/* salju turun */ adnan: February 2008

Wednesday, February 27, 2008

Masa Lalu

Waktu adalah sumber daya yang sangat berharga bagi setiap aktifitas manusia. Ia adalah sarana utama dan harus ada jika kita ingin melakukan sesuatu. Bahkan ia merupakan salah satu syarat agar suatu benda dikatakan “ada” selain benda itu harus menempati ruangan. Tak ada yang bisa melawan waktu apalagi memanipulasinya. Ia tak dapat dipersingkat apalagi diperpanjang. Ia berdiri sendiri dari kekuasaan manusia.

Waktu sendiri memilki tiga kategori, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Masa lalu adalah waktu di mana suatu tindakan atau perbuatan sudah terjadi. Masa sekarang adalah waktu di mana kita sedang melakukan suat tindakan. Sedangkan masa depan adalah masa di mana suatu tindakan belum dilakukan, hanya sekedar rencana. Pada tulisan ini akan dofokuskan pada point masa lalu.


Kita tidak dapat melakukan apapun terhadap apa yang sudah terjadi. Kita tidak dapat kembali dan melakukan hal yang sama pada waktu yang sama. Kata hanya dapat melakukan hal yang sama pada masa sekarang sedangkan masa lalu tetaplah ada dan terjadi. Maka dari itu, masa lalu adalah masa yang dapat digunakan sebagai referensi bagi kita untuk mengevaluasi tindakan tersebut. Dengan harapan bahwa, jika tindakan tersebut berdampak positif pada masa sekarang maka harus dipertahankan sedangkan jika berdampak negatif maka harus di perbaiki kesalahannya.


Hanya saja kita perlu memberikan porsi yang sepantasnya untuk melhat masa lalu. Kadang orang terlalu banyak melihat masa lalu sehingga yang terjadi adalah penyesalan yang berkepanjangan ataupun kebahagiaan semu yang sebenarnya telah berlalu. Bukan berarti menghlangkan tetapi ketika kita sudah melihat masa lalu kita dan dapat mengambil hikmahnya maka hal itu sudah cukup. Tidak perlu sampai berlanjut dan berlanjut hingga akhirnya masa sekarang dan masa mendatang justru tidak terpikirkan sama sekali.


Seperti ketika kita melihat kaca spion untuk mengetahui kondisi di belakang mobil, maka porsinya harus lebih kecil dibandingkan porsi kita melihat ke depan. Karena kalau kita sering melihat kaca spion maka bisa jadi kita menabrak apa yang ada di depan yang tidak sempat terlihat. Lagipula Allah menciptakan kedua mata manusi berada di depan yang menandakan bahwa default mata manusia adalah melihat ke depan, bukannya ke samping ataupun ke belakang. Memandang ke depan berarti juga menyongsong masa depan dengan modal pengalaman yang telah dilalui di masa lalu.


Manusia yang paling ahli dalam menata setiap tindakannya akan mendapatkan kenyamanan yang bahkan melebihi apa yang pernah dipikirkannya. Sementara tindakan yang baik selalu didasari pada pengalamannya. Seperti kata pepatah “Keledai takkan jatuh pada lubang yang sama dua kali.” Saya bisa mengatakan bahwa keledai yang tak bisa berfikir lebih baik daripada manusia saja takkan jatuh pada lubang yang sama, masak manusia bisa kalah dengan keledai?

Tuesday, February 26, 2008

Berjalan dan Berlari

Setiap orang dilahirkan di dunia dengan modal yang sama. Ya, kalo ilmu biologi mengatakan bahwa keadaan seseorang ditentukan oleh dua hal, yaitu gen dan lingkungan. Tetapi bagaimanapun juga ketika kita baru saja dilahirkan, keadaaan kita tidaklh jauh berbeda. Belum bisa berbuat apa-apa kecuali menangis dan menggeliat-geliatkan badan seperti ulat.

Sampai usia remaja, perkembangan yang terjadi pada diri kita sangat ditentukan oleh lingkungan. Entah itu lingkungan keluarga, lingkungan bermain, lingkungan sekolah, sampai lingkungan masyarakat. Masa tersebut adalah masa di mana kita sangat tertarik untuk mencoba segala sesuatu. Tak peduli sesuatu itu berdampak baik ataupun buruk pada diri kita. Yang pentingd adlah dicoba.


Setelah masa remaja, kita mulai dapat berfikir sendiri, mulai dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Nha, mulai saat inilah kita menanggung sendiri beban hidup kita. Seolah-olah segalanya menjadi sangat sulit karena kita sendirilah yang harus memutuskan. Dengan demikian perkembangan yang terjadi pada diri kita pun sangat ditentukan pada mental yang telah terbentuk pad diri kita.


Tak peduli apa yang telah dipelajari semasa anak-anak sampai remaja, ketika kita sudah dapat berfikir sendiri maka semuanya bergantung pada diri kita. Jika selama ini kita mendapatkan pelajaran yang buruk maka kita sudah tahu keadaannya dan dapat memutuskan untuk berubah atau tidak. Sebaliknya, ketika selama ini kita sudah mendapatkan pelajaran yang baik maka kita juga sudah tahu keadaannya dan dapat memutuskan untuk melanjutkan atau tidak.


Dalam hidup ini kita selalu menjumpai adanya pilihan. Apakah kita ingin menjadi orang tidak peduli pada kemajuan atau kita ingin menjadi orang yang selalu mengalami kemajuan? Kalau kita ingin menjadi orang yang selalu mengalami kemajuan, maka apakah kita memilih untuk maju dengan cepat ataukah dengan lambat? Yang berhak menentukan pilihan mana yang yang akan kita ambil tdak lain tidak bukan adalah diri kita sendiri.


Ibarat orang yang sedang bergerak maju, maka ia dapat maju dengan berjalan saja yang berarti butuh waktu lama sampai di tujuan tetapi tidak terlalu banyak mengeluarkan energi atau ia dapat maju dengan berlari yang berarti ia dapat sampai di tempat tujuan dengan cepat tetapi butuh energi yang lebih besar. Hasil akhirnya adalah sama, yaitu tempat tujuan tersebut tetapi proses yang terjadi sangatlah berbeda. Masing-masing orang tentu memiliki pemikiranya sendiri mengenai hal ini.


Yang jelas, jangan sampai menjadi orang yang tanpa kemajuan waktu demi waktu. Seperti kata pepatah yang mengatakan “Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini.” Sebuah prinsip dagang yang sangat populer dan tak ada yang mau membantahnya.

Monday, February 25, 2008

Sendiri

Setiap orang pasti tahu bahwa manusia tak dapat hidup sendiri. Semenjak SD atau bahkan TK, kita diajarkan tentang sifat manusia yang merupakan makhluk sosial, saling membutuhkan satu sama lain. Pasti kita juga merasakan bahwa, ketika kebersamaan itu masih ada, kegembiraan itu sangat terasa dan masuk ke dalam jiwa. Suatu perasaan yang pasti setiap orang tidak mau melepasnya. Kebersamaan yang membawa semangat dan motivasi, gairah dan tekad untuk terus maju.

Hanya saja kebersamaan itu tak selamanya dipertahankan. Atau justru memang kita diharuskan untuk meninggalkannya demi memperoleh kebersamaan yang lain. Suatu saat kita dituntut untu menyendiri, merenungkan apa yang ada di dalam diri, merenungkan apa saja yang telah dilakukan selama hidupnya di dunia, merenungkan apa saja kesalahan yang telah dibuat selama hidup di dunia. Hal itu tidak bisa dilakukan secara bersama-sama, karena di sini butuh keheningan untuk menyelami hati dan jiwa kita.


Kesendirian merupakan hal yang tak dapat diindari oleh siapapun. Bukankah kita diciptakan oleh Sang Pencipta dalam kesendirian. Bahkan sebelum lahir pun, kita diproses dalam kesendirian di dalam rahim sang ibu. Cuman sayangnya, mengapa kadang kita takut akan kesendirian? Ketika berada di tempat gelap sendiri kita takut, ketika presentasi di depan kelas sendiri kita takut atau lebih tepatnya grogi, atau ketika kita ujian dan harus mengerjakan soal sendiri kita tidak percaya diri. Apakah pelatihan yang telah dijalani selama 9 bulan 10 hari dalam kesendirian itu tidak memberikan dampak sedikitpun pada ketakutan kita akan kesendirian?


Tak ada yang bisa disalahkan jika kita takut akan kesendirian. Hanya saja, semakin bertambah usia seseorang maka seharusnya semakin kecil pula ketakutan dia akan kesendirian. Sebenarnya, apa sih yang ditakutkan dari kesendirian? Mungkin kita terlalu banyak dijejali teori tentang sifat manusia sebagai makhluk sosial sehingga kita merasa bahwa kita harus bersama. Seperti cerita tentang burung elang yang dibesarkan oleh induk ayam sehingga ia tidak tahu bahwa sebenarnya ia adalah seekor burung elang.


Kita harus membuka wawasan tentang kekuatan kita meskipun hanya sendiri. Ya, memang kebersamaan adalah yang utama tetapi suatu saat akan muncul keadaan di mana kita harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Jika kita sendiri saja kuat apalagi jika bersama?

Sunday, February 24, 2008

Logis

Banyak hal di dunia ini yang kadang tanpa kita sadari dilakukan dan akhirnya penyesalanlah yang diperoleh. Keputusan yang dibuat oleh seseorang selalu bergantung pada dua hal, yaitu emosi dan logika. Suatu ketika emosi lebih dominan daripada logika tetapi di lain waktu logikalah yang lebih dominan daripada emosi. Yang paling baik adalah saat di mana antara emosi dan logika bekerja secara harmonis, pasti pernah tapi sangat jarang.

Para psikolog mengatakan bahwa wanita lebih cenderung ke arah emosi atau perasaan daripada logika sedangkan laki-laki sebaliknya. Mana yang laebih baik? Bukan itu point peningnya. Hanya saja kita harus bisa menyeimbangkan antara tindakan yang berdasarkan emosi dan tindakan yang berdasarkan logika. Tidak bisa melulu dominan pada salah satu saja. Dari sekian banyak pengalaman hidup saya selama kurang lebih 21 tahun ini, aku mengambil kesimpulan bahwa sebagian besar tindakan yang didasarkan atas logika memiliki nilai yang lebih baik daripada emosi. Saya bilang sebagian besar, karena kadang pemikiran logika terlalu banyak pertimbangan sehingga memang perlu suatu kali biarlah emosi yang mengambil alih.


Sehubungan dengan tindakan yang menujua ke arah kemajuan maka dibutuhkan kesadaran penuh untuk bertindak atas dasar logika. Dalam hal ini emosi sebaiknya ditekan karena emosi sangat dekat dengan hawa nafsu dan hawa nafsu itu sangat dekat dengan hal-hal yang negatif (jika kita tidak bisa mengendalikannya). Bayangkan saja jika kita menuruti semua hawa nafsu kita, maka hanya dalam waktu yang tidak begitu lama hidup kita akan segera hancur, bahkan dunia ini juga.


Berfikir secara logis sangat identik dengan berfikir luas, mempertimbangkan baik-buruk, untung-rugi, dan lain sebagainya. Kepandaian seseorang juga dapat diukur dengan cara melihat seberapa logis dia dapat berfikir. Selain itu, dalam suatu musyawarah atau rapat biasanya pendapat yang bisa diterima adalah pendapat yang paling logis. Logis bisa juga berarti dapat direalisaikan ke dalam dunia nyata. Minimal dapat dibayangkan bagaimana realisasinya di lapangan. Bayangin aja jika ada orang yang mengatakan “Aku bisa terbang tanpa bantuan alat apapun.” Ya, jelas ga akan ada yang percaya. Karena pernyataan tersebut tidak logis d mata manusia sekarang.


Dengan demikian tindakan yang logis adalah tindakan yang didasari pada pemikiran yang logis. Tindakan yang logis dapat diartikan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kemampuan serta kemauan si pelakunya. Kalo kita melakukan tindakan yang kita sendiri sebenarnya tidak mau maka dapat dikatakan tindakan tersebut tidak logis. Atau kita melakukan tindakn di luar kemampuan kita maka tindakan itu juga tidak logis. Misal, kita hendak mengangkat rumah sendirian. Ya jelas ga logislah. Emang superman.


Di dunia ini sudah terlalu banyak orang yang tidak logis. Baik pemikiran maupun tindakannya. Maka jangan ditambahi lagi.

Thursday, February 21, 2008

Niat Saja Tidak Cukup

Masing-masing orang diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Beruntung orang yang diciptakan dalam keadaan yang sudah sangat baik, hidupp berkecukupan, bakat yang muncul semenjak kecil dan hal-hal baik lainnya. Tetapi tentu saja orang yang diciptakan dalam keadaan yang tidak seberuntung itu. Hidup berkecukupan atau bakat yang tak kunjung muncul. Bagi yang mempunyai kondisi yang kedua tentu ingin segera berubah. Berubah menjadi orang yang berilmu, bertalenta, dan dapat mencukupi kehidupannya engan hal-hal yang menyenangkan.

Masalahnya adalah mewujudkan hal itu tidaklah semudah membalik telapak tangan, tidak semudah mengucapkannya melalui mulut. Banyak orang yang mengatakan “Kalo mau berubah yang penting adalah niat.” Tentu hal ini bukanlah pernyataan yang salah tetapi aku memandanh bahwa orang yang mengatakan hal semacam itu hanya ingin menghibur temannya, saudaranya, kekasihnya atau siapa sajalah yang ingin berubah. Karena perubahan adalah proses panjang yang butuh banyak modal dan kerja keras, tidak hanya niat semata.


Niat memang penting, karena bagaimanapun juga segala sesuatu dapat terjadi keran ada niatnya. Contoh, jika kita ingin sholat maka harus niat terlebih dahulu, jika ingin pergi ke pasar pun maka pasti ada niat ke pasar, atau bahkan ketika kita ingin ke kamar kecil maka otomatis kita juga sudah berniat untuk ke kamar kecil. Nha, yang penting adalah bagaimana menjaga agar niat yang sudah muncul di awal tersebut dapat bertahan sampai titik puncak perubahan. Hal ini juga bukanlah hal yang mudah, butuh mental yang kuat untuk menopang niat tersebut.


Hal kedua adalah semangat. Sepertinya sih sepele, semangat, tetapi satu kata ini merupakan satu kata yang sungguh ajaib. Dengan semangat, sesuatu yang tidak mungkin dapat menjadi mungkin. Contohnya saja, saat pertandingan lari maraton. Awalnya si semangat tetapi biasanya jika sudah melampaui separuh perjalanan maka semangat itu mulai hilang, akibatnya tenaga yang dikeluarkan pun tidak sebesar waktu awal pertandingan. Tetapi begitu melihat garis finish, entah darimana datangnya, tenaga itu muncul begitu saja. Apalagi diteriaki oleh beribu-ribu pentonton yang menyaksikan. Tenaga yang dhasilkan menjadi berlipat ganda bahkan melebihi saat awal pertandingan. Itulah ajaibnya semangat. Bha, bukan hal mudah juga untuk memunculkan semangat dalam diri kita. Dan setiap orang memiliki type yang berbeda pula dalam memunculkan semangat tersebut.


Terakhir adalah continyu. Dalam artian kerja keras yang dilakukan demi perubahan ke arah yang lebih baik dilakukan secara terus menerus dan periodik. Tak ada celah untuk menyerah apalagi putus asa. Tidak semua orang dapat melakukannya. Kerja keras membutuhkan niat dan semangat terlebih dahulu. Seperti rayap yang mebangun rumahnya dengan membawa satu demi satu butir tanah. Sepertinya sih kecil sekali kerja eras yang dilakukan, hanya sebutir tanah. Tetapi bisa dilihat hasilnya, rumah yang dapat dibangun oleh hewan sekecil rayap bisa mencapai sebesar rumah manusia bahkan lebih.


Pepatah mengatakan “Jika kita ingin hidup ini, maka kita harus berubah.” Maka tak da kata lain untuk berdiam diri sementara zaman semakin maju. Hanya ada dua pilihan, kita mengikuti zaman atau zaman yang akan menggilas tubuh kita.

Tuesday, February 19, 2008

Perihal Membaca

Ada banyak cara untuk mendapatkan ilmu. Mulai dari menonton film, mendengarkan guru, mendengarkan radio, dan lain sebagainya. Tetapi diantara sekian banyak cara, membaca merupakan satu cara untuk mendapatkan ilmu dengan biaya yang paling murah dan paling mudah. Hanya dengan bermodalkan niat dan kesungguhan maka kita dapat memperoleh ilmu yang sekian banyaknya.

Membaca sendiri memiliki dimensi yang sangat banyak. Ada banyak hal yang merupakan media bacan, sebut saja majalah, koran, surat kabar, komik, buku cerita, novel, surat, bahkan hanya sekedar booklet saja sudah mengandung cukup banyak ilmu. Tetapi tentu media yang mengandung paling banyak ilmu adalah media yang berupa buku dan khusus mengupas satu bidang ilmu yang spesifik. Misal buku pelajaran, buku psikology, dan lain sebagainya.


Sepertinya sih mudah saja pekerjaan ini tetapi ternyata tidak semua orang mau melakukannya. Kebanyakan orang mengatakan bahwa membaca merupakan satu pekerjaan yang sangat membosankan. Bagaimana tidak? Berdiam diri selama satu atau dua jam merupakan hal yang luar biasa. Apalagi manfaat dari membaca tidaklah langsung dapat dirasakan oleh pelakunya. Tidak seperti makan yang hasilnya berupa kenyang dapat langsung dirasakan, hasil dari membaca mungkin satu tahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh tahun mendatang baru dapat dirasakan.

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa orang yang gemar membaca biasanya pikirannya jauh ke depan daripada orang yang tidak suka membaca. Ia lebih bisa berfikir lebih luas daripada kebanyakan orang. Dengan wawasannya yang lebih, dapat ia gunakan untuk dasar mengambil keputusan. Dengan demikian orang yang suka membaca juga bersikap lebih bijaksana daripada orang kebanyakan. Tetapi tentu hal ini tidak bisa diabsolutkan kepada semua orang. Ada beberapa pengecualian.


Dari pengalamnku sendiri, orang yang membaca ada beberapa kategori. Ada orang yang membaca dan tahu apa yang dibacanya serta dapat menterjemahkannya sesuai dengan pemikirannya sendiri. Orang seperti iniliah yang dapat memperoleh manfaat dari membaca. Karena ada orang yang membaca tetapi tidak dapat menterjemahkan sesuai dengan pemikirannya. Akibatnya ia hanya manut-manut saja, atau malah ia tidak dapat mencerna apa yang telah dibacanya. Hasilnya buang-buang waktu saja ia membaca karena tidak dapat mengambil manfaat dari membacanya.


Tetapi bagaimanapun juga, orang yang suka membaca mempunyai peuang mendapatkan ilmu yang lebih besar daripada orang yang tidak suka membaca. Lalu, mengapa kita tidak memulai untuk membiasakan diri gemar membaca. Bisa dimulai dengan membaca media dan topik yang kita sukai. Seperti kata pepatah jawa yang mengatakan bahwa “Witing tresna jalaran saka klino.”


Monday, February 18, 2008

Hanya Ingin Menulis

Hari-hari selalu saja dipenuhi dengan berbagai macam aktifitas yang membuat badan ini terasa lelah. Mengerjakan ini, mengerjakan itu, pergi ke sini, pergi ke sana, dan masih banyak lagi. Seolah-olah waktu 24 jam dalam sehari yang diberikan Tuhan kepadaku terasa kurang untuk menyelesaikan setiap tugas. Lalu, kapan aku punya waktu untuk menulis?

Menulis bukanlah hal yang sulit, hanya saja membutuhkan ketelatenan dan keseriusan dalam menggapainya. Apa susahnya menulis satu atau dua kalimat saja, setiap orang juga bisa. Menulis hanyalah mengungkapkan apa yang ada di alam pikiran seperti halnya kita bicara tetapi melalui media yang berbeda. Berbicara menggunakan media mulut sebagai perantara sementara menulis menggunakan media tulisan sebagai perantara.


Aku masih belum bisa mengalokasikan waktu yang tersedia untuk sekedar menulis satu atau dua kalmat saja. Selain itu, kadang masih terasa kurang berisi jika hasil tulisan itu dibaca kembali. Seperti kata orang yang mengatakan bahwa “Kandungan tulisan seseoran meninterpretasikan kandungan ilmu yang dimiliki oleh penulisnya.” Apakah berarti ilmu yang aku miliki masih sangat sedikit? Ah, berfikir seperti itu hanya akan menurunkan semangatku untuk menulis. Sebaiknya aku tepis saja pemikiran-pemikiran negatif seperti itu.


Sebenarnya aku tidak menuntut banyak, aku hanya ingin bia menulis dan menikmati hasil tulisanku. Ga banyak, kan? Tapi apa daya, setip aku menulis sepertinya kok seperti beban saja. Walhasil aku tidak bisa menikmati prosesnya apalagi hasilnya. Dan aku pikir hasilnya pun tidak seperti yang aku harapkan.


Patah semangat bukanlah jalan keluar yang bijaksana. Aku tahu bahwa aku harus terus mencoba-mencoba-dan terus mencoba sampai aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan. Yah, aku sudah berjanji pad diriku sendiri untuk menggapai apa yang aku inginkan saat ini. Bukankah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kita percaya bahwa hal itu mungkin.


Banyak orang yang sudah berhasil menunjukkan kemampuannya dalam hal menulis. Lalu, kalau orang lain bisa, mengapa aku tidak bisa? Menulis bukanlah hal yang sulit, menulis adalah hal yang menyenagkan dan menguntungkan. Tak ada ruginya bagi orang yang pandai menulis justru keuntunganlah yang didapat. Yuk, kita menulis!!!

Sunday, February 17, 2008

Hari Baru Semangat Baru

Manusia diciptakan dengan berbagai macam alat gerak, mulai dari tangan, kepala, jari, kaki, bahkan mata yang berkedip pun merupakan suatu gerak. Sesuai dengan namanya yaitu alat gerak maka setiap organ tersebut didesain untuk bergerak. Justru akan tidak baik ketika alatalat gerak tersebut didiamkan tanpa melakukan sesuatu. Seperti mesin yang didiamkan saja dalam waktu lama maka justru akan menjadi karatan dan akhirnya rusak, tidak bisa dipakai lagi.

Sehubungan dengan hal itu, maka manusia harus melakukan berbagai macam aktifitas setiap harinya. Mungkin kita sering merasakan bahwa saat kita terlalu banyak tidur maka kondisi badan justru akan menurun dan akhirnya yang datang adalah kemalasan. Dan tentu saja masing-masing orang meiliki aktifitasnya masing-masing. Berbagai aktifitas yang mungkin sudah pasti dilakukan adalah belajar dan bekerja. Belajar untuk orang yang masih berada pada usia sekolah sedangkan bekerja bagi orang yang sudah melewati masa sekolah. Dan tidak menutup kemungkinan pada suatu masa melakukan keduanya.

Dari sekian banyak aktifitas ternyata tidak semuanya menyenangkan. Atau tidak semuanya menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Artinya, kadang kita menjumpai suatu aktifitas yang membuat kita bersemangat untuk melakukannya. Contonya saja ketika ada teman yang akan mentraktir makanan, dengan semangat kita akan berangkat. Atau ketika orang tua mengajak rekeasi pada akhir semester, maka dengan senang hati kita akan melakukannya. Tetapi ada juga aktifitas yang membuat kita bosan, dan menurunkan semangat. Contoh saja, ketika ada pekerjaan rumah (entah dari sekoah ataupun dari kampus) yang sangat sulit. Contoh lainnya, ketika kita disuruh melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Pasti sangat berat untuk melakukannya.


Nha, sayangnya kadang seuatu yang tidak menyenangkan tersebut mau tidak mau harus kita lakukan. Maka tidak ada pilihan lain kecuali membuat kita merasa nyaman untuk melakukan aktifitas tersebut. Sesuai dengan kata para filosof bahwa “Kita tidak dapat mengubah apa-apa yang ada di luar diri kita tetapi kita punya kontrol penuh untuk mengubah setiap apa yang ada dalam diri kita.” Motivasi dan semangat itu harus kita munculkan di dalam diri kita.


Satu hari, dua hari mungkin tidak cukup tetapi beruntung Tuhan menciptakan siang dan malam. Aktifitas manusia biasanya terbatas pada waktu siang saja, meskipun kadang ada malam, tidak selamanya malam. Maka waktu malam bisa kita jadikan moment yang tepat untuk menyegarkan pikran, mengistirahatkan badan, dan mengmpulkan semangat yang sudah dihabiskan siang tadi. Dengan demikian pada pagi hari kita akan merasa fresh kembai dan siap untuk melakukan setiap aktifitas hari ini, betapapun sulitnya.


Maka hari baru, semangat baru. Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini.

Friday, February 15, 2008

Sulitnya Mengatakan “........”

Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dengan bentuk dan organ yang sangat lengkap. Ada sekian banyak organ yang dimiliki seorang manusia, yang kesemuanya memiliki peranan sangat penting, salh satunya adalah mulut. Banyak sekali kegunaan dari organ yang satu ini dan salah satunya adalah untuk berbicara, berkomunikasi dengan apa saja yang ada di luar tubuhnya. Atau dengan kata lain, mulut adalah suatu gerbang yang menjembatani antara apa yang ada di dalam pikiran dengan dunia luar. Mengapa saya mengatakan demikian, karena mulut adalah alat komunikasi utama untuk mengungkapkan ide, gagasan, kritik, pendapat, kekesalan, kegembiraan, kesedihan dan apapun di dalam otak yang sifatnya masih virtual alias tidak nyata.

Sepertinya mudah saja, mengutarakan apa yang ada di dalam otak melalui mulut tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat menyusun kalimat yang baik dan enak di dengar. Akibatnya adalah tidak semua ide di dalam oak tersampaikan atau bisa jadi justru si pendengar menerima tidak sesuai dengan apa yang diutarakan. Maka dari itu, banyak orang yang kemudian mengatakan bahwa kepintaran seseorang dapat diukur dari kemampuannya berbicara di depan publik. Meski sebenarnya hal ini tidak bisa menjadi tolok ukur utama.


Kemampuan mulut untuk berbicara juga dapat terhambat jika kondisi dan situasi pada saat berbicara kurang mendukung. Sebagai contoh saja, ketika kita berhadapan dengan orang yang kita benci. Atau yang simple sajalah, ketika kita berbuat salah pada orang lain. Sebenarnya dalam hati mengatakan bahwa “Aku harus minta maaf padanya.” Tetapi karena harga dirinya terlalu tinggi atau orang yang menjadi korban adalah orang yang statusnya di bawah kita maka akan sangat sulit untuk sekedar mengatakan “Maafkan aku karena telah membuatmu terluka.”


Kondisi lain, ketika kita ingin mengatakan perasaan kita pada pria/wanita yang sangat kita cintai. Simple saja sih, hanya mengatakan “I love u” atau “Aku suka padamu” atau “Aku tresna marang sliramu” tetapi ternyata sulit sekali. Faktor ketidaksiapan akan resiko atau kedewasaanlah yang membuatnya bagitu.


Mulut juga merupakan pedang bermata dua. Jika kita salah mengeluarkan kata-kata maka bisa jadi akan membuat orang lain terluka dan benci dengan kita. Tetapi sebaliknya ketika kita mampu mengeluarkan kata-kata yang enak didengar, yang membuat kesedihan menjadi kegembiraan, yang membuat kelesuan menjadi semangat, dan yang membuat kebencian menjadi cinta. Hidup ini selalu memiliki pilihan. Tergantung kita yang menentukan pilihan mana yang akan diambil. Yang burukkah atau yang baikkah? Sebagai manusia yang berakal tentu kita akan memilih yang baik. Betul????

Thursday, February 14, 2008

Menyesal

Banyak orang bertanya “Mengapa penyesalan itu selalu datang belakangan?” Tentu jawabannya “Kalo ada di depan maka namanya bukan penyesalan.” Setiap orang pasti mengalami satu kondisi demikian di mana ia melakukan sesuatu yang membuat dirinya tidak nyaman akibat dari tindakan tersebut. Yaaa....contohnya saja orang yang tidak belajar ketika akan menghadapi ujian. Penyesalan akan datang ketika pengumuman nilai ditempel dan terpampang di sana nilai yang cukup jelek.


Selalu ada nilai positif dan negatif daru suatu hal di dunia ini. Seperti ada baik-buruk, kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang, utara-selatan, hitam-putih, maju-mundur dan lain sebagainya. Penyesalan akan bernilai positif ketika kita dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Kalo pada kasus contoh di atas maka hal itu memberikan pelajaran kepada kita untuk selalu mempersiapkan diri akan datangnya ujian. Sehingga di masa mendatang tidak akan terulang lagi kejadian yang sama. Seperti kata pepatah “Keledai saja tidak akan jatuh pada lubang yang sama dua kali” maka seharusnya manusia bisa berbuat yang lebih baik.



Ada juga yang mengatakan bahwa lebih baik melakukan sesuatu meskipun hasilnya jelek daripada tidak melakukan sesuatu sama sekali. Mungkin ini mengambil filosofi dari pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Yaa...bagaimanapun juga jika kita sudah melakukan sesuatu meskipun gagal tetap saja ada sesuatu yang masuk ke dalam memori kita. Hal itulah yang memberikan nilai tambah padanya daripada orang yang tidak melakukan apapun. Mungkin kalo dilihat sekilas orang yang banyak melakukan sesuatu maka banyak pula resiko yang harus ditanggungnya. Nha, mengenai hal ini maka ada dua type manusia yaitu orang yang tidak suka perubahan dan orang tidak suka dengan sesuatu yang monoton.



Penyesalan dapat juga bernilai negatif jika orang yang mengalaminya menanggapinya dengan terlalu serius. Dalam artian bahwa terlalu lama berada pada kondisi penyesalan bukanlah tindakan yang bijaksana, khususnya untuk membangkitkan semangat hidup dan bangkit kembali. Bisa jadi hidupnya justru akan semakin terpuruk dan ada juga yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Seperti kata pepatah “Allah tidak akan membebani umat-Nya melebihi kemampuan umat-Nya tersebut.” Jadi, sesungguhnya tidak ada masalah yang tidak dapat terpecahkan. Pasti ada, hanya saja kadang kita harus menempuh jalan yan berliku dan berbatu untuk mendapatkannya.



Manusia yang baik adalah manusia yang mampu menyikapi penyesalan dengan hati yang jernih serta pikiran yang positif. Semakin banyak pelajaran yang diambil maka banyak pula perubahan ke arah positif yang kita dapatkan. Selamat menjalani hidup yang panjang.

Monday, February 11, 2008

Awal dan Akhir

Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti memiliki awal dan memiliki akhir. Memang jika kita membcarakan segala hal yang berada di dunia, maka semuanya adalah sesuatu yang terbatas. Bicara soal awal dan akhir, maka fakta yang ada adalah bahwa kedua keadaan tersebut merupakan dua keadaan yang sangat bertolak belakang. Dua hal yang memiliki arti serta efek yang sangat jauh berbeda.

Tetapi jika kita berfikir lebih teliti lagi maka yang kita dapatkan adalah seperti kata para filosof yaitu bahwa akhir dari sesuatu sebenarnya adalah awal dari sesuatu. Seperti ketika kita sudah lulus dari kelas 2 SD(maka artinya akhir dari kelas 2 SD) maka pada waktu yang bersamaan merupakan awal dari kelas 3 SD. Nah, pertanyaannya sekarang adalah apakah awal sesuatu itu sebenarnya adalah akibat dari akhir sesuatu?

Kita tidak bisa mengeneralisir begitu saja kasus ini. Karena jika ada yang bertanya "Sebenarnya awal dan akhir itu duluan mana sih?" Tentu kita akan repot menjawabnya. Tetapi dengan gaya bercanda kita bisa saja mengatakan "Ya, jelas duluan awal dong! Sesuai dengan kalimat pertanyaan kamu tadi, lihat aja sendiri pasti duluan awal." Ya, sudahlah. Bicara plesetan memang nggak ada habisnya.

Kembali ke persoalan awal. Sekali lagi, awal dan akhir adalah dua hal yang tidak bisa kita pisahkan begitu saja. Dengan pengertian tersebut kita bisa bernafas lega atau justru tersengal-sengal. Misal, kita sedang mengalami suatu akhir masa yang bahagia maka kita harus waspada, jangan sampai awal dari sesuatu yang ada di depan bisa jadi lebih sulit daripada yang sekarang. Atau jika kita sedang mengalami akhir yang sulit maka tidak usah bersedih hati karena di depan sudah ada awal dari sesuatu yang bisa kita jadikan obat dari rasa sakit tersebut.

Hati-hati, jika kita sedang bahagia karena jika bahagia ada akhirnya dan kita tidak tahu apa yang ada di depan (sedih atau bahagia), begitu juga jika kita sedang sulit maka jangan sampai menurunkan semangat kita untuk bangkit karena di depan bisa jadi ada kebahagiaan yang akan menyambut kita.

Selamat menjalani hidup yang bahagia dan jangan menyerah jika kesusahan datang. Semangat !!!!

Sunday, February 10, 2008

Senang dan Kecewa

Manusia memiliki banyak sekali sifat yang menyertainya, yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Ia memiliki emosi yang entah bersal dari mana, dari otak? Sepertinya tidak. Ada orang yang mengatakan bahwa emosi berasal dari hati, tapi apakah hati bisa memunculkan suatu hal yang seperti itu? Tidak usak dipikirkan lagi karena bukan itu point yang ada dalam tulisan ini.

Emosi yang dimilki manusia tentu ada dua bagian, yaitu emosi yang mengarah kepada kebahagiaan dan yang mengarah pada kesedihan. Dua macam emosi yang saling berlawanan tetapi kadang sangat berdkatan bahkan sulit dibedakan. Contoh saja emosi “senang” dan emosi “kecewa”. Keduanya memiliki efek yang berbeda. Tetapi jika kita sedikit merenungkan dua macam emosi itu bisa muncul dalam waktu yang hampir bersamaan, berlanjut begitu saja.


Ketika kita masih kecil, kita pasti masih ingat bahwa kadang oang tua memmberikan suatu hadiah kepada kita untuk membuat hati kita menjadi senang. Misal, kita dibelikan permen, ice cream, balon, bahkan yang agak mahal harganya seperti robot-robotan, mobil-mobilan, sepeda, dan lain sebagainya. Ekpresi yang muncul pertama kali pastilah kebahagiaan. Ketika ayah bilang “Nak, tadi ayah dari toko mainan, trus ayah membeli sesuatu untukmu!” Sementara barangnya masih disembunyikan dalam tas.


Dalam hati, kita pasti merasa sangat bahagia. Di satu sisi hal itu menunjukkan bahwa ayah sangat sayang kepada kita dan di sisi lain penasaran pada hadiah apa yang dibelikan ayah. Sayangnya ketika ayah menunjukan hadiah tersebut, ternyata adalah suatu barang yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Yaaa....katakalnlah sukanya mobil-mobilan truk tetapi ayah membelikan sedan, atau sukanya balon yang berwarna merah tetap ayah membelikan warna biru.


Emosi yang tadinya bahagia sekarang berubah 180 derajat menjadi kekecewaan. Dan karena waktu perpindahannya sangat cepat maka efek kekecewaan itu lebih sakit daripada biasanya. Seperti kalo kita jatuh, semakin tinggi kita jatuh maka akan semakin sakit. Tidak enak, tidak nyaman, dan sangat menjengkelkan pastinya. Suatu keadaan yang akan membuat segalanya menjadi hambar dan tidak berarti.


Dengan demikian kita menjadi tahu bahwa begitu dinamisna emosi manusia. Semakin kita bisa mengendalikan emosi tersebut maka kita akan semakin manusiawi. Karena segala pengaturan di dalam tubuh manusia dilakukan melalui otak. Nha, sebenarnya 100% otak berada di bawah komando kita hanya saja kadang kita tidak menyadarinya.


Mari kita menjadi manusia yang sebenarnya, manusia yang penuh dengan kontrol diri tanpa mengurangi rasa kemanusiaannya.