/* salju turun */ adnan: January 2009

Saturday, January 24, 2009

Ikhlas, Sulit Juga, Ya!

Masih ingatkah pada sebuah film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar? Tentang perjuangan seorang anak manusia yang belum mengenal Islam sama sekali pada awalnya untuk mendapatkan gadis yang dicintainya hingga ia menjadi manusia yang sadar akan keislamannya. Jika ingin mendapatkan anak gadisnya, sang bapak mensyaratkan tiga hal pada sang pemuda. Kedua syarat yang pertama dipenuhi dengan baik. Tetapi syarat yang ketiga membuat sang pemuda bingung dan hamper putus asa. Apakah syarat ketiga itu, hingga begitu sulitnya dipenuhi? Yup, betul ialah sang pemuda diminta untuk menguasai apa yang dinamakan “IKHLAS”. Dan apakah judul dari film itu? Yup, betul. Ialah Kiamat Sudah Dekat.

Tidak terlalu penting tentang judulnya tetapi hikmah apa yang dapat kita ambil dari film tersebut. Bahwa memang yang namanya ikhlas itu adalah hal yang sangat mulia. Allah memberikan pahala yang sangat besar kepada orang yang mampu menerapkan ilmu ikhlas di setiap sendi kehidupannya. Sehingga saking besar pahalanya maka sebanding juga dengan jalan untuk memperolehnya. Bukan hal yang mudah, semudah membalik telapak, tangan, untuk menerapkan ikhlas. Mengatakannya mungkin jauh lebih mudah.

Artinya, setiap orang pasti sudah tahu. Mungkin ada beberapa orang yang mengidentikkan kata ikhlas dengan kata pengorbanan. Bagaimana tidak? Hampir setiap keihlasan itu mengandung unsur pengorbanan, entah itu pengorbanan yang bersifat materi ataupun pengorbanan yang bersifat psikis. Contoh seorang manusia yang dengan ikhlas memberikan sejumlah uang kepada orang miskin yang sedang meminta-minta. Maka ia sudah berkorban sejumlah uang yang diberikannya. Atau seperti dalam film yang disebutkan di awal, seorang pemuda yang dengan ikhlas merelakan gadis yang dicintainya dijodohkan dengan pemuda lain karena ia tahu pemuda tersebut lebih baik darinya, maka sebenarnya ia telah berkorban dengan perasaannya.

Tetapi sebenarnya, ketika ikhlas itu sudah melekat di relung hatinya maka tidak ada kata pengorbanan lagi. Jika masih ada rasa berkorban maka keikhlasannya belumlah 100%. Walaupun memang saya rasa tidak ada yang mampu berbuat ikhlas sebesar 100%, sulit….sangat sulit. Tapi setidaknya kita berusaha untuk memperbesar efisiensi keihlasan di setiap tindakan yang kita lakukan. Sepertinya memang rugi, jika kita berfikir pendek. Tetapi sebenarnya ikhlas itu adalah sebuah investasi di masa depan atau bahkan di kehidupan mendatang. Bagaimana tidak? Setiap keihlasan yang kita lakukan, tabungan pahala kita akan bertambah yang berarti bobotnya dalam timbangan amal baik dan dosa juga akan semakin bertambah. Dan sebenarnya setiap kita berbuat hal yang baik, maka sesuatu yang baik akan dating kepada kita, tetapi entah waktunya kapan.

Thursday, January 8, 2009

Kesenangan

Banyak hal di dunia ini yang dapat membuat kita menjadi senang. Tetapi setiap orang memiliki kesenangannya sendiri-sendiri. Antara satu dengan yang lain bisa berbeda bahkan bisa jadi bertolak belakang. Missal ada yang senang belajar, baginya belajar adalah suatu hiburang yang menyenangkan tetapi di lain pihak ada juga yang sangat tidak menyukai belajar, baginya belajar adalah siksaan yang sangat berat. Yah, namanya juga manusia. Bukan manusia namanya jika tidak bersifat dinamis.


Suatu saat sesuatu bisa sangat menyenangkan tetapi di lain waktu hal tersebut menjadi tidak menyenangkan lagi. Artinya kesenangan sangat tergantung pada waktu, atau kalo dalam dunia signal processing disebut dengan time invariant. Contoh, saya sangat suka membaca. Hamper tiap hari membaca, entah itu berupa buku, majalah, koran, atau cumin selebaran. Tetapi ada suatu saat di mana hobi saya membaca itu mengalami kejenuhan. Baru satu halaman saja sudah bosan. Tetapi kala lain sangat menyenangkan proses membaca, hingga satu buku 400-an halaman bisa selesai dalam satu hari.


Tidak hanya waktu, kesenangan juga sangat tergantung pada situasi dan kondisi. Missal saat sedang bersedih maka kemungkinan segalanya menjadi tidak menyenangkan. Tetapi jika sedang mendapat anugrah maka segalanya menjadi menyenangkan. Di sini juga berarti keberadaan seseorang untuk melakukannya. Missal bermain game computer tidak akan lebih menyenangkan daripada banyak orang yang ikut bermain. Sepakbola tidak akan menyenangkan jika dimainkan sendiri, dan lain sebagainya.


Hal yang kadang membuat saya bertanya adalah, di mana sebenarnya kesenangan itu berada? Hatikah atau pikirankah? Banyak orang menjawab di hati, karena sesuai dengan kalimat :”Hatiku sedang senang.” Jarang ada yang bilang :”Pikiranku sedang senang.” Karena memang senang itu adalah sebuah rasa dan rasa itu sumbernya di hati. Nha, pertanyaan selanjutnya adalah yang dimaksud dengan hati itu apa? Maksud saya apakah hati yang dimaksud itu adalah hati secara fisik yang ada di dalam rongga perut kita? Tapi bukankah ia hanyalah seonggok daging yang fungsinya menawarkan racun yang terkandung dalam makanan dan tak ada hubungannya dengan perasaan? Tapi namanya memang hati. Ya, sudahlah. Tidak usah dipikirkan mendalam daripada bikin pusing.


Kesenangan adalah anugrah yang diberikan Allah kepada kita agar termotivasi untuk memanjangkan umurnya serta berusaha meraih yang terbaik dalam hidupnya. Hanya saja, jangan sampai kita diperbudak oleh kesenangan. Karena bisa jadi kesenangan tersebut hanya bersifat sementara dan ada kesenangan yang bersifat abadi alias tak ada habisnya. Bolehlah kita merelakan kesenangan sesaat tersebut pergi tetapi hal itu demi mencapai kesenangan yang lebih besar dan abadi.

Wednesday, January 7, 2009

Tentang Cinta Lagi

Entah mengapa, beberapa hari ini saya sering berfikir tentang cinta. Mencoba untuk merumuskan seluk beluk tentangnya. Apa saya sedang jatuh cinta? Ah, tidak perlu dipertanyakan, kawan. Biarlah itu menjadi rahasia pribadi dan hanya Allah yang tahu. Yang penting, beberapa gagasan yang muncul dikarenakan kondisi itu bisa dicurahkan dalam bentuk tulisan-tulisan saya dan menjadi konsumsi public untuk diambil manfaatnya.Justify Full

OK. Satu hal yang pasti, cinta memiliki dua akibat terhadap psikologi orang yang yang mengalaminya. Dan keduanya hanya bisa muncul salah satu dalam satu waktu, tidak bisa berbarengan karena memang keduanya berkebalikan. Yang pertama, adalah akibat yang negative. Tidak sedikit orang yang bisa mengelola perasaan cinta sedemikian hingga bisa memberikan semangat hidup serta menunjang kesuksesan demi kesuksesan padanya. Saya katakana bahwa orang tersebut mampu memanfaatkan energy potensial yang ditimbulkan oleh perasaan cinta.


Menurut saya sendiri, sifat dasar cinta adalah sesuatu yang positif sehingga jika dikelola dengan alur yang benar maka akan membuat sesuatu yang positif juga. Ia adalah orang yang bisa memanfaatkan sifat positif cinta tidak hanya tertutup pada orang yang dicintainya tetapi meluas ke semua aspek kehidupannya. Karena ada juga orang yang ketika punya perasaan ini maka semua tertuju pada orang yang dicintai. Akhirnya menfaat yang diperoleh juga hanya sebatas ia dan orang yang dicintai. Beruntunglah orang yang mampu mengubah energy cinta menjadi energy-energi lain untuk menunjang kebahagiaan hidupnya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.


Sebaliknya ketika cinta tidak dikelola dengan baik, maka hal-hal negative saja yang akan muncul. Hal ini bisa terjadi jika perasaan cinta yang kemudian diarahkan pada sesuatu yang bersifat fisik. Missal cinta yang membuat pelakunya justru terganggu konsentrasinya, munculnya rasa cemburu yang berlebihan, bahkan mungkin rasa ingin memiliki seutuhnya. Seperti kata beberapa lirik lagu dan puisi bahwa cinta itu tidak harus memiliki.


Maka sebaiknya, ketika rasa itu dating maka sesungguhnya ia adalah sebuah energy yang harus kita kelola. Sesuai dengan hokum kekekalan energy bahwa ia tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan tetapi dapat diubah bentuknya. Kita bisa mengubah energy cinta menjadi berbagai macam energy yang membuat hidup kita lebih bermakna. Seperti mengubahnya menjadi energy semangat, energy pantang putus asa, energy kasih saying, dan masih banyak lagi. Semakin kita bisa mengelolanya maka semakin positif dampaknya.

YOSH!!!! Kita sama-sama belajar untuk mengelola sesutau yang disebut “CINTA”

Tuesday, January 6, 2009

Ketiduran

Pernahkah anda mengalami satu peristiwa yang disebut dengan ketiduran? Pasti pernah dong….. Ketiduran dapat diartikan sebagai tidur yang tidak disengaja atau dengan kata lain pada awalnya kita tidak merencanakan untuk tidur tetapi secara tidak sengaja kita terlelap dalam dunia mimpi tersebut. Kebanyakan hal ini dikarenakan kondisi badan yang sudah sangat lelah dan ingin segera minta untuk diistirahatkan.

Ada beberapa hal negative yang terjadi ketika seseorang ketiduran. Ada yang ketiduran tetapi pada tempat yang tidak seharusnya. Wah, yang ini bisa berakibat fatal. Contohnya saja adalah ketiduran ketika berada di ruang kuliah. Saya pernah punya pengalaman yang demikian, tetapi bukan saya yang ketiduran. Pada saat kuliah sedang berlangsung, salah satu teman saya ketiduran di kelas. Malangnya, dosen melihat sang mahasiswa dan langsung berkata,”Mas, kalo mau tidur di rumah saja. Silakan sekarang anda pulang!” Kontan, semua mahasiswa yang sedang menghadiri perkuliahan diam sementara sang mahasiswa ngeloyor keluar.

Kasus kedua adalah ketiduran pada posisi yang tidak tepat. Akibatnya pun bisa fatal. Masih sama dengan cerita di atas, mahasiswa tersebut ketiduran pada posisi yang sangat mudah dikenali bahwa ia sedang ketiduran sehingga dosen langsung tahu. Bagaimana tidak? Ia duduk di kursi, kepala menghadap ke atas dan mulut terbuka lebar. Sudah pasti ketahuanlah. Nha, pada posisi yang demikian juga bisa mengundang teman yang lain untuk mengerjainya. Missal dengan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Nha, kalo yang dimasukin sambal kan bisa kaget setengah mati. Belum lagi kalo kejadian itu ddokumentasikan. Biasa, mahasiswa kan sukanya usil-usilan kayak gitu.

Nha, kasus yang terakhir adalah ketiduran pada waktu yang tidak tepat. Hal demikian juga bisa sangat fatal akibatnya. Apalagi bagi kita-kita yang suka menunda-nunda pekerjaan. Tugas mata kuliah misalnya, tidak akan dikerjaan sebelum malam pengumpulan. Sayangnya tidak jarang pada malam harinya, karena kecapekan maka ketiduran sampe pagi. Akhirnya pagi hari gelagapan karena belum mengerjakan tugas. Wah, solusinya langsung mandi dan berangkat paling awal ke kampus, berharap begitu ada teman yang dating langsung pinjam tugas untuk disalin. Beruntung jika tugasnya hanya mengerjakan soal. Nha kalo tugasnya membuat paper atau simulasi yang harus mengunakan computer, kan tidak bisa disalin begitu saja.

Sebenarnya kita bisa mengurangi kebiasaan ketiduran tersebut. Seperti kata pepatah, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Kalo mau saya tambahkan, mencegah itu lebih murah daripada mengobati. Perencanaan yang baik serta focus dalam mengerjakan sesuatu akan sangat membantu dalam mengurangi kebiasaan ini. Jika kita memang sedang bekerja atau belajar maka fokuslah dalam mengerjakannya tetapi ketika kita sedang istirahat maka focus juga untuk mengistirahatkan, baik badan maupun mental. Dengan demikian masing-masing akan memberikan hasil yang optimal dan keduany tidak tercampur satu sama lain. Untuk kasus yang terakhir, jangan menunda-nunda pekerjaan. Begitu tugas diberikan, langsung kerjakan dengan kesungguhan hati…!!!
Yosh!!!!!!

Sunday, January 4, 2009

Keluarga

Masih ingat sebuah sinetron zaman dahulu yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televise swasta di Indonesia berjudul “Keluarga Cemara”. Pada saat pembukaan di tayangkan sebuah adegan dengan sound track yang kalo ga salah bunyinya begini :

Harta yang paling berharga adalah keluarga…..
Istana yang paling indah adalah keluarga….

Begitu pentingnya keluarga hingga melebihi apapun yang ada di dunia ini. Keluarga, adalah lingkungan pertama yang kita singgahi sebelum ke lingkungan masyarakat yang lebih luas. Di sanalah kita belajar tentang bagaimana membedakan sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Di sana juga pertama kali kita mendapatkan curahan kasih saying dari orang tua kita ataupun kakak-kakak kita. Di sana juga kita belajar bagaimana memberikan kasih saying kepada orang yang kita sayangi.

Di dalam keluarga terdapat manusia-manusia yang paling saying kepada kita. Siapa lagi yang lebih besar kasih sayangnya daripada orang tua kita? Cinta mereka suci, murni, tidak mengharap apapun selain anaknya meraih kesuksesan. Apapun yang mereka lakukan adalah atas dasar kasing saying mereka yang ditujukan untuk kebaikan anaknya(meskipun kadang dilakukan dengan cara yang kurang benar). Dari mereka kita mendapatkan contoh bagaimana menjadi manusia sejati.

Kakak atau adik adalah teman kita paling baik. Memang, kadang terjadi pertengkaran yang membuat kita jengkel. Tetapi jika kita berfikir lagi, pertengkaran tersebut paling hanya terjadi satu hari saja, hari berikutnya sudah baikan lagi. Hal itu karena tertanamnya kasih saying yang besar dalam diri masing-masing. Adanya sebuah ikatan yang tidak dapat diputus oleh apapun kecuali kematian. Sering kita mendengar kata “mantan istri”, “mantan pejabat”, ”mantan polisi” dan lain sebagainya tetapi tidak akan pernah kita dengan “mantan kakak”, “mantan ibu”, “mantan anak”, “mantan adik”, “ ataupun “ mantan ayah.”

Keluarga, yang selalu mengerti di kala kita sedang sedih ataupun senang. Mereka, yang selalu dapat diandalkan pada situasi apapun. Jika kita kumpulkan seluruh harta yang ada di dunia ini untuk membalas kebaikan yang mereka berikan maka pastinya tidak akan cukup. Karena kebaikan tidak dapat diukur dengan harta duniawi. Ia hanya dapat dirasakan dan diresapi lalu kita mencontohnya sehingga semakin bertaburlah kebaikan di dunia ini.

Kadang kita terlalu pendek berfikir untuk menghakimi keluarga ketika mereka berbuat kesalahan. Keluarga juga manusia, tempatnya khilaf dan lupa. Kedekatan kita kepada mereka seharusnya membuat kita berfikir lebih panjang untuk menyalahkan mereka. Barangkali hal itu hanyalah salah paham yang bisa diselesaikan dengan keterbukaan dari masing-masing. Pola berfikir yang berbeda seharusnya membuat kita lebih dewasa dalam menghadapi segala macam permasalahan. Dahulu, sewaktu kecil sangat mengerti dan memaklumi apapun kesalahan yang kita lakukan maka ketika kita sudah dewasa dan mengerti tentang kesabaran maka sudah sepantasnya gentian kita yang mengerti dan memaklumi mereka.