/* salju turun */ adnan: November 2008

Monday, November 24, 2008

Curhat

Pernah dengar kata curhat? Pernah dong…. Apalagi bagi kita-kita yang masih remaja maka kata “curhat” tidak akan lepas dari lika-liku perjalanan hidupnya. Jika kita cermati lagi lebih teliti maka memang kata curhat hanya ditujukan untuk remaja saja. Jarang ada anak kecil atau orang yang sudah dewasa dikatakan curhat. Meskipun sebenarnya kaidah pakteknya sama. Lalu, apa sih sebenarnya curhat itu? Seberapa penting bagi remaja? Yuk, kita ulas satu persatu.

Curhat merupakan singatan dari curahan perasaan. Sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengemukakan permasalahan yang sedang dialaminya kepada orang yang dianggapnya dekat. Proses ini biasanya hanya dilakukan oleh satu orang yang mau curhat dan satu orang yang mendengarkan curhat dari orang pertama. Harapannya dengan mengemukakan permasalahan, setidaknya beban dari permasalahan tersebut berkurang. Lebih jauh lagi bisa menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.

Saya sendiri masih agak bingung tetapi selama ini saya mendapat kesan bahwa curhat hanya ditujukan untuk curahan perasaan yang bersifat menyedihkan. Missal, hasil ujian keluar jelek, tidak lulus interview, diputus pacarnya, atau sedang ada masalah dengan pacarnya, dan lain sebagainya. Apakah mengemukakan perasaan yang menggembirakan juga termasuk dalam kata “curhat”? Ah, itukan urusannya ahli bahasa.

Berdasarkan pengamalan saya sendiri, mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi memberikan efek positif bagi psikis kita. Entah bagaimana cara kerjanya, yang jelas yang tadinya pikiran kalut, bingung, gelisah, dan perasaan-perasaan negative lainnya menggelayut di dalam diri menjadi hilang entah ke mana. Seolah permasalahan tersebut sudah terpecahkan. Padahal hanya berbicara pada orang yang kita percaya saja.

Tetapi tidak semua curhat membawa efek positif. Jika yang kita curhati adalah orang yang tidak terlalu bijak, bisa saja ia justru malah “mengompori” atau memprovokasi kita untuk berbuat hal yang tidak baik. Bahkan ada juga yang justru mengejek orang yang sedang curhat. Ia bilang pengecutlah, cengenglah, kurang tegarlah, dan lain sebagainya. Kata-kata seperti itu sebenarnya kurang pantas diucapkan kepada orang yang sedang(menurut saya). Karena bagaimanapun juga tidak semua masalah dapat diselesaikan sendiri. Ibarat air yang dibendung maka tekananny akan sebakin kuat, jika tidak segera dicari jalur keluarnya maka bisa jadi akan jebol.

Maka jika punya masalah jangan malu-malu untuk bercerita kepada orang lain. Tetapi jangan lupa, jangan sembarangan menceritakan masalah kepada orang yang benar-benar dapat dipercaya. Jangan sampai permasalahan kita justru menjadi konsumsi umum karena dibeberkan oleh orang yang kita curahti tadi. Yang paling baik adalah curhatlah kepada orang tua karena seburuk-buruk orang tua tidak akan mempermalukan anaknya di depan umum.

Monday, November 10, 2008

Berbicara

Kita diciptakan olaeh Allah SWT dalam keadaan yang sangat baik. Segalanya telah disediakan untuk menunjang kebutuhan kehidupan kita. Salah satu hal yang harus kita syukuri adalah kemampuan kita untuk berbicara. Berbeda dengan makhluk lainnya, bicara yang dilakukan oleh manusia memiliki keunikan tersendiri. Karena dan bicara manusia terdapat bahasa yang mentranfer suatu informasi dari satu orang kepada orang lainnya.

Maka secara fitrah manusia memang harus berbicara sehingga mungkin dapat saya katakana di sini bahwa bicara adalah satu kebutuhan bagi manusia. Yang namanya kebutuhan, jika tidak dipenuhi maka akan muncul perasaan yang tidak nyaman di dalam hati. Kadang perasaan itu sangat dominan dan membuat segalanya menjadi tidak menyenangkan.

Sebagai contoh saja ketika kita berada dalam suatu forum diskusi. Di mana setiap peserta diskusi memiliki hak yang sama untuk berbicara. Jika kita aktif dalam mengemukakan ide kita maka di akhir diskusi akan terasa puasnya. Sebuah rasa yang sangat nyaman untuk kita rasakan dan motivasi untuk melakukannya lagi di lain waktu. Sebaliknya, jika kita hanya diam saja maka kemungkinan besar proses diskusi itu akan terasa membosankan dan membuat kita gerah. Akhirnya kita enggan untuk melakukannya lagi di lain waktu.

Selain itu, dengan berbicara berarti kita berlatih untuk mengemukakan ide dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah kita sampaikan. Tidak semua orang mampu mengemukakan ide melalui bahasa lisan. Ada yang mengatakan bahwa percuma kita memiliki kepintaran yang lebih daripada orang lain sementara kita tidak mampu mengemukakan ide kita tersebut kepada orang lain melalui diskusi. Mungkin ada benarnya juga. Karena kepintaran yang hanya bisa dinikmati sendiri tidak akan memberikan manfaat kepada orang lain. Sementara orang yang paling mulia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Yang penting adalah kita harus bisa menyesuaikan diri kapan kita harus berbicara dan kapan harus diam. Banyak bicara sepertinya tidak terlalu baik, sementara diam saja juga tidak terlalu baik. Mulut ibarat pedang yang bermata dua. Ia bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada orang lain tetapi jika kita salah mengeluarkan kata-kata dan menyinggung perasaan orang lain maka ia bisa lebih tajam dari senjata tajam apapun.

Dengan berbicara yang baik berarti kita akan mudah berkomunikasi dengan orang lain. Semakin banyak beromunikasi maka semakin banyak pula orang yang akan senang berbicara dengan kita. Akhirnya semakin banyak pula teman yang kita miliki. Semakin banyak teman maka semakin banyak doa yang diberikan kepada kita, semakin mudah juga kita ketika membutuhkan pertolongan mereka. Maka berlatihlah untuk berbicara yang baik. Pelajari bagaimana kita dapat mengeluarkan kalimat-kalimat dari mulut kita tanpa menyinggung perasaan orang lain. Kalaupun suatu saat kita salah mengeleuarkan kata-kata maka kita bisa mengambil hikmahnya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Monday, November 3, 2008

Mati Listrik

Saat ini listrik tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hamper setiap peralatan yang digunakan manusia untuk mempermudah urusannya membutuhkan tenaga listrik. Ambil saja contoh, memasak, mencuci, membaca, mengetik, dan lain sebagainya. Semuanya membutuhkan listrik. Sehingga mungkin saat ini listrik bisa dikategorikan sebagai kebutuhan tingkat pertama atau primer.

Sebegitu pentingnya listrik sehingga ketika suatu saat listrik mati, karena suatu hal, maka segala urusan yang tadinya gampang menjadi begitu rumit. Apalagi listrik mati pada malam hari. Suasana menjadi sangat tidak menyenangkan, gelap, pengap, mau melakukan kegiatan juga menjadi malas. Apalagi untuk saat ini, mati listrik lebih sering terjadi karena adanya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN.

Sebenarnya kita bisa memanage diri kita sendiri supaya ketika terjadi mati listrik, suasana tetap menyenangkan dan nyaman. Kadang saya berfikir bahwa mati listrik adalah cara Allah untuk mengingatkan kita supaya selalu mengingat alam yang sebenarnya. Alam yang masih asli belum terjamah campur tangan manusia. Bukankah ketika mati listrik, bintang-bintang di langit kelihatan lebih jelas dan indah. Suasana yang terbangun juga lebih hening dan khusu’. Dengan demikian kita akan lebih bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat yang diberikan kepada kita.

Masih ingat kata-kata bapak saya ketika suatu saat mati listrik di rumah. Beliau mengatakan,”Dulu aja nggak pake listrik bisa hidup dan nyaman-nyaman saja kok, mengapa sekarang ketika mati litsrik harus ribut?” Memang ada benarnya juga sih. Yang jelas kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghidupkan listrik yang mati karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab PLN. Kita hanya bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri kita sendiri khususnya dan untuk orang-orang di sekitar kita pada umumnya. Daripada cuman menggerutu dan mengumpat. Atau jika tidak bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat lebih baik tidur.

Sebagai manusia yang memiliki akal, tentu kita harus bisa menyesuaikan diri dengan berbagai macam keadaan yang akan selalu berubah. Dengan keadaan yang tanpa listrik pun seharusnya kita bisa menyesuaikan diri meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa dengan keadaan tersebut mau tidak mau pasti produktivitas kita akan menurun. Nha, seberapa besar penurunan tersebut sangat tergantung pada diri kita sendiri. Bukankah segala hal yang ada di dalam diri kita merupakan kuasa kita sendiri untuk mengaturnya?

Sebaik-baik orang adalah yang tidak hanya bisa menyalahkan ketika berada pada suatu keadaan yang kurang mendudukung. Mengapa kita harus menggerutu, menghakimi, menghina, dan memaki pihak lain sementara belum tentu ia yang bersalah. Bagaimanapun juga mati listrik tidak bisa kita hindari dari kehidupan kita. Ia adalah ciptaan manusia yang pasti ada kekurangan dan kelemahan yang harus kita maklumi.