/* salju turun */ adnan: August 2008

Sunday, August 31, 2008

Tanggung jawab

Manusia diberikan amanah yang tidak sedikit oleh Allah SWT untuk melestarikan kehidupan di bumi. Tidak hanya itu, ia juga mempunyai beban untuk selalu membina kerukunan dengan sesame manusia ataupun sesame makhluk hidup. Begitu banyaknya hal yang harus dilakukan oleh bahkan hanya seorang individu saja. Waktu yang hanya 24 jam sehari kadang serasa tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas yang diberikan.

Tetapi intinya adalah bagaimana kita selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kadang meang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit tetapi itulah kehidupan. Pengorbanan akan terasa pahit pada saat kita melakukannya tetapi akan terasa manis jika kita sudah melaluinya.

Tidak setiap orang mampu untuk mengelola pribadinya dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Akibatnya ada beberapa orang yang yang melaksanakan tugas dengan enjoy tetapi ada juga yang melaksanakannya dengan malas-malasan. Kata yang tepat untuk menggambarkan permasalahan tersebut adalah “tangung jawab.”

Pada dasarnya kita tidak dituntut untuk selalu menyelsaikan tugas dengan gemilang tetapi asalkan kita dapat melakukan antisipasi terhadap kegagalan tersebut. Rasa tanggung jawab akan memberikan kita petunjuk mengenai apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak harus kita lakukan. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan apa yang disebut rasa tanggung jawab. Butuh proses yang bahkan tidak sebentar untuk memperolehnya.

Jika kita sudah memiliki rasa tanggung jawab di dalam diri kita maka segalanya akan menjadi nyaman dan menyenangkan. Permasalahan terasa seperti tantangan yang menyenangkan, keberhasilan akan menjadi anugrah yang tak ternilai harganya, hambatan akan menjadi batu pijakan ke anak tangga yang lebih tinggi, dan ancaman akan menjadi teman yang selalu setia menemani.

Banyak orang yang melalaikan tanggung jawab hanya dikarenakan kenikmatan sesaat yang dirsakan sekarang. Padahal kenikmatan sekarang adalah kenikmatan semu yang akan segera berlalu. Kenikmatan di masa mendatang adalah kenikmatan yang lebih hakiki, lebih panjang dan lebih besar. Dengan rasa tanggung jawab, kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang karena kita sudah tahu hokum sebab akibat.

Thursday, August 28, 2008

Keberuntungan

Banyak orang yang bilang bahwa kepintaran adalah hal mutlak jika ingin mendapatkan kemudahan dalam menjalani kehidupan ini. Tak ada yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena memang orang yang memiliki kepandaian lebih daripada yang lain cenderung memiliki konsep mengenai bagimana mengelola dan memanage kehidupan. Dan tentu saja sesuatu yang sudah dikonsep dengan baik akan memberikan hasil yang lebih baik daripada sesuatu yang kurang apalagi tidak dikonsep sama sekali.

Tetapi ternyata ada hal lain yang membuat seseorang mendapat kemudahan dalam setiap aktifitas kehidupannya, keberuntungan. Sesuatu yang oleh para pakar perencanaan diabaikan dalam konsep perencanannya karena tidak bias dipastikan kemunculannya. Lalu, apa sih sebenarnya keberuntungan itu? Masing-masing orang memiliki definisinya sendiri mengenai kata ini. Tetapi bagi saya, keberuntungan adalah suatu keadaan yang berjalan di luar perencanaan. Suatu keadaan yang bias dating dari lingkungan ekternal maupun internal sesorang yang sangat mendukung keberhsilan suatu aktifitas ataupun kegiatan.

Misalnya saja seseorang yang sedang mengikuti ujian naik tingkat. Persiapan yang matang dengan cara belajar giat adalah cara terbaik untuk meramalkan apakah seseorang tersebut akan lulus atau tidak. Sayangnya kadang bahkan dengan belajar giat pun tidak cukup memenuhi syarat agar ramalan tersebut benar 100%. Bias jadi bahan yang diujikan ternyata berbeda dengan apa yang dipelajari. Berhubung pertanyaannya adalah multiple choice maka dengan mengandalkan insting, orang tersebut menjawab setiap pertanyaan. Hasil yang sangat mwngagetkan keluar, lulus. Bagaimana bias?

Saya menyebutnya keberuntungan. Realita yang berbeda dengan apa yang dipersiapkan membuat kita tidak bias berbuat apa-apa selain berusaha sekuat tenaga dan berharap keberuntungan mendatangi kita. Ada orang yang bilang bahwa orang yang pintar masih kalah dengan orang yang beruntung. Memang ada benarnya tetapi keberuntungan tidak akan dating terus menerus. Ia merupakan barang langka yang dating dengan sendirinya tanpa ada pola. Bagaimana kita bias mengandalkan hal seperti itu untuk menjalani kehidupan ini?

Biarlah keberuntungan itu menjadi surprise bagi kita. Persiapan yang matang adalah hal utama, sesudah itu bolehlah kita mengandalkan keberuntungan. Setidaknya ia menjadi rencana cadangan seandianya memang sudah tidak ada yang bias kita perbuat. Saya lebih suka berusaha sekuat tenaga daripada mengharapkan sesuatu yang datangnya tidak pasti. Menanti datangnya keberuntungan seperti kata pepatah,” menanti durian runtuh ataupun menunggu ayam bertelur.”

Wednesday, August 27, 2008

Tentang Koordinasi

Banyak hal di dunia ini yang tidak bias kita lakukan sendiri. Sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk social, ia harus melakukan segala sesuatunya dengan bantuan orang lain. Tidak setiap orang pun mampu membantu orang lain untuk menyelesaikan kegiatan/permasalahan/aktivitas atau apapun juga. Mengapa begitu, karena tidak setiap orang memahami arti koordinasi.

Koordinasi adalah sebuah proses saling mengerti antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal. Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancer ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya.

Seperti tubuh kita yang melakukan koordinasinya dengan sangat apik tanpa pernah kita sadari. Ambil contoh saja kaki. Ketika kita berjalan mereka dengan harmonis saling bergantian melangkah maju. Coba saja kita bayangkan seandainya kedua kaki kita tidak melakukan koordinasi. Pada saat yang bersamaan dua buah kaki kanan dan kiri melangkah maju, yang terjadi adalah jatuh dan akan merugikan anggota tubuh yang lainnya.

Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Perencanaan mengenai langkah apa saja yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan puncak. Bukan hal yang mudah memang tetapi juga bukan hal yang sulit jika kita mau berfikir. Dengan perencanaan maka kita tahu sampai sejauh mana orang lain dapat membantu kita serta kita akan bias mensinkronkan setiap langkah sehingga yang terjadi bukannya interferensi tetapi justri saling mendukung.

Hal yang agak membosankan atau lebih tepatnya menjengkelkan adalah jika dua orang atau lebih di mana satu orang membuat perencanaan dengan sangat baik sementara yang lain dengan santainya melakukan kegiatan yang serba dadakan atau dengan kata lain tanpa perencanaan. Padahal kedua orang itu saling melengkapi kegiatannya. Dua-duanya akan merasa tidak nyaman atau justru yang membuat rencanalah yang merasa tidak nyaman karena rencana yang telah dibuatnya seolah mental begitu saja.

Sangat menyenangkan jika kita dapat melakukan koordinasi suatu kegiatan dengan baik. Kita akan mampu merasakan betapa bermanfaatnya kegiatan tersebut buat kita. Proses pembelajaran terhadap diri kita sangat mungkin terjadi lebih daripada kegiatan lainnya. Dan akhirnya akan mampu meningkatkan derajat kemanusiaan kita seiring bertambahnya ilmu yang dimiliki. Bukankah derajat manusia ditentukan oleh ilmu yang kita miliki? Lalu mengapa kita tidak terus-menerus meningkatkan ilmu kita?

Dusun Bandaran, Turi, Sleman
Hari ketiga KKN
3 Juli 2008 pukul 09.12
Adnan Anwar

Wednesday, August 20, 2008

Memberi dan Menerima

Sore itu aku dan beberpa temanku yang sedang KKN di sebuah dusun di Sleman duduk bersantai bersama Bapak Dukuh dusun tersebut. Pembicaraan ngalor ngidul tentang segala hal. Mulai dari kegiatan yang akan kami laksanakan sampai pada beberapa nasehat yang diberikan beliau kepada kami mengenai kehidupan di pedesaan. Adat istiadat, kebiasaan, pergaulan, perbedaannnya dengan kehidupan perkotaan kami diskusikan dengan santai.

Sampai pada pokok bahasan mengenai member dan menerima. Kami mengangap bahwa banyak manusia sekarang ini lebih suka menerima daripada member. Entah itu orang yang mampu maupun tidak mampu. Sebenarnya bukan masalah besar tetapi jika semua orang memiliki sifat seperti itu maka akan terjadi ketidakseimbangan kehidupan.

Banyak juga orang yang member sesuatu kepada orang lain tetapi setelah itu menyesalinya. Aneh bahwa ada orang yang seperti itu. Yaaa…ada banyak factor yang menyebabkannya. Bias jadi pemberian itu salah sasaran atau bias juga karena barang yang diberikan terlalu berharga. Untuk itu sudah sepantasnya kita memperhitungkan dengan teliti apa yang kita berikan dan kepada siapa barang itu kita berikan.

Pak Dukuh memberikan ilustrasi kepada kami seperti tubuh kita. Normalnya manusia makan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore. Katakanlah masing-masing satu piring penuh maka manusia makan tiga piring penuh setiap hari. Sementara itu, dalam sehari manusia buang air besar rata-rata satu kali sehari, dan kalo dibandingkan jumlahnya maka tidaklah sebanyak yang kita masukkan ke dalam mulut. Artinya jika kita ingin memberikan sesuatu kepada orang lain, maka jelas volumenya lebih sedikit daripada apa yang sudah kita terima. Seperti kalo dalam Islam zakat harta benda sebanyak 2,5%, jauh di bawah pemasukan yang 100%.

Selain itu, apakah kita pernah menyesali perbuatan kita yaitu buang air besar. Saya yakin semuanya akan menjawab tidak. Justru yang terjadi adalah bersyukur karena telah dibebaskan dari segala macam penyakit. Begitu juga ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain maka sepantasnyalah kita bersyukur karena memberikan sesuatu berarti membersihkan harta kita dari harta yang bukan menjadi hak kita.

Mari kita bagi harta kita kepada orang lain dengan ikhlas dan penuh kasing saying. Harta yang disedekahkan, bukannya berkurang justru akan semakin bertambah dengan cara yang bahkan belum pernah kita perhitungkan sebelumnya.