Keberuntungan
Banyak orang yang bilang bahwa kepintaran adalah hal mutlak jika ingin mendapatkan kemudahan dalam menjalani kehidupan ini. Tak ada yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena memang orang yang memiliki kepandaian lebih daripada yang lain cenderung memiliki konsep mengenai bagimana mengelola dan memanage kehidupan. Dan tentu saja sesuatu yang sudah dikonsep dengan baik akan memberikan hasil yang lebih baik daripada sesuatu yang kurang apalagi tidak dikonsep sama sekali.
Tetapi ternyata ada hal lain yang membuat seseorang mendapat kemudahan dalam setiap aktifitas kehidupannya, keberuntungan. Sesuatu yang oleh para pakar perencanaan diabaikan dalam konsep perencanannya karena tidak bias dipastikan kemunculannya. Lalu, apa sih sebenarnya keberuntungan itu? Masing-masing orang memiliki definisinya sendiri mengenai kata ini. Tetapi bagi saya, keberuntungan adalah suatu keadaan yang berjalan di luar perencanaan. Suatu keadaan yang bias dating dari lingkungan ekternal maupun internal sesorang yang sangat mendukung keberhsilan suatu aktifitas ataupun kegiatan.
Misalnya saja seseorang yang sedang mengikuti ujian naik tingkat. Persiapan yang matang dengan cara belajar giat adalah cara terbaik untuk meramalkan apakah seseorang tersebut akan lulus atau tidak. Sayangnya kadang bahkan dengan belajar giat pun tidak cukup memenuhi syarat agar ramalan tersebut benar 100%. Bias jadi bahan yang diujikan ternyata berbeda dengan apa yang dipelajari. Berhubung pertanyaannya adalah multiple choice maka dengan mengandalkan insting, orang tersebut menjawab setiap pertanyaan. Hasil yang sangat mwngagetkan keluar, lulus. Bagaimana bias?
Saya menyebutnya keberuntungan. Realita yang berbeda dengan apa yang dipersiapkan membuat kita tidak bias berbuat apa-apa selain berusaha sekuat tenaga dan berharap keberuntungan mendatangi kita. Ada orang yang bilang bahwa orang yang pintar masih kalah dengan orang yang beruntung. Memang ada benarnya tetapi keberuntungan tidak akan dating terus menerus. Ia merupakan barang langka yang dating dengan sendirinya tanpa ada pola. Bagaimana kita bias mengandalkan hal seperti itu untuk menjalani kehidupan ini?
Biarlah keberuntungan itu menjadi surprise bagi kita. Persiapan yang matang adalah hal utama, sesudah itu bolehlah kita mengandalkan keberuntungan. Setidaknya ia menjadi rencana cadangan seandianya memang sudah tidak ada yang bias kita perbuat. Saya lebih suka berusaha sekuat tenaga daripada mengharapkan sesuatu yang datangnya tidak pasti. Menanti datangnya keberuntungan seperti kata pepatah,” menanti durian runtuh ataupun menunggu ayam bertelur.”
Tetapi ternyata ada hal lain yang membuat seseorang mendapat kemudahan dalam setiap aktifitas kehidupannya, keberuntungan. Sesuatu yang oleh para pakar perencanaan diabaikan dalam konsep perencanannya karena tidak bias dipastikan kemunculannya. Lalu, apa sih sebenarnya keberuntungan itu? Masing-masing orang memiliki definisinya sendiri mengenai kata ini. Tetapi bagi saya, keberuntungan adalah suatu keadaan yang berjalan di luar perencanaan. Suatu keadaan yang bias dating dari lingkungan ekternal maupun internal sesorang yang sangat mendukung keberhsilan suatu aktifitas ataupun kegiatan.
Misalnya saja seseorang yang sedang mengikuti ujian naik tingkat. Persiapan yang matang dengan cara belajar giat adalah cara terbaik untuk meramalkan apakah seseorang tersebut akan lulus atau tidak. Sayangnya kadang bahkan dengan belajar giat pun tidak cukup memenuhi syarat agar ramalan tersebut benar 100%. Bias jadi bahan yang diujikan ternyata berbeda dengan apa yang dipelajari. Berhubung pertanyaannya adalah multiple choice maka dengan mengandalkan insting, orang tersebut menjawab setiap pertanyaan. Hasil yang sangat mwngagetkan keluar, lulus. Bagaimana bias?
Saya menyebutnya keberuntungan. Realita yang berbeda dengan apa yang dipersiapkan membuat kita tidak bias berbuat apa-apa selain berusaha sekuat tenaga dan berharap keberuntungan mendatangi kita. Ada orang yang bilang bahwa orang yang pintar masih kalah dengan orang yang beruntung. Memang ada benarnya tetapi keberuntungan tidak akan dating terus menerus. Ia merupakan barang langka yang dating dengan sendirinya tanpa ada pola. Bagaimana kita bias mengandalkan hal seperti itu untuk menjalani kehidupan ini?
Biarlah keberuntungan itu menjadi surprise bagi kita. Persiapan yang matang adalah hal utama, sesudah itu bolehlah kita mengandalkan keberuntungan. Setidaknya ia menjadi rencana cadangan seandianya memang sudah tidak ada yang bias kita perbuat. Saya lebih suka berusaha sekuat tenaga daripada mengharapkan sesuatu yang datangnya tidak pasti. Menanti datangnya keberuntungan seperti kata pepatah,” menanti durian runtuh ataupun menunggu ayam bertelur.”
No comments:
Post a Comment