bilang bahwa segala sesuatu di dunia ini harus kita jalani dengan sewajarnya saja. jangan terlalu berlebihan tetapi juga jangan terlalu pelit.

Yuk, kita nikmati saja perasaan indah ini. Seandainya rasa cemburu dating maka tidak usah terlalu dipikirkan dalam-dalam. Emangnya siapa kita, sehingga rasa cemburu itu haris dipelihara? Kita harus lebih peduli pada apa yang Allah pikirkan tentang kita daripada apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Biarkan saja dia berbuat sesuka hatinya, toh nggak ada hubungan yang istimewa dengan kita.
Jika ternyata dia memiliki perasaan yang sama dengan apa yang kita rasakan, apa yang harus dilakukan?

Sunday, October 19, 2008

Harmonis

Jika kita mendengar kata harmoni, maka yang terbayang di dalam pikiran kita adalah dua buah benda atau system yang saling mendukung kerjanya sehingga memunculkan sesuatu yang di luar normalnya. Sesuatu yang nikmat untuk didengar, enak untuk dilihat, dan nyaman untuk dirasakan. Suatu keadaan yang pasti setiap orang di dunia ini menginginkannya.

Di sini saya ingin berbicara mengenai keharmonisan dalam membina hubungan antara dua insane manusia. Bukan hal yang mudah untuk mewujudkannya karena pada dasarnya manusia diciptakan berbeda-beda sehingga selalu ada saja sesuatu yang membuat keharmonisan itu diwujudkan. Tetapi sesuatu yang sulit bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Selalu ada kemungkinan asalkan ada usaha dan doa.

Hal yang paling rumit adalah ketika kita bertemana dengan seseorang yang umurnya sebaya dan berlawanan jenis. Seperti kata pepatah jawa yang mengatakan bahwa “witing tresno jalaran saka kulino” atau jika kita artikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Pohon cinta itu bias tumbuh dikarenakan sering bertemu alias bertatap muka.” Sayangnya rasa saying itu kadang harus dimulai dengan pertengkaran dan saling menyindir.

Sebenarnya, yang diinginkan dari salah satu atau keduanya adalah mencari perhatian yang lain. Keinginan yang terlalu besar tersebut membuat sebuah prinsip asal dapat perhatian maka cara apapun akan dilakukan. Dan cara yang paling mudah untuk mendapatkan perhatian seseorang adalah dengan menyiindir. Di sinilah ujian itu dimulai, apakah prose situ dapat segera dibalik menjadi suatu keharmonisan atau justru semakin buruk.

Banyak contoh yang membuktikan bahwa dengan awalan yang kurang harmonis bias menjadi suatu keharmonisan yang luar biasa. Perasaan saling pengertian yang muncul karena keduanya sudah saling tahu karakter masing-masing melalui proses sindiran sebelumnya. Permasalahan yang kemudian muncul adalah bagaimana caranya agar kejadian sindir-menyindir itu segera dibelokkan menjadi kesalingpengertian dan kesalingpahaman. Bukan hal yang mudah tentu saja. apalagi jika kedua insane manusia tersebut memiliki ego yang sama-sama tinggi sehingga tidak ada yang mau mengalah. Bukannya keharmonisan yang terjadi tetapi justru dari awalnya yang hanya saling menyindir menjadi lebih buruk lagi, saling menghina dan membenci. Akhirnya keduanyalah yang merasakan sakit.

Yuk, kita bangun keharmonisan di manapun kita berada!

Saturday, October 18, 2008

Bimbang

Pikiran manusia memiliki kekuatan yang luar biasa. Tetapi bukan berarti tidak memiliki kelemahan. Keluarbiasaan itu hanya dapat diperoleh setelah melalui pengalaman dan gemblengan yang tidak sebentar serta membutuhkan kesabaran yang luar biasa juga. Ketika dihadapkan pada suatu permasalahan kadang kita kurang sabar untuk terus berfikir demi menemukan penyelesaian sehingga yang terjadi adalah kebimbangan. Dan menurut pendapat saya pribadi, rasa bimbang tersebut jauh lebih menyiksa daripada permasalahan itu sendiri.

Permasalahan agama adalah permasalahan yang paling asasi. Tak seorang pun boleh mengutak-atiknya. Setiap orang berhak dan hak tersebut bersifat asasi atau mendasar untuk memilih salah satu agama yang ada di dunia ini. Hanya saja ketika seseorang sudah memilih salah satu agama apakah mematuhi aturan yang ada dalam agama tersebut masih bersifat hak atau sudah menjadi kewajiban?

Sebagai orang yang pernah belajar agama maka saya berpendapat bahwa mematuhi aturan suatu agama ketika kita sudah memilihnya bersifat wajib. Seperti ketika kita bertamu ke rumah orang lain berarti kita siap untuk mematuhi segala peraturannya, atau ketika kita memasuki salah satu universitas terkemuka maka secara tidak tertulis kita sudah mengikat kontrak untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada di sana.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah ketika aturan yang ada di dalam agama agak berbeda dengan keinginan manusia. Kecenderungan keinginan manusia adalah bersenang-senang dan memperoleh kenikmatan tanpa mengalami kesusahan. Sementara agama mengajarkan agar kita menabung kebaikan agar setelah kehidupan ini berakhir kita mendapatkan kebahagiaan yang jauh lebih banyak dan jauh lebih lama.

Hanya orang-orang yang istiqomah mampu menyatukan antara aturan yang ada di dalam agama dengan keinginannya. Karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa sementara agama dimunculkan agar manusia tidak tersesat dalam menjalani kehidupannya. Seperti ketika seoran ilmuwan menciptakan suatu alat maka sudah pasti ia akan menerbitkan buku manual yang berisi cara-cara merawat alat tersebut agar awet dan selalu dapat beroperasi dengan baik.

Tentu saja bukan hal yang mudah untuk sampai ke sana. Sekali lagi butuh proses panjang nan melelahkan. Apalagi kadang pikiran kita terlalu pendek melihat permasalahan yang muncul sehingga solusi yang diambil pun bersifat jangka pendek.

Wednesday, October 15, 2008

Malu

Siapa yang tidak memiliki rasa malu? Pasti semua orang tidak ada yang mengangkat tangan. Malu adalah salah satu sifat dasar manusia yang membuatnya istimewa daripada makhluk hidup lainnya. Lihat saja makhluk hidup di sekitar kita yang bukan termasuk manusia maka akan kita dapatkan kenihilan rasa malu pada dirinya.

Rasa malu sendiri ada berbagai macam bentuk penampakannya. Ada yang malu karena disanjung, ada yang malu karena dihina, ada yang malu karena bagian dirinya yang seharusnya tidak terlihat ternyata dilhat orang, dan ada pula ada yang malu karena saling mencinta. Yang terakhir adalah yang ingin saya ulas pada tulisan ini.

Saya selalu berfikir mengapa orang yang sedang jatuh cinta, kebanyakan akan merasa malu jika bertemu dengan orang yang dicintainya apalagi berbicara, apalagi jika ditatap matanya, apalagi dipuji olehnya, dan apalagi-apalagi yang lainnya. Darimana sebenarnya rasa malu itu muncul? Sementara ini saya berpendapat bahwa rasa malu itu muncul karena kita ingin selalu tampil sempurna di depan sang kekasih. Sesuatu yang tidak sewajarnya bias membuat pujaan hatinya bertanya dan meragukannya.

Kebanyakan wanita memiliki rasa malu yang lebih tinggi daripada pria. Justru, pria akan sangat senang jika melihat gadis yang dicintainya bersikap malu-malu di depannya. Kalaupun tidak, ia akan berusaha agar sang gadis menunjukkan rasa malu di depannya. Caranya bias dengan macam-macam, missal dengan memujinya, dengan menyindirnya, atau dengan menatapnya langsung. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi seorang gadis. Ia lebih suka diperlakukan daripada memperlakukan. Bagaimana bias ya?

Kadang seorang pria dapat mengetahui apakah cintanya bertepuk sebelah tangan atau tidak dengan membuat si gadis menunjukkan malunya. Jika si gadis merasa malu di depannya maka kemungkinan besar ada setitik harapan bagi si pria tadi. Kalo ternyata si gadis biasa-biasa saja maka ia harus bias menerima kenyatan itu. Meski sebenarnya hal itu tidak bias digeneralisir begitu saja. wanita lebih pandai menyembunyikan perasaannya daripada pria. Kadang kelihatannya cuek padahal sebenarnya ada rasa atau sebaliknya sepertinya iya padahal sebenarnya hanya untuk menghibur saja.

Bagaimana seorang pria dan wanita bias saling tahu isi hati masing-masing, seseungguhnya Allah telah menuliskannya. Manusia hanya perlu bersabar dan menunggu untuk mendapatkan wanita yang tepat sebagai pendamping hidupnya. Pendamping yang memang benar-benar mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi dirinya dalam menemukan cahaya Illahi.

Tuesday, October 14, 2008

Cinta

Banyak orang yang berbicara mengenai cinta. Satu kata yang dapat diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan yang bahkan tebalnya bisa melebihi tebalnya buku Harry Potter. Ada banyak hal yang bisa diungkapkan perilhal cinta, dari yang paling manis untuk didengar dan dirasakan sampai sesuatu yang pahit sepahit brotowali. Ngomong-ngomong soal cinta penulis juga ingin mengungkapkan sedikit pendapat tentangnya berdasarkan literature yang pernah dibaca ataupun pengalaman penulis sendiri.

Cinta, datangnya tak ada yang menjemput. Ia datang dengan sendirinya. Meskipun demikian ada banyak hal yang bisa memicu datangnya cinta. Seperti pepatah jawa yang mengatakan bahwa “Witing tresno jalaran saka kulino.” Atau jika diucapkan dalam bahasa Indonesia menjadi “pohon cinta bisa tumbuh karena kebiasaan.” Kebisaan di sini bisa jadi karena sering bertemu, atau malah tinggal dalam satu rumah yang pastinya setiap hari bertemu.

Kadang cinta datang tidak langsung dalam bentuk perasaan suka, tetapi justru benci. Yang terjadi adalah adanya sikap untuk menjatuhkan lawan jenisnya supaya ia terlihat superior bagi dia. Saling mengejek satu sama lain, tetapi lama kelamaan di dalam hati muncul setitik benih cinta yang sedang menunggu datangnya waktu yang tepat untuk tumbuh menjalar. Keberadaan cinta dalam hati seseorang membuat ia selalu ingin mendapat perhatian dia, yang akan ia usahakan dengan segala cara. Termasuk dengan mengejek, menyindir, ataupun merayunya.

Yang paling sulit adalah menentukan saat yang tepat untuk mengatakan perasaan cinta itu sendiri. Seperti menunggu ayam bertelur saja, tak ada kepastian. Kadang orang merasa ragu apakah cintanya akan ditolak atau diterima. Apalagi yang dihadapi adalah seroang gadis religious yang tentunya memiliki batasan-batasan sendiri soal cinta. Salah melangkah sedikit saja bisa jadi patah hati. Penulis merasa bahwa perasaan seorang gadis itu sangat sensitive. Awalnya baik-baik saja, saling pengertian, saling mengagumi, tetapi pada suatu saat karena salah ngomong(mungkin hanya bercanda atau bergurau saja) si gadis langsung berubah seratus delapan puluh derajat.

Hanya orang yang sudah berpengalaman yang bisa menceritakan bagaimana sebenarnya perasaan seorang gadis, khususnya mengenai cinta. Kadang sikapnya seperti suka padahal sebenarnya tidak suka,tetapi kadang juga sikapnya seperti tidak suka padahal sebenarnya suka. Hal yang serumit itu tak akan selesai dibahas hanya dalam tulisan yang hanya segelintir lembar saja. Yang jelas ketika cinta itu datang, sambutlah ia dengan senyuman dan percayalah bahwa Allah sudah mengatur jodoh kita masing-masing. Jika ia memang jodoh yang sudah dpilihkan Allah untuk kita maka tak akan lari gunung dikejar. Masih banyak hal yang lebih penting daripada hanya memikirkan soal cinta.

Sunday, October 12, 2008

Psikologi

Diri seorang manusia terdiri dari dua hal yang tidak bias dipisahkan, yaitu sisi fisik dan sisi psikis. Keduanya bertindak seperti barang komplementer di mana keduanya saling melengkapi. Jika salah satu tidak ada maka yang lain tidak akan memiliki nilai guna. Ibarat pulpen dengan tintanya, motor dengan bensinnya, ataupun peralatan elektronik dengan listriknya.

Akibatnya keduanya memiliki hubungan yang bersifat linear. Artinya jika salah satu merasakan sesuatu maka bagian yang lain akan ikut merasakannya. Sebagai contoh ketika kita berada pada suasana yang hangat di suatu daerah, sebenarnya kulit kitalah yang merasakan kehangatan itu tetapi perasaan di dalam hati dan pikiran akan ikut merasa hangat dan nyaman. Sebaliknya ketika kita sedang lari marathon dan hamper finish, sebenarnya tenaga yang masih tersisa sangat sedikit untuk menyelesaikan lintasan tetapi begitu melihat kekasih kita ada di pinggir lintasan dan member semangat maka perasaan bahagia meluap-luap. Badan yang tadinya lemas pun menjadi segar kembali dan entah darimana, stamina yang tadinya loyo menjadi muncul bahkan melebihi kondisi normal.

Hal di atas adalah contoh yang mempunyai nilai positif kepada keduanya. Bagaimana jika yang dirasakan adalah sesuatu yang negative? Apakah bagian yang lainnya juga ikut merasakannya? Jawabannya adalah : YA. Kita tentu pernah mengalami yang namanya sakit, entah sakit biasa atupun sakit yang sudah agak parah. Apa yang terjadi? Tidak hanya badan yang menjadi lemas tetapi juga psikis kita. Bias dibuktikan dengan cara, saat kita sedang sakit cobalah untuk belajar atau berkonsentrasi. Pasti akan sangat sulit.

Tetapi menurut beberapa orang yang sudah melakukan penelitian, keadaan psikis lebih dominan pengaruhnya terhadap fisik daripada sebaliknya. Kadang, jika kita bias membangun kondisi psikis yang kuat dan berdaya tahan tinggi maka akan sangat kecil kemungkinan fisik terkena sesuatu yang negative. Maka dari itu, banyak dokter yang menganjurkan kepada pasiennya yang sedang sakit untuk selalu menjaga perasaannya supaya tetap senang, bahagia, dan selalu optimis bahwa dirinya akan mebuh. Kondisi yang demikian akan mempercepat proses penyembuhan si pasien.

Atau jika kita sedang sehat dan kondisi psikis kita selalu terjaga maka kemungkinan sakit akan sangat kecil. Mungkin kita bias mengevaluasi diri kita sendiri bahwa kebanyakan orang sakit karena didahului oleh penurunan kondisi psikis. Sedang ada maslah misalnya, diputu pacarnya, dipecat dari pekerjaannya, mendapat nilai buruk saat ujian, tidak lulus ujia, dan lain sebagainya.

Maka pada dasarnya jika kita bias mengontrol kondisi psikis selalu prima maka kondisi fisik akan berbanding lurus dengannya.

Thursday, October 9, 2008

Rasa Syukur

Banyak sekali kenikmatan yang kita rasakan sepanjang hari. Tak akan terhitung oleh bilangan, bahkan ketika kita tuliskan dengan tinta yang terbuat dari air laut maka sesungguhnya air laut akan habis sementara masih banyak kenikmatan yang belum tertulis. Saking banyaknya sehingga kadang kita tak sanggup mengingatnya lagi sehingga yang terjadi adalah kurangnya rasa syukur kita akan begitu banyaknya kenikmatan tersebut.

Bukan berarti bahwa kita harus mengingat satu per satu kenikmatan yang kita dapatkan, tetapi setidaknya kita menyadari beberapa dari sekian banyak tersebut dan selanjutnya mensyukurinya dengan minimal mengucap kata syukur kepada yang member kenikmatan. Akan lebih baik lagi jika kita mau menindaklanjutinya dengan memperbanyak berbuat kebaikan. Allah menciptakan manusia untuk selalu berbuat baik kepada siapapun, tak terbatas pada jenis kelamin, spesies, makhluk hidup ataupun mati, bahkan kepada sesuatu yang kita benci pun Allah menyuruh kita untuk berbuat baik kepadanya.

Ketika kita mampu mewujudkan rasa syukur tersebut ke dalam realitas bermasyarakat maka sesungguhnya Allah akan semakin memperbanyak kenikmatan yang kita dapatkan. Tetapi menurut pendapat saya, sebenarnya bukan menambah karena pada dasarnya kenikmatan itu sudah kita terima. Allah memberikan pemahaman kepada kita bahwa sesuatu hal yang tadinya terasa pahit menjadi begitu manis dan menyenangkan.

Seperti ketika kita mendapatkan suatu hadiah dari seseorang. Jika kita kurang bersyukur maka hadiah itu akan terasa biasa-biasa saja. tetapi ketika kita adalah orang yang pandai bersyukur maka hadiah itu akan terasa sangat indah dan menggembirakan. Entah bagaimana caranya sehingga Allah mengubah sudut pandang kita dari buruk menjadi baik, dari pahit menjadi manis, dan dari kesusahan menjadi kesenangan.

Banyak orang yang berfikir bahwa bersyukur atau tidak bersyukur itu hasilnya akan sama saja. kelihatannya memang begitu tetapi sesungguhnya tidak. Allah memiliki caranya sendiri dalam bekerja. Tak seorang pun mampu merumuskan algoritmanya. Yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang sulit menjadi mudah dan yang keras seperti batu menjadi lembut seperti kapas. Yang jelas semakin banyak kita bersyukur maka semakin banyak pula kenikmatan yang kita rasakan dan berlaku juga sebaliknya.

Yuk, kita bersyukur terhadap apapun kenikmatan yang kita dapatkan, sekecil apapun kenikmatan itu karena bagaimanapun juga dari yang kecil itu bias menjadi besar.

Sunday, October 5, 2008

Perasaan

Pernahkah kita berfikir bahwa perasaan yang ada dalam diri kita memiliki sensitifitas yang sangat tinggi. Sedikit saja stimulus dating dari luar maka ia akan langsung memberikan respon, entah itu berupa respons yang positif maupun respons yang negative. Keduanya keluar kadang tanpa kemauan kita. Akhirnya yang terjadi adalah sesuatu hal yang berjalan di luar kendali kita sendiri.

Tak ada yang bias disalahkan ketika perasaan tiba-tiba menjadi tidak menyenangkan. Karena memang perasaan itu sendiri berada di dalam tubuh kita, entah di bagian sudut yang mana. Penyebab berubahnya perasaan beraneka ragam, bahkan kadang hanya dengan sesuatu yang sangat kecil pun sebenarnya bias menimbulkan gejolak perasaan yang tak terkontrol. Kecuali untuk orang-orang tertentu yang sudah bias mengontrol tubuhnya dengan sempurna.

Kebanyakan perasaan menjadi tidak menyenangkan karena pengaruh dari luar. Misalnya kita baru saja mendapatkan kabar bahwa nilai ujian kita kurang bagus, maka bias jadi muncul perasaan yang tidak mengenakkan. Atau contoh yang lain misalnya kita melihat orang yang sangat kita cintai sedang berbicara dengan lawan jenis selain kita dan sebaya lagi, muncullah rasa cemburu yang merupakan salah satu bentuk perasaan yang tidak menyenangkan.

Sebenarnya kita bias melatih diri untuk dapat mengendalikan perasaan kita sendiri. Harapannya rasa cemburu yang berlebihan, kekhawatiran yang berlebihan, dan kemarahan yang berlebihan dapat ditekan. Bukan dihilangkan tetapi sekedar dikurangi kerana bagaimanapun juga kita masih membutuhkan perasaan-perasaan tersebut untuk mempertahankan sisi kemanusiaan kita. Semakin kita mampu untuk mengendalikan perasaan maka semakin baik pula kita memberikan respons positif terhadapnya.

Butuh proses yang lama dan melelahkan agar kita berada pada level pengenadlian perasaan yang tinggi. Terbukti banyak orang yang menyerah di tengah jalan dengan membiarkan saja segala macam perasaan berlebihan tersebut menggerogoti hatinya. Yang terjadi adalah semakin hilangnya rasa kemanusiaan dalam diri orang tersebut.

Sesuatu yang sulit bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Dengan usaha yang keras dan kesabaran maka sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang di luar logika manusia dapat diwujudkan ke dalam dunia nyata, dan sesuatu yang mustahil dilakukan menjadi sesuatu yang mudah dilakukan.

Friday, September 26, 2008

Kenangan

Masa lalu adalah kenangan yang bias kita jadikan pelajaran demi memperbaiki perilaku di masa sekarang dan merencanakan penyempurnaan di masa depan. Banyak hal yang bias dikandung di dalam kenangan. Ada yang manis tetapi ada juga yang pahit. Semua itu menjadi sayur lodeh yang rasanya jauh lebih nikmat daripada hanya sekedar rasa manis dan pahit.

Kenangan yang manis seharusnyalah menjadi bahan pemikiran tersendiri bahwa Allah masih memberikan kasih sayangnya kepada kita. Mengingat hal-hal yang terasa manis di masa lalu membuat kita bertambah semangat dan termotivasi untuk berbuat lebih daripada itu. Mengingatnya membuat setiap sel-sel di dalam tubuh kita seolah terpompa dan menghasilkan energy-energi penggerak lebih agresif dan bertenaga.

Sementara itu, kanangan yang pahit memberikan suatu peringatan kepada kita bahwa masih banyak tugas-tugas kita di dunia ini yang diemban. Bahwa waktu yang hanya 24 jam sehari ini harus bias dimanfaatkan seefektif mungkin untuk melaksanakan amanah tersebut. Kenangan yang tidak menyenangkan menyadarkan kepada kita bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Selalu ada pertukaran yang berkebalikan antara dua hal.

Masing-masing kenangan tentu memiliki porsi tersendiri untuk selalu direnungkan. Terlalu banyak mengenang kurang baik karena sebanyak apapun kita mengingat, masa lalu tetaplah masa lalu yang tidak dapat kita ubah kondisinya. Sementara tidak mengingat kenangan di masa lalu juga rasanya kurang baik, terkesan sombong dan tidak sadar diri akan kelemahan kita. Jika kita sedang mengalami kesulitan di masa sekarang, bolehlah kita membayangkan kesenangan di masa lalu atau sebaliknya jika kita sedang mengalami kebahagiaan maka supaya tidak berlebihan dan berpesta pora maka ada baiknya kita mengingat kesusahan yang dialami di masa lalu tanpa mengurangi kebahagian yang kita rasakan sekarang.

Kesempurnaan hidup tak akan pernah kita dapatkan meski kita berusaha dengan sekuat tenaga, apalagi jika kita tidak berusaha sama sekali. Kenangan di masa lal, baik manis ataupun pahit, akan selalu memberikan pelajaran gratis kepada kita untuk selalu menyempurnakan sisi-sisi kehidupan dalam diri kita yang selalu saja ada cacatnya. Bukankah Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang kecuali orang itu mau berusaha dengan sekuat tenaganya sendiri untuk mengubahnya.

Sunday, September 7, 2008

Sakit Tenggorokan

Takdir seorang manusi yang telah dilahirkan di dunia ini adalah dapat berbicara. Memang ada beberapa orang yang tidak diberi keistimewaan tersebut tetapi tetap saja pada dasarnya ia dapat berbicara. Dengan berbicara, manusia dapat mengutarakan banyak hal, menyelesaikan banyak masalah dan menemukan hal- hal baru. Apa jadinya jika seorang manusia tidak dapat berbicara?

Satu pertanyaan bodoh yang kadang diabaikan oleh sebagian besar orang. Tak banyak yang berfikir apa kira-kira jawaban dari pertanyaan tersebut. Seandainya kita mau untuk sekedar merenung demi menemukan jawabannya maka kita akan menemukan begitu banyak nikmat yang terkandung di sana. Bagaimana kita dapat memahami filosofi ini? Ada banyak cara yang bisa ditempuh oleh seseorang.

Kadang kita justru dapat merasakan manfaat seseuatu hal ketika kita merasakan kehilangan sesuatu tersebut atau setidaknya menjauh darinya. Ketika kita tidak dapat berbicara dengan lancer maka kita akan mampu menyelami sisi-sisi lain kemampuan berbicara manusia. Betapa tidak enaknya tidak dapat berbicara, atau katakanlah hanya sekedar gangguan tenggorokan sehingga membuat kita merasakan sakit luar biasa ketika mengeluarkan suara.

Sebenarnya bukan penyakit yang istimewa atau membahayakan tetapi Allah selalu memberikan hikmah di setiap kesusahan yang diberikan kepada manusia. Ada makna lain ketimbang hanya sekedar merasakan perih di tenggorokan, lebih menyakitkan lagi karena penyakit itu membuat kita susah berbicara dan yakinlah bahwa kesulitan kita dalam berkomunikasi dengan orang lain jauh lebih menyakitkan daripada rasa sakit itu sendiri.

Ketika ingin bercanda, suara yang susah dikeluarkan membuat canda yang seharusnya mengundang gelak tawa menjadi sesuatu yang garing dan memalukan bagi yang mengeluarkannya. Ketika kita ingin berdiskusi dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah menjadi hal yang tidak menyenangkan karena diskusi berjalan dengan alot dan berbagai hal yang bisa kita keluarkan menjadi tertambat.

Tak ada masalah tanpa penyelesaian. Bukankah segala macam hal di dunia ini pasti ada akhirnya? Pertanyaan selanjutnya adalah sampai kapan penderitaan itu akan berakhir? Sanggupkah kita menahan selama itu untuk mencapai pintu terang jauh di depan sana? Dan apakah proses yang dialami selama gangguan bicara ini bisa sebanding dengan keadaan normal? Tak ada yang tahu kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.

Thursday, September 4, 2008

Putus Asa

Situasi yang dihadapi seseorang selalu berubah setiap saat, kadang menyenangkan kadang biasa-biasa saja, tetapi kadang mnyebalkan. Kondisi yang demikian menuntut kita untuk bias mempersiapkan diri menghadapi situasi apapun yang bahkan di luar perkiraan kita. Tanpa perispan yang matang maka keadaan justrus akan semakin buruk dan akan semakin susah dicari penyelesaiannya.

Salah satu dampak yang terjadi seandainya kita tidak mempersiapkan diri dengan baik menghadapi keadaan yang sangat buruk adalah munculnya rasa putus asa. Rasa di mana semuanya menjadi begitu abstrak untuk dibayangkan, menjadi begitu sulit dilogika. Dampak selanjutnya adalah munculnya keengganan untuk melakukan tindakan penyelesaian. Kalaupun tindakan itu dapat diilakukan, proses yang terjadi menjadi tidak efektif dan efisien.

Banyak poster dan leaflet ataupun spanduk yang bertuliskan “Jangan Putus Asa”, yang tujuannya adalah memotivasi pembacanya agar tidak memunculkan perasaan itu. Seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa keadaan manusia itu seperti roda yang berputar, kadang ia berada di atas(yang berarti sedang mengalami kesenangan) tetapi setelah itu akan selalu berganti posisi menjadi di bawah(yang berarti sedang mengalalami kesusahan).

Tingkat kesusahan yang kita alami akan sangat menentukan proses belajar yang kita lakukan. Semakin kita bias bertahan dan bangkit lagi terhadap kesusahan maka sebanyak itu pula peningkatan kemampuan dan ketabahan yang ada dalam diri kita. Kecuali kita putus asa dan menyenyerah maka segala kesusahan akan selalu mendatangkan hikmah yang nantinya bias dijadikan batu pijakan untuk mendapatkan kesenangan di waktu mendatang.

Rasa putus asa hanya akan mendatangkan kesusahan yang semakin besar. Karena dengan putus asa berarti kita tidak melakukan apapun. Tidak melakukan apapun berarti tidak ada penyelesaian. Sementara permasalahan memiliki sifat yang semakin memburuk seandainya dibiarkan. Maka dari itu jika kita ada masalah yang menghadang, semakin cepat kita menyelesaikannya semakin mudahlah caranya. Penundaan hanya akan menimbulkan penundaan selanjutnya.

Semangat adalah modal utama agar putus asa tidak menggerogoti setiap dinding hati dan pikiran kita. Yuk, kita semangat. Tak ada permasalahan yang tidak ada penyelesaiannya. Yang harus kita lakukan hanyalah melakukan apapun yang bias kita lakukan sesuai dengan kemampuan, selanjutnya biar yang ada di atas memutuskan.

Tuesday, September 2, 2008

Membaca

Pertama kali nabi Muhammad saw menerima wahyu, yang diberikan adalah perintah untuk membaca dengan kalimat perintah,”Bacalah!” sebuah kalimat yang singkat tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Di sana terkandung juga perintah untuk selalu menuntut ilmu karena pada dasarnya, membaca adalah sebuah proses untuk mendapatkan ilmu.

Yang menjadi pertanyaan bagi saya sendiri adalah apakah perintah membaca itu berlaku untuk semua jenis pekerjaan membaca? Seperti contohnya membaca pikiran orang lain. Maksud saya mengamati oarng lain kemudia berusaha menterjemahkan setiap olah tubuhnya sehingga dapat kita mengerti apa sedang ada di dalam pikirannya. Ilmu psikologi mungkin sedikit banyak sudah mempelajari bagaimana membaca perilaku orang lain untuk mengetahui pikiran.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah hal tersebut tidak mengganggu privasi orang yang sedang baca perilakunya? Memang, kadang kita dituntut untuk dapat membaca pikiran orang lain karena ia tidak mau mengatakan secara langsung ide yang ada di dalam pikirannya. Saya piker, untuk hal yang semacam ini diperbolehkan. Atau misalnya ketika kita mempunyai seorang anak kecil yang notabene masih belum mampu mengutarakan keinginannya melalui kalimat verbal. Yang ia lakukan hanya bias menangis, menangis, dan menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi.

Selain daripada itu tentu ada batas-batas tertentu dalam hal menterjemahkan pikiran orang lain. Karena siapa tahu ia memang tidak ingin diketahui pikiran ataupun perasaannya sehingga jika kita memaksakan diri maka yang terjadi adalah saling marah dan saling benci. Nha, artinya kita sendiri dituntut untuk dapat menganalisa mana yang menjadi hak umum untuk diketahui dan mana yang menjadi restricted are bagi seseorang.

Rasa saling pengertian akan memberikan kenyamanan bagi dua atau lebih insane manusia dalam menjalin hubungan yang harmonis. Tahu batas-batas yang tidak boleh dilewati dan tahu batas-batas yang harus dilewati. Membaca pikiran orang lain bukanlah hal yang tidak baik. Hanya saja ada saat-saat di mana kita harus bias mengerti posisi seseorang saat itu. Dengan berbekal kemampuan untuk menterjemahkan perilaku orang maka kita akan semakin tahu apa yang harus kita lakukan untuk membantu orang tersebut. Entah itu teman, orang tua, saudara, dan lain sebagainya.

Monday, September 1, 2008

Cemburu

Manusia diciptakan dengan beraneka ragam perbedaan, salah satunya adalah masalah jenis kelamin. Ada yang berjenis kelamin laki-laki dan ada juga yang berjenis kelamin perempuan. Tentu mereka diciptakan seperti itu agar bisa saling melengkapi, saling mengontrol, dan saling membantu agar kehidupan yang dijalani tidak sesulit yang ada dalam pikiran.

Keberbedaan tersebut membuat mereka saling mengalami ketertarikan. Suatu perasaan yang membuat ia mampu melakukan apa saja yang kadang tak dapat diterima oleh logika. Ketertarikan tersebut yang membuat manusia dapat meninggalkan keinginan pribadinya dan lebih mementingkan orang lain.

Hanya saja, ketertarikan itu juga memunculkan perasaan lain yang bertolak belakang dengannya. Kata yang tepat adalah cemburu. Apa sih definisi cemburu? Saya sendiri kurang paham mengenai definisinya tetapi perasaan itu jelas sangat tidak menyenangkan. Lebih tidak menyenangkan daripada luka fisik maupun luka-luka lainnya. Perasaan tidak menyenangkan itulah yang mempunyai efek berkebalikan dengan perasaan yang telah disebutkan sebelumnya.

Di dunia ini memang selalu ada hal-hal yang bertentangan. Seperti jika ada putih maka pasti ada hitam, jika ada baik pasti ada jahat, jika ada depan maka pasti ada belakang, dan jika ada atas pasti ada bawah dan masih banyak hal yang lainnya. Sesuatu yang selalu berkebalikan itu sebenarnya bukan hal yang membahayakan tetapi jika tidak disikapi dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang sangat buruk.

Diantara sekian banyak permasalahan perasaan, kecemburuan adalah masalah perasaan yang sangat menyiksa. Sehubungan dengan relasi yang dibangun dengan seseorang, kadang rasa cemburu harus ditandingkan dengan perasaan setia pada sahabat. Persahabatan, pertemanan, dan kekompakan yang sudah terbangun sangat lama tentu akan memberikan rasa sakit yang luar biasa ketika perasaan cemburu terhadap mereka muncul.

Tak ada yang bisa disalahkan. Kita hanya bisa berusaha bagaimana cara mengleola hati dan perasaan agar rasa cemburu tersebut tidak menggerogoti semua sel-sel di dalam hati kita. Yuk, kita tingkatkan empati terhadap sesama untuk meredam rasa cemburu.

Sunday, August 31, 2008

Tanggung jawab

Manusia diberikan amanah yang tidak sedikit oleh Allah SWT untuk melestarikan kehidupan di bumi. Tidak hanya itu, ia juga mempunyai beban untuk selalu membina kerukunan dengan sesame manusia ataupun sesame makhluk hidup. Begitu banyaknya hal yang harus dilakukan oleh bahkan hanya seorang individu saja. Waktu yang hanya 24 jam sehari kadang serasa tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas yang diberikan.

Tetapi intinya adalah bagaimana kita selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kadang meang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit tetapi itulah kehidupan. Pengorbanan akan terasa pahit pada saat kita melakukannya tetapi akan terasa manis jika kita sudah melaluinya.

Tidak setiap orang mampu untuk mengelola pribadinya dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Akibatnya ada beberapa orang yang yang melaksanakan tugas dengan enjoy tetapi ada juga yang melaksanakannya dengan malas-malasan. Kata yang tepat untuk menggambarkan permasalahan tersebut adalah “tangung jawab.”

Pada dasarnya kita tidak dituntut untuk selalu menyelsaikan tugas dengan gemilang tetapi asalkan kita dapat melakukan antisipasi terhadap kegagalan tersebut. Rasa tanggung jawab akan memberikan kita petunjuk mengenai apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak harus kita lakukan. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan apa yang disebut rasa tanggung jawab. Butuh proses yang bahkan tidak sebentar untuk memperolehnya.

Jika kita sudah memiliki rasa tanggung jawab di dalam diri kita maka segalanya akan menjadi nyaman dan menyenangkan. Permasalahan terasa seperti tantangan yang menyenangkan, keberhasilan akan menjadi anugrah yang tak ternilai harganya, hambatan akan menjadi batu pijakan ke anak tangga yang lebih tinggi, dan ancaman akan menjadi teman yang selalu setia menemani.

Banyak orang yang melalaikan tanggung jawab hanya dikarenakan kenikmatan sesaat yang dirsakan sekarang. Padahal kenikmatan sekarang adalah kenikmatan semu yang akan segera berlalu. Kenikmatan di masa mendatang adalah kenikmatan yang lebih hakiki, lebih panjang dan lebih besar. Dengan rasa tanggung jawab, kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang karena kita sudah tahu hokum sebab akibat.

Thursday, August 28, 2008

Keberuntungan

Banyak orang yang bilang bahwa kepintaran adalah hal mutlak jika ingin mendapatkan kemudahan dalam menjalani kehidupan ini. Tak ada yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena memang orang yang memiliki kepandaian lebih daripada yang lain cenderung memiliki konsep mengenai bagimana mengelola dan memanage kehidupan. Dan tentu saja sesuatu yang sudah dikonsep dengan baik akan memberikan hasil yang lebih baik daripada sesuatu yang kurang apalagi tidak dikonsep sama sekali.

Tetapi ternyata ada hal lain yang membuat seseorang mendapat kemudahan dalam setiap aktifitas kehidupannya, keberuntungan. Sesuatu yang oleh para pakar perencanaan diabaikan dalam konsep perencanannya karena tidak bias dipastikan kemunculannya. Lalu, apa sih sebenarnya keberuntungan itu? Masing-masing orang memiliki definisinya sendiri mengenai kata ini. Tetapi bagi saya, keberuntungan adalah suatu keadaan yang berjalan di luar perencanaan. Suatu keadaan yang bias dating dari lingkungan ekternal maupun internal sesorang yang sangat mendukung keberhsilan suatu aktifitas ataupun kegiatan.

Misalnya saja seseorang yang sedang mengikuti ujian naik tingkat. Persiapan yang matang dengan cara belajar giat adalah cara terbaik untuk meramalkan apakah seseorang tersebut akan lulus atau tidak. Sayangnya kadang bahkan dengan belajar giat pun tidak cukup memenuhi syarat agar ramalan tersebut benar 100%. Bias jadi bahan yang diujikan ternyata berbeda dengan apa yang dipelajari. Berhubung pertanyaannya adalah multiple choice maka dengan mengandalkan insting, orang tersebut menjawab setiap pertanyaan. Hasil yang sangat mwngagetkan keluar, lulus. Bagaimana bias?

Saya menyebutnya keberuntungan. Realita yang berbeda dengan apa yang dipersiapkan membuat kita tidak bias berbuat apa-apa selain berusaha sekuat tenaga dan berharap keberuntungan mendatangi kita. Ada orang yang bilang bahwa orang yang pintar masih kalah dengan orang yang beruntung. Memang ada benarnya tetapi keberuntungan tidak akan dating terus menerus. Ia merupakan barang langka yang dating dengan sendirinya tanpa ada pola. Bagaimana kita bias mengandalkan hal seperti itu untuk menjalani kehidupan ini?

Biarlah keberuntungan itu menjadi surprise bagi kita. Persiapan yang matang adalah hal utama, sesudah itu bolehlah kita mengandalkan keberuntungan. Setidaknya ia menjadi rencana cadangan seandianya memang sudah tidak ada yang bias kita perbuat. Saya lebih suka berusaha sekuat tenaga daripada mengharapkan sesuatu yang datangnya tidak pasti. Menanti datangnya keberuntungan seperti kata pepatah,” menanti durian runtuh ataupun menunggu ayam bertelur.”

Wednesday, August 27, 2008

Tentang Koordinasi

Banyak hal di dunia ini yang tidak bias kita lakukan sendiri. Sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk social, ia harus melakukan segala sesuatunya dengan bantuan orang lain. Tidak setiap orang pun mampu membantu orang lain untuk menyelesaikan kegiatan/permasalahan/aktivitas atau apapun juga. Mengapa begitu, karena tidak setiap orang memahami arti koordinasi.

Koordinasi adalah sebuah proses saling mengerti antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal. Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancer ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya.

Seperti tubuh kita yang melakukan koordinasinya dengan sangat apik tanpa pernah kita sadari. Ambil contoh saja kaki. Ketika kita berjalan mereka dengan harmonis saling bergantian melangkah maju. Coba saja kita bayangkan seandainya kedua kaki kita tidak melakukan koordinasi. Pada saat yang bersamaan dua buah kaki kanan dan kiri melangkah maju, yang terjadi adalah jatuh dan akan merugikan anggota tubuh yang lainnya.

Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Perencanaan mengenai langkah apa saja yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan puncak. Bukan hal yang mudah memang tetapi juga bukan hal yang sulit jika kita mau berfikir. Dengan perencanaan maka kita tahu sampai sejauh mana orang lain dapat membantu kita serta kita akan bias mensinkronkan setiap langkah sehingga yang terjadi bukannya interferensi tetapi justri saling mendukung.

Hal yang agak membosankan atau lebih tepatnya menjengkelkan adalah jika dua orang atau lebih di mana satu orang membuat perencanaan dengan sangat baik sementara yang lain dengan santainya melakukan kegiatan yang serba dadakan atau dengan kata lain tanpa perencanaan. Padahal kedua orang itu saling melengkapi kegiatannya. Dua-duanya akan merasa tidak nyaman atau justru yang membuat rencanalah yang merasa tidak nyaman karena rencana yang telah dibuatnya seolah mental begitu saja.

Sangat menyenangkan jika kita dapat melakukan koordinasi suatu kegiatan dengan baik. Kita akan mampu merasakan betapa bermanfaatnya kegiatan tersebut buat kita. Proses pembelajaran terhadap diri kita sangat mungkin terjadi lebih daripada kegiatan lainnya. Dan akhirnya akan mampu meningkatkan derajat kemanusiaan kita seiring bertambahnya ilmu yang dimiliki. Bukankah derajat manusia ditentukan oleh ilmu yang kita miliki? Lalu mengapa kita tidak terus-menerus meningkatkan ilmu kita?

Dusun Bandaran, Turi, Sleman
Hari ketiga KKN
3 Juli 2008 pukul 09.12
Adnan Anwar

Wednesday, August 20, 2008

Memberi dan Menerima

Sore itu aku dan beberpa temanku yang sedang KKN di sebuah dusun di Sleman duduk bersantai bersama Bapak Dukuh dusun tersebut. Pembicaraan ngalor ngidul tentang segala hal. Mulai dari kegiatan yang akan kami laksanakan sampai pada beberapa nasehat yang diberikan beliau kepada kami mengenai kehidupan di pedesaan. Adat istiadat, kebiasaan, pergaulan, perbedaannnya dengan kehidupan perkotaan kami diskusikan dengan santai.

Sampai pada pokok bahasan mengenai member dan menerima. Kami mengangap bahwa banyak manusia sekarang ini lebih suka menerima daripada member. Entah itu orang yang mampu maupun tidak mampu. Sebenarnya bukan masalah besar tetapi jika semua orang memiliki sifat seperti itu maka akan terjadi ketidakseimbangan kehidupan.

Banyak juga orang yang member sesuatu kepada orang lain tetapi setelah itu menyesalinya. Aneh bahwa ada orang yang seperti itu. Yaaa…ada banyak factor yang menyebabkannya. Bias jadi pemberian itu salah sasaran atau bias juga karena barang yang diberikan terlalu berharga. Untuk itu sudah sepantasnya kita memperhitungkan dengan teliti apa yang kita berikan dan kepada siapa barang itu kita berikan.

Pak Dukuh memberikan ilustrasi kepada kami seperti tubuh kita. Normalnya manusia makan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore. Katakanlah masing-masing satu piring penuh maka manusia makan tiga piring penuh setiap hari. Sementara itu, dalam sehari manusia buang air besar rata-rata satu kali sehari, dan kalo dibandingkan jumlahnya maka tidaklah sebanyak yang kita masukkan ke dalam mulut. Artinya jika kita ingin memberikan sesuatu kepada orang lain, maka jelas volumenya lebih sedikit daripada apa yang sudah kita terima. Seperti kalo dalam Islam zakat harta benda sebanyak 2,5%, jauh di bawah pemasukan yang 100%.

Selain itu, apakah kita pernah menyesali perbuatan kita yaitu buang air besar. Saya yakin semuanya akan menjawab tidak. Justru yang terjadi adalah bersyukur karena telah dibebaskan dari segala macam penyakit. Begitu juga ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain maka sepantasnyalah kita bersyukur karena memberikan sesuatu berarti membersihkan harta kita dari harta yang bukan menjadi hak kita.

Mari kita bagi harta kita kepada orang lain dengan ikhlas dan penuh kasing saying. Harta yang disedekahkan, bukannya berkurang justru akan semakin bertambah dengan cara yang bahkan belum pernah kita perhitungkan sebelumnya.

Sunday, July 27, 2008

Malam Di Tempat Baru

Saat ini saya sedang menjalani KKN alias kuliah kerja nyata yang merupakan hari pertama saya memulainya. Tentu ada beberapa hal berbeda yang saya dan juga teman-teman lain alami dibandingkan dengan kebiasaan yang kami lakukan di kehidupan sebelumnya. Kultur dan budaya yang agak berbeda membuat kami harus segera menyesuaikan diri dengan keadaaan tersebut agar tidak timbul permasalahan dengan kegiatan kami mendatang.

Tepatnya setelah sholat isya’, kira-kira pukul 07.15 kami berangkat untuk bersilaturrahmi dengan Pak RT dan Pak RW di tempat kami KKN. Ada 6 rumah yang harus kami kunjungi(ada 4 RT dan 2 RW). Tidak seperti kebiasaan sebelumnya, kami menempuh perjalanan dengan jalan kaki. Padahal kami harus menempuh perjalanan kira-kira 1,5 km keliling kampong.

Kejadian ini terjadi saat kami mengunjungi rumah kedua. Setelah mengetuk pintu, Pak RT kaluar dan sepertinya kaget melihat jumlah tamu yang cukup banyak dan belum mengenal satu pun dari tamu-tamu tersebut. Pak RT mempersilakan masuk, kami bingung karena ternyata kursi yang tersedia tidak cukup untuk menampung kami. Akibatnya Pak RT seperti kebingungan sendiri, jalan sana, balik sini, masuk lagi, keluar lagi.

Komandan kami (kormasit) sepertinya kurang sabar melihat keadaan itu. Dengan santainya ia mengangkat tangan dan bilang “Pak, sini dulu Pak!” Sontak aku dan beberapa temenku hamper tertawa karena kok bias-bisanya tamu yang tak dikenal seperti kami menyuruh tuan rumah duduk. Tetapi kami bertahan untuk tidak tertawa.
Pertemuan pun berlanjut. Komandan kami berbicara dengan susah payah berbahasa jawa untuk menghormati Pak RT(maksudnya). Selesai berbicara seolah beban sudah hilang dari pundaknya. Gentian Pak RT menanggapi. “Maaf, ya saya pake bahasa Indonesia saja karena tidak bias berbahasa jawa!” Sontak kami tak bias menahan tawa, akhirnya tawa yang tertahan tadi kami tumpahkan seketika itu juga. Ternyata Pak RT yang tadi berasal dari Tangerang, wajar saja nggak bias bahasa jawa. Untung Pak RT pengertian, “Saya paham bahasa jawa kalo mendengarkan saja, tapi kalo berbicara masih susah!”

Perjalanan berlanjut sampai ke ruma keenam. Di tengah jalan, tak henti-hentinya kami tertawa. Tapi aku sendiri bangga dengan komandanku karena ia menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran untuk tidak terulangi lagi. Buktinya setelah rumah kedua tersebut, pertemuan belangsung dengan lancer dan akrab. Yaaa…kesalahan sedikit sih ada tetapi berbeda dengan kejadian sebelumnya. Hebat pak Komandan!!!

Thursday, June 26, 2008

Percaya Diri

Setiap orang memiliki sifat percaya diri. Kalo ada yang bilang “Wah, saya benar-benar tidak punya rasa percaya diri.” Maka sebenarnya ia sedang berkata bohong. Yang menjadi pertanyaan adalalah apakah kita menyadarinya atau tidak. Apakah kita tahu bahwa jauh di dalam diri kita, sebenarnya ada rasa percaya diri? Tugas kita hanyalah mencari cara bagaimana caranya agar rasa percaya diri tersebut, yang masih terkubur sangat dalam, keluar ke permukaan.

Masing-masing orang memiliki caranya sendiri untuk memanggil rasa percaya diri. Ada yang dengan menganggap orang lain di sekitarnya jauh lebih bodoh daripada dia, ada yang dengan belajar sangat tekun sehingga kepintarannya melebihi siapapun yang ada di sekitarnya, ada juga yang dengan cara berbohong kepada orang lain sehingga orang lain mengira ia adalah orang yang sempurna. Cara yang terakhir tentu memilki resiko tersendiri karena ditempuh dengan cara yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.

Meskipun begitu ternyata masih banyak orang yang kebingungan bagaimana ia harus memunculkan rasa percaya dirinya. Yang terjadi adalah kekhawatiran dan ketegangan yang dampak selanjutnya akan memunculkan stress yang berkepanjangan bahkan berkelanjutan. Orang seperti ini biasanya kurang bias menghadapi permasalahan-permasalahan yang menghadangnya(meskipun tidak bias digeneralisir semuanya).

Tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua, bagaimana seseorang bias sangat percaya diri sementara di lain pihak ada orang yang sangat minder. Yang menjadi dasar pembedaan adalah wawasan pengetahuan orang tersebut. Wawasan yang menyangkut segala hal, bias berupa pengetahuannya tentang rasa percaya diri itu sendiri, atau pengetahuannya akan ilmu pengetahuan, dan bias juga wawasannya mengenai manajemen hati.

Artinya, jika kita ingin selalu merasa percaya diri maka jalan tercepat untuk meraihnya adalah dengan selalu meingkatkan kemampuan kita akan segala hal. Semakin tinggi ilmu yang kita miliki maka rasa percaya diri itu akan meninggi dengan sendirinya. Meningginya rasa percaya diri akan semakin menambah kenyamanan kita dalam menjalani hidup yang masih panjang ini. Segala macam permasalahan akan dengan mudah diselesaikan.


Monday, June 23, 2008

Apa hobiku?

Sekarang aku sudah duduk di bangku kuliah bahkan sudah hamper menyelesaikannya. Tak terhitung sudah berapa kali aku mengisi biodata untuk suatu keperluan. Entah itu untuk mendaftar jenjang study yang baru, mendaftar suatu organisasi, tugas sekolah atau kuliah, dan lain sebagainya. Yang masih ada dalam memori, aku mulai mengisi biodataku sendiri saat masih berada di Sekolah Dasar. Di sana ada salah satu baris yang harus diisi mengenai hobi. Apa hobiku?

Saat pertama kali mengisinya aku bingung. Apa yang harus aku isi, ya? Akhirnya aku menulis kata “membaca”. Kata itu masih selalu aku tuliskan sampai sekarang untuk mengisi kolom hobi. Tak terpikirkan apakah sebenarnya hobiku itu memang membaca. Hanya saja waktu itu aku menulis “membaca” sebagai hobi karena kelihatannya kok keren. Banyak tulisan yang mengatakan bahwa membaca banyak mendatangkan manfaat, dan orang yang hobinya membaca cenderung dikonotasikan positif sebagai orang yang rajin dan pintar.

Saat duduk di sekolah menengah atas, aku mulai bosan menuliskan kata “membaca” di kolom hobi. Pasalnya aku tak pernah suka membaca. Teman-teman mulai bertanya ini itu mengenai hibiku, missal buku apa saja yang pernah kamu baca, buku apa yang paling kamu suka, kamu suka bac novel gak, dan lain sebagainya. Paling sial kalo ketemu teman yang hobinya benar-benar membaca, dengan nerocos ia memaparkan berbagai macam teorinya hasil dari membaca sementara aku bengong mendengarkan tanpa memahaminya. Akhirnya aku tersiksa sendiri.

Aku ingin mengganti hobi(maksudnya tulisan “membaca” di kolom hobi) tetapi kok saying gitu rasanya. Selain itu, aku sendiri bingung mau menulis apa lagi? Kuputuskan untuk tetap menulis kata “membaca” tetapi setelah itu aku mulai memaksakan diri untuk membaca. Awalnya buku-buku yang ada diperpustakaan aku lahap. Yaaa…..awalnya sih cumin komik, kebetulan perpustakaan sekolah ada koleksi komik berjudul “Kung fu Boy” lengkap dari seri pertama sampai selesai. Menarik, itulah kesan pertamaku.

Selanjutnya aku mulai membaca buku-buku bergambar, sebut saja ensiklopedia dan semacamnya. Ketertarikanku terhadap buku pun semakin berkembang. Aku mulai tertari untuk tidak hanya membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Pikiranku mulai mengarah untuk membeli buku-buku sendiri sesuai dengan keinginan. Mulaila aku menabung sedikit demi sedikit untuk membeli buku. Awalnya aku suka membaca buku-buku psikologi dan manajemen diri. Sangat menarik karena selain kadang sesuai dengan keadaanku juga kita dapat mengetahui karakter manusia.

Bosan dengan buku psikologi kegemaranku merambat ke novel. Mulai dari novel religi, sejarah, biografi, petualangan, sampai percintaan aku lahap. Menyenangkan juga membaca sebuah buku fiksi karena kadang berisi nilai-nilai yang tidak ada di dalam buku non-fiksi. Sampai sekarang aku masih suka membaca novel, belum bosan juga. Memang buku novel lebih dinamis daripada buku-buku lainnya.

Aku bersyukur, dulu aku mengisi kolom hobi dengan kata “membaca”, sehingga aku benar-benar punya hobi membaca yang sangat bermanfaat. Bayangin aja kalo waktu itu aku menulis “memancing”, apa jadinya aku sekarang? Setidaknya sekarang aku tidak ragu-ragu lagi untuk menuliskan kata “membaca”saat mengisi biodata kolom hobi, karena memang aku suka membaca. Aku tidak minder lagi ketika bertemu dengan teman yang memiliki hobi yang sama, justru aku senang. Karena kadang aku bertukar buku dengannya, menghemat juga sih karena kita tidak harus membeli sendiri.

Friday, June 20, 2008

Kapan, ya?

Suatu hari, sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, aku harus berkunjung ke rumah teman sekelas. Aku berangkat bersama teman-teman yang lain dengan tujuan untuk membuat gapura(dua minggu lagi akan diadakan perkemahan dan setiap grup harus membuat gapura untuk menandai wilayah yang menjadi hak satu grup). Sampai di tempat tujuan kami langsung ke belakang rumah dan menemukan begitu banyak pohon bamboo sebagai bahan pembuatan gapura.

Anehnya, saat aku melihat pemandangan di belakang rumah temanku ini, aku merasa seolah-olah pernah melihatnya, sangat lekat di kepala. Padahal baru pertama kali ini aku pergi ke sana. Aku mencoba berfikir, mencari kemungkinan logisnya. Nihil. Aku masih merasa bahwa au pernah melihat pemandangan ini. Hal ini ternyata berlanjut, aku merasa situasi yang kami jalani sudah ada di kepalaku. Meskipun tidak 100% mengingatnya tetapi cukup jelas tergambar situasi ini dan tetap saja perasaanku mengatakan bahwa aku pernah mengalami situasi seperti ini. Nha, permasalahannya adalah aku tidak dapat menentukan kapan peristiwa itu terjadi.

Perasaan itu muncul lagi di waktu yang lain ketika sedang memimpin suatu siding pergantian pengurus salah satu oraganisasi di kampus yang sedang aku ikuti. Peristiwa itu terjadi saat aku berada di tahun kedua kuliah. Persis seperti peristiwa sebelumnya, aku merasa bahwa situasi yang sedang aku jalani sepertinya pernah aku alami sebelumnya. Hanya saja aku lupa-lupa ingat sehingga tak dapat menentukan kepan hal itu pernah terjadi sebelumnya. Padahal faktanya, situasi seperti itu baru aku alami pertama kali alias sebelumnya belum pernah.

Sampai sekarang aku mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan itu, hasilnya belum juga bias membuatku puas. Beberapa buku mendefinisikan “dejavu” sebagai suatu peristiwa yang dialami dua kali, atu suatu situasi yang dialami persis seperti sebelumnya. Yah, aku tidak terlalu paham sebenarnya tetapi itulah jawaban terdekat yang aku dapatkan. Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang menyebabkan terjadinya dejavu? Bagaimana mungkin dua peristiwa dapat terjadi dengan situasi yang sama persis? Atau bagaimana mungkin kita memiliki memory mengenai suatu peristiwa yang tersimpan di otak sementara peristiwa itu belum pernah dialami?

Tidak semua pertanyaan bias dijawab dan atau tidak semua pertanyaan harus dijawab. Suatu saat nanti jawaban itu pasti akan dating dengan sendirinya. Hanya saja waktunya bias sangat lama atau sebaliknya bias sangat cepat. Asalkan pertanyaan itu tidak mengganggu aktifitas sehari-hari maka kita tidak perlu memaksakan diri untuk menemukan jawabannya.


Mengapa, ya?

Suatu pagi yang cerah aku bangun dari tidurku, tidak terlalu kesiangan tetapi juga tidak terlalu pagi. Matahari masih belum menampakkan wajahnya, beberapa binatang malam justru masih menyenandungkan suara merdunya. Udara begitu dingin pagi ini, lrbih dingin daripada pagi sebelumnya. Bahkan ketika aku mengeluarkan udara dari paru-paru, ada sedikit uap air yang keluar. Aku membayangkan seperti berada di musim dingin saja. untung saja, tadi malam sebelum tidur aku memakai celana panjang sehingga hawa dingin ini agak berkurang rasanya.

Biasanya, aku langsung ke kamar mandi sehabis tidur. Sikat gigi, buang air, wudhu, atau hanya sekedar cuci muka. Tetapi pagi ini aku tidak langsung ke kamar mandi. Beberapa menit aku hanya sekedar duduk di atas tempat tidur. Bukan karena malas untuk bangun lagi ataupun karena kecapekan tetapi entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang berbeda, sesuatu yang aku sendiri tidak bias menjelaskan. Sesuatu yang bersifat psikis dan berkecamuk di dalam kepala. “Mengapa, ya?” Batinku waktu itu.

Hampir sepuluh menit aku merenung sendiri di atas kasur. Merasakan sesuatu hal yang aneh dan itu membuatku tidak nyaman. Aku berfikir keras tetapi tidak juga menemukan penyebabnya. Aku mencoba menganalisa berbagai macam kemungkinan, seperti mungkin ada sesuatu yang aku lupakan. Setelah aku cek ternyata tidak juga, atau hari ini akan ada peristiwa yang besar bagiku, tidak juga, atau mungkin karena sebelumnya merasa kecewa akan sesuatu hal, tidak juga. Aku mencoba kemungkinan lain, mungkinkah aku habis dimarahi oleh seseorang, tidak juga, atau ada pekerjaan yang harusnya sudah selesai tetapi belum selesai, tidak juga.

Akhirnya aku menyerah, kupaksakan diriku ke kamar mandi, berharap perasaan ini segera hilang dengan sendirinya. Singkat kata hamper seharian aku merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam kepalaku. Suatu perasaan yang lebih mendekati kepada rasa khawatir, takut akan sesuatu, tetapi aku tak dapat menemukan apa penyebabnya. Sebenarnya nggak enak juga sih berada dalam kondisi seperti ini, mengalami sesuatu hal yang tidak pasti. Salah satu kelemahan manusia.

Aku pernah membaca buku psikologi, ada suatu waktu di mana seorang remaja mengalami hal seperti di atas. Keadaan yang tidak akan pernah dialami oleh anak kecil ataupun orang tua. Meskipun belum menemukan penyebab pastinya tetapi minimal aku tahu bahwa itu adalah suatu proses menuju kedewasaan. Aku hanya harus melaluinya dengan enjoy, karena prose situ akan membawaku kepada kedewasaan dan kematangan pribadi. Hal yang sangat aku butuhkan untuk menempuh perjalanan hidup yang sebagian orang bilang panjang tetapi sebagian lainnya bilang pendek.

Yah, pertanyaan itu terjawab sekarang. Dengan umur, pengetahuan dan pengalamanku saat ini aku dapat menganalisa setiap perasaan aneh yang muncul tiba-tiba. Minimal aku dapat mengendalikannya sehingga tidak mengganggu aktifias sehari-hari. Apakah ini berarti aku sudah dewasa? No body’s know.

Wednesday, June 4, 2008

Moment

Dalam ilmu fisika kita mengenal istilah momentum, yang kurang lebih mengatakan bahwa momentum sebanding dengan kecepatan dan massa benda. Dalam artian, semakin besar nilai kecepatan dan atau massa suatu benda maka benda tersebut memiliki momentum yang juga semakin besar. Tetapi judul dalam tulisan ini lebih mengacu pada moment yang berarti melakukan sesuatu pada waktu dan tempat yang tepat.

Pada dasarnya dalam setiap sisi kehidupan, kita sudah sangat sering bertemu dengan yang namanya moment. Dan memang, jika suatu kegiatan dilaksanakan pada moment yang tepat maka hasilnya akan jauh lebih besar daripada jika dilaksanakan pada waktu dan suasana yang lain. Seperti ketika kita ingin meminta uang saku tambahan pada orang tua kita, maka moment yang tepat adalah pada saat orang tua kita (ayah) sedang bersantai ria di depan rumah sambil minum the atau kopi.

Kebalikannya, jika kita melakukan sesuatu pada moment yang tidak tepat maka hasilnya menjadi kurang maksimal bahkan bias jadi mengalami kegagalan. Bayangkan saja jika kita menjemur baju pada saat hujan turun, maka dapat dipastikan baju tersebut tidak akan kering atau minimal akan kering dalam waktu yang cukup lama. Atau misalnya ketika kita menemui seorang dosen untuk konsultasi sementara dosen tersebut sedang tidak mood (missal gagal dalam melaksanakan proyek, atau baru saja bertengkar dengan dosen lain, atau sudah seharian belum istirahat karena melayani mahasiswa yang konsultasi) maka kemungkinan proses konsultasi menjadi tidak menyenangkan. Hasil yang seharusnya dicapai berupa pencerahan bias jadi justru kegelapan.

Manusia akan selalu mengalm keberhasilan jika ia bias membaca dan menganalisa setiap moment yang dibutuhkan. Ia akan menunggu moment tersebut untuk melancarkan kegiatannya. Atau orang akan lebih berhasil jika ia mampu untuk menciptakan moment, sehingga ia tidak perlu menunggu untuk melaksanakan kegiatannya. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah, tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh waktu dan kesabaran yang besar untuk sampai ke sana.

Yang jelas, bukan suatu yang tidak mungkin bagi setiap orang untuk menguasai cara memahami dan menerapkan kegiatannya pada moment yang tepat. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama karena memang hakekatnya manusia adalah sama. Yang membedakan adalah usaha yang ia lakukan untuk terus memperbaiki dirinya.

Teori tidak akan berhasil jlka tidak segera diikuti oleh prakteknya. Bahkan kadang tidak perlu kita mempelajari setiap teori sebelum menjalankan prakteknya. Cukup jalankan apa yang ada dalam pikiran kita. Hati nurani akan menuntun kita pada sesuatu yang benar. Hanya saja jangan sampai lupa untuk terus mengoreksi diri, memperbaiki setiap kesalahan yang pernah dilakukan dan berusahalah untuk menjadi lebih baik daripada hari esok. Hari ini adalah hari di mana kita bias melakukan apa saja, maka pikirkan saja hari ini.

Wednesday, May 28, 2008

Bayangkan !

Manusia diciptakan dengan kemampuan untuk membayangkan sesuatu, baik yang nyata ataupun tidak nyata. Yang nyata misalnya kita membayangkan suatu kejadian yang sudah terjadi di masa lalu sedangkan yangtidak nyata misalnya membayangkan sesuatu yang belum terjadi. Banyak hal yang bisa dijadikan bahan untuk dibayangkan. Objek tersebut bisa berupa benda, orang, tindakan, atau bahkan hanya suatu konsep saja.

Nha, kemampuan manusia untuk membayangkan sesuatu membuat dia dapat memunculkan suatu potensi yang sangat luar biasa. Dengan membayangkan, orang bisa menciptakan berbagai macam alat modern yang memudahkan aktivitas manusia, merubah keadaan yang kacau menjadi teratur, atau membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena pada dasarnya, dengan membayangkan kita dapat mensimulasikan sesutau sehingga dapat mengetauhi kelemahan ataupun cacat pada apa yang sedang dibayangkan.

Proses belajar yang kita lakukan akan efektif seandainya kita dapat memahami apa yang sedang kita pelajari. Proses pemahaman tersebut dapat ditempuh dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan membayangkannya. Misal anak sekolah sedang mempelajari biologi, khususnya anatomi tubuh. Akan lebih bisa dipelajari seandainya dia belajar sambil membayangkan keadaannnya, tidak hanya sekedar menghafal saja. Tulang belikat, bayangkan letaknya di mana dan bentuknya seperti apa, jantung, bentuknya seperti apa dan letaknya di mana, darah, bayangkan seandainya kita tidak punya darah, maka kita akan tahu fungsinya.

Hafal sangat berbeda dengan faham karena faham berarti menempatkan suatu pengetahuan jauh di dalam otak kita sehingga tidak mudah lupa, sebaliknya dengan menghafal. Dengan membayangkan, kadang kita tidak hanya faham akan ilmu yang sedang dipelajari tetapi juga dapat memunculkan suatu ide lain di luar ilmu yang sudah ada. Proses belajar yang bagi sebagaian orang dianggap sebagai suatu kegiatan yang sangat membosankan berubah menjadi sesuatu yang sangat mengasyikkan.

Rasa ingin tahu adalah sifat dasar manusia, dan menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya adalah hal yang memberikan kepuasan tersendiri. Semakin kita tahu maka semakin besar pula keinginan kita untuk mengetahui hal yang lain. Artinya semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapat. Dan akhirnya, rasa puas yang akan membangkitkan semangat kemajuan pun akan bertambah.

Jadi, mari kita tingkatkan kualitas belajar kita dengan tidak hanya menghafal materi yang sudah ada tetapi juga dapat membayangkannya sebagai sesuatu yang nyata. Keuntungan yang diperoleh tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga orang-orang yang ada di sekitar kita. Semakin detail kita dapat membayangkan sesuatu hal, maka semakin banyak hal yang kita fahami. Faktanya adalah bahwa kemampuan seseorang untuk membayangkan berbeda-beda, tetapi pada dasarnya, semakin kita sering membayangkan, semakin baik pula kemampuan kita memahami suatu hal.

Terakhir yang perlu diingat adalah, membayangkan berbeda dengan melamun. Melamun adalah pekerjaan yang sangat sedikit manfaatnya, setidaknya lebih sedikit manfaatnya daripada kerugiannya.

Sunday, May 25, 2008

Tidur

Tidur adalah satu cara yang digunakan oleh sebagian besar makhluk hidup(atau mungkin justru semua makhluk hidup) untuk mengistirahatkan badannya dari segala macam kegiatan yang bersifat eksternal. Harapannya, setelah bangun dari tidur badan menjadi segar kembali dan siap untuk menjalani aktifitas selanjutnya yang mungkin lebih berat daripada aktifitas sebelum tidur.

Hanya saja fenomena yang sekarang terjadi agak berbeda dari teori si atas. Banyak orang menidurkan dirinya di luar alasan di atas. Coba kita tanya pada diri kita masing-masing. Suatu kali kita pasti mengalaminya. Contoh ketika kita tidak ada kegiatan yang harus dikerjakan, maka kita sering bilang “Tidur aja, ah!!!”, ketika kita ada kuliah padahal ada tugas yang harus dikumpulkan, lalu kita bilang “Daripada dimarahi dosen, tidur aja, ah!!!”, ada juga ketika waktu masih pagi, hujan deras, udara dingin, rasanya malas sekali keluar rumah maka kita juga akan bilang,”Tidur aja, ah!!” dan lain sebagainya.

Harus kita pahami bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti memiliki tujuan dasar(tujuan defaultnya mengapa kita melakukan sesuatu) seperti kita makan karena lapar, kita sekolah karena ingin pintar, kita mendengarkan music agar terhibur, dan lain sebagainya. Ketika kita melakukan seuatu tidak sesuai dengan tujuan basicnya maka kadangkala hal itu akan menimbulkan efek negatif bagi si pelakunya. Tujuan yang seharusnya dicapai(yaitu tujuan dasarnya tadi) menjadi tidak tercapai, dan akhirnya kita tidak dapat menikmati posesnya.

Sebut saja ketika kita terlalu banyak tidur. Apa yang terjadi? Badan kita justru terasa lemas dan malas untuk melakukan berbagai macam aktifitas. Bukankah ini justru sebaliknya? Contoh lain misalnya ketika kita kuliah di kelas. Tentu maksudnya adalah agar kita mendapatkan ilmu dari proses perkuliahan tersebut. Tetapi ketika tujuan kita melebihi dari tujuan dasar tersebut maka kadangkala justru tidak tercapai. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lain yang kita alami sehari-hari.

Kembali ke permasalahan tidur. Sebaiknyalah kita mengembalikan tujuan dari tidur itu sendiri, yaitu agar badan kita istirahat dari segala macam aktifitas eksternal. Yaaa....tentu ada banyak gangguan yang akan memberikan kenikmatan yang lebih daripada itu tapi yakinlah bahwa kenikmatan itu hanya bersifat sementara dan justru akan memberikan dampak negatif untuk waktu yang akan datang. Jangan sampai kita mengidentikkan tidur dengan kemalasan. Memang ada hubungannya tetapi tentu tidak bisa digeneralisir begitu saja.

OK. Selamat menikmati tidur yang nyaman. Tidur yang nyaman tidak harus lama.

Friday, May 23, 2008

Kini Saatnya

Segala sesuatu pasti ada awalnya, kecuali Sang Maha Pencipta yan tidak mempunyai awal dan akhir. Sesuatu yang baik akan diawali dengan baik pula, meskipun hal ini tidak berlaku mutlak. Sebagai contoh hal yang sudah dimulai dengan niat dan cara yang baik, akhirnya menjadi suatu hal yang tidak baik. Seperti kata bang napi,”Kejahatan bisa muncul bukan hanya karena ada niat tetapi juga bisa disebabkan karena ada kesempatan.”

OK, berbicara masalah awal maka sangat sering kita mendengar di radio, televisi, atau membaca majalah, koran, brosur, poster, atau bentuk-bentuk media lainnya yang mengatakan “Kini saatnya kita bergerak, sekaranglah saatnya kita membuat perubahan, inilah saatnya kita maju, dan lain sebagainya.” Terus terang kadang saya agak tersenyum ketika membaca tulisan-tulisan itu(meskipun tidak semuanya) karena pada dasarnya isi kalimat setelah kalmat tersebut adalah sama. Dengan demikian, sudah ada tulisan atau orang yang mengatakan “kini saatnya” sebelum ada orang lain yang mengatakannya juga. Maksud saya adalah, mengapa ada begitu banyak awal, dulu sudah ada orang yang bilang “Kini saatnya kita mengentaskan kemiskinan” coba kita lihat di koran atau media lainnya, hampir tiap tahun pasti ada kalmat tersebut atau minimal intinya sama. Jika selalu awal yang terjadi maka kapan berakhirnya?

Yah, harus kita sadari bahwa kadang kita menyia-nyiakan waktu dengan melakukan tindakan yang sebenarnya sudah pernah dilakukan sebelumnya. Bukankah proses itu bisa diibaratkan anak tangga, yang jika sudah diawali pada anak tangga pertama maka kita beranjak ke anak tangga kedua, terus beranjak sampai akhirnya sampai di puncak. Masih ingat, dulu waktu masih sekolah kata “keberlanjutan”. Dengan adanya proses yang keberlanjutan, maka sesuatu akan lebih mudah terbayangkan dan tentu saja lebih mudah menggapainya.

Maka, seperti tulisan saya sebelumnya bahwa kita perlu sekali untuk berfikir lebih luas. Jika suatu saat kita sudah berfikir luas maka sesungguhnya masih bisa lebih luas lagi. Kita harus bisa berfikir untuk memanfaatkan tindakan orang lain yang sudah dilakukan sebelumnya, siapa tahu tindakan orang lain tersebut bisa menjadi dasar yang lebih kuat untuk melangkah selanjutnya. Kadang suatu tindakan menuntut adanya kondisi tertentu untuk memulainya. Maka sebenarnya kita tidak harus membuat sendiri kondisi tersebut karena siapa tahu orang lain ada yang sudah membuatnya sehingga kita bisa memanfaatkannya. Dengan demikian, kita bisa menghemat waktu dan bisa menyelsaikannya dalam waktu yang lebih cepat.



Tuesday, May 20, 2008

Berfikirlah Lebih Luas

Jika kita ingin mendapatkan sesuatu maka kita harus merencanakan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mendapatkannya. Jika kita ingin meraih masa depan yang lebih baik maka kita harus memikirkannya sekarang. Dan jika kita ingin menjadi seseorang yang lebih baii daripada sekarang maka kita harus merencanakannya. Segala sesuatu di dunia ini butuh perencanaan, butuh pemikiran awal untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh. Semakin besar keinginan kita maka semakin besar pula perencanaan yang harus kita buat.


Hal yang sudah direncanakan saja kadang masih tidak dapat kita capai apalagi jika tidak direncanakan, sudah pasti gagal meraihnya. Dengan demikian, tidak cukup hanya merencanakan saja. Butuh pemikiran yang lebih jauh mengenai apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Semakin jauh kita memikirkannya maka semakin dekat pula pada keberhasilan untuk meraihnya.


Hanya saja, kadang kita terlalu naif dengan mengatakan,”Semuanya sudah saya pikirkan, tinggal dijalankan saja.” Rencana adalah sesuatu yang sangat misterius, sesuatu yang sangat sulit didefinisikan cara kerjanya. Semakin matang kita memikirkan rencana tersebut, maka semakin kita tahu bahwa masih ada celah di sana. Satu masalah terpikirkan dan kita tahu solusinya, maka saat itu juga muncul masalah lain. Seolah-olah tidak ada habisnya masalah yan muncul dalam setiap langkah yang akan kita ambil.


Memang demikianlah adanya. Bagaimanapun juga Allah berfikir jauh lebih sempurna daripada manusia. Dia-lah yang mengatur alam ini, Dia-lah yang mengatur kerja setiap hal di dunia ini bahkan sampai yang yang sangat kecil sekalipun. Artinya adalah, tak akan ada orang yang bisa membuat perencanaan dengan sempurna, selalu ada saja celah yang bisa menghambat tercapainya suatu tujuan.


Semakin luas seseorang berfikir maka semakin baik pula perencanaan yang ia buat. Coba saja kita tes beberapa orang mengenai seberapa luas ia berfikir atau justu anda sendiri bisa mengetes kemampuan berfikir anda. Dari yang simpel saja, misal coba deskripsikan dengan kata-kata anda sendiri bagaimana bentuk dan situasi rumah anda sehingga orang lain, meskipun belum melihatnya dapat merasakannya melalui angan-angannya.