/* salju turun */ adnan: 2007

Wednesday, December 12, 2007

Ciri Orang Pintar

Tak ada yang pengin jadi orang yang bodoh, pasti semua orang ingin menjadi pintar. Lebih pintar dari siapapun yang ada di sekitarnya. tetapi kenyataannya ada juga orang yang tidak pintar tetapi seolah-olah pintar saja. Dengan kata lain, sebenarnya ia biasa-biasa saja bahkan mungkin tidak lebih pintar dari diri kita sendiri.

Pasti senang jika kita berada di dekat orang yang pintar. Setidaknya, jika kita mengalami kesulitan akan suatu hal (pelajaran di sekolah atau kuliah misalnya) kita dapat bertanya padanya. Masalah yang tadinya sulit terpecahkan menjadi mudah dan menyenangkan. Cuman permasalahannya adalah tidak semua orang pintar mau menjawab setiap pertanyaan yang kita ajukan. Jika demikian, mungkin ada sedikit rasa jengkel.

Berdasarkan pengamatanku sejak kecil sampai sekarang, aku punya beberapa kesimpulan. Kebanyakan orang yang pintar akan dengan senang hati membagi ilmunya pada kita. Dengan penuh semangat dan kesabaran ia akan berusaha agar kita dapat memahami jawaban yang ia berikan. Dan kita pun akan senang mendengar setiap penjelasan yang ia berikan. Atau jika ia tidak tahu maka ia akan dengan jujur bilang tidak tahu dan tetap menyarankan kepada siapa kita harus bertanya untuk mengetahui jawabannya. Artinya, orang yang senang membagi ilmunya untuk orang lain maka ia adalah orang yang pintar dalam arti yang sebenarnya. Kalaupun kepintarannya tidak tampak, hanya menunggu waktu saja sampai moment itu tiba.

Kebalikannya adalah kadang kita juga menjumpai orang yang ketika ditanya malah dengan pelitnya menjawab pertanyaan kita. Boro-boro mau ngasih jawaban, ia malah menghina kita dengan cemoohan yang menyakitkan. Walau kadang orang seperti itu kelihatan pintar tetapi menurutku ia tidak pintar dalam arti yang sebenarnya. Ia menghina atau tidak memberi jawaban karena berusaha menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Kalaupun ia punya prestasi, mungkin hanya kebetulan saja.

Itu hanya pengamatanku saja dan belum dilakukan penelitian yang valid. Jadi, tidak bisa digeneralisasikan begitu saja. Bisa jadi ada kasus-kasus tertentu yang bertolak belakang dengan kesimpulan di atas.

Nha, kita termasuk orang yang mana? Tidak perlu memikirkan dalam-dalam. Yang jelas, seperti kata pepatah "Ilmu itu semakin dibagi kepada orang lain maka bukannya berkurang melainkan bertambah." Jadi, kesimpulanku yang terakhir adalah semakin kita mau berbagi ilmu dengan orang lain (siapa saja) maka kita akan semakin pintar.

Tiada akhir dalam menuntut ilmu

Monday, November 26, 2007

Peluang/Kesempatan

Kita pasti selalu merindukan akan datangnya peluang alias kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup atau setidaknya meningkatkan meskipun hanya sedikit. Tapi begitu banyak orang mengalami hal yang tidak menyenangkan. Kesempatan tidak kunjung datang juga. Ia bersabar menanti tetapi seolah kesempatan itu justru menjauh. Ada apa gerangan ?

Tetapi sebaliknya ada orang yang tidak mengharapkan apapun tetapi justru banyak sekali kesempatan alias peluang yang datang padanya. Entah tawaran kerja ini kek, kerja itu kek, proyek ini kek, proyek itu kek dan lain sebagainya. Ada apa gerangan ?


Aku pernah melihat sebuah film yang berjudul "Under Siege 2", mungkin para pembaca juga pernah melihatnya. Ada satu kalimat yang menurutku cukup menarik meskipun yang mengucapkannya justru penjahatnya. Demikian kurang lebihnya "Kesempatan atau peluang itu selalu memihak pada orang yang mempunyai kesiapan." Yah, aku setuju dengan kata-kata itu. Selama ini kita selalu berfikir bahwa kesempatan itu bertindak secara pasif, tetapi kenyataanya ia bertindak secara aktif untuk mencari siapa saja yang paling siap untuk menerima kesempatan itu.

Kalo sipikir-pikir ada benarnya juga. Kadang suatu peluang yang kita ambil tidak didasari pada kesiapan, baik mental maupun fisik, justru akan mendatangkan kerugian. Seperti ketika kita menerima suatu jabatan sementara kita tidak punya pengetahuan tentang jabatan itu. Hanya kemalangan saja yang akan didapatkan sepanjang perjalanan menjabat.

Atau kalo dianalogikan begini. Tidak mungkin seseorang akan mendapatkan peluang untuk menjadi dokter jika ia tidak masuk/ belajar di fakultas kedokteran. Kesimpulanku adalah bahwa jika kita mempersiapkan diri secara matang akan suatu hal maka peluang atau kesempatan iu akan datang dengan sendirinya. Maka persiapkan diri kita sebaik-baiknya. Apapun itu.....


Friday, November 23, 2007

Ada apa denganku?


Pernah suatu ketika aku merasa hidup ini berjalan dengan sangat tidak menyenangkan. Sangat membosankan dan membuat segalanya menjadi tidk menyenangkan pula. Dan yang lebih menyebalkan lagi adalah aku tak tahu mengapa, aku tak tahu alasannya, selanjutnya aku tak tahu harus berbuat apa.

Suatu keadaan yang sebagian besar orang ternyata akan mengalami pada saat beranjak dewasa. Masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Masa transisi memang selalu tidak menyenangkan. Bahkan orang kalo mau sakit flu, justru yang paling tidak mengenakkan adalah saat masa inkubasi(Menurutku sih......).

Perlu ada penyikapan yang bijaksana mengenai kondisi ini. Karena bisa jadi masa ini adalah sebuah pintu gerbang. Pintu gerbang yangdi sebelah sana ada dua jalan dan jelas jalan yang dimaksud adalah jalan yang benar dan jalan yang kurang benar.

Beruntung jika ia memiliki orang-orang di sekitarnya yang mau membantu, memberi nasehat yang baik, serta selalu mensuport demi kemajuan dirinya. Bagaimana yang tidak?

Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak salah memilih jalan. Jalan yang akan membawa kita menuju tempat yang berisi kesenangan abadi.

Friday, November 9, 2007

Tentang Permainan

Pernahkah kita melakukan suatu permainan? Pertanyaan bodoh ya? Ya sudahlah. Bukanlah masa kanak-kanak adalah masanya bermain. Memainkan suatu permainan, entah itu permainan secara berkelompok mamupun individu. Saya masih ingat waktu kecil sering bermain gobag sodor, jek-jekan(entah bahasa indonesianya apa.....???), main kelereng, kasti, sepak bola, tembak-tembakan, dan masih banyak lagi.

Saat awal kita main kebanyakan pasti akan mengalami kesulitan dalam mengikuti permainannya karena kita belum tahu bagaimana aturan mainnya. Bahkan kadang waktu itu tidak peduli sebenarnya apa maksud permainan itu, yang penting adalah senang, senang, dan senang.

Nah, sadar atau tidak, meski saat ini kita sudah merasa dewasa kadang tetap harus menjalani suatu permainan. Tetapi permainan yang ini tentu berbeda dengan permainan yang dulu ketika masih kecil. Sekarang permainan yang akan dimainkan adalah permainan yang ada resikonya, ada taruhannya, dan ada pengorbanannya. Yaitu permainan hidup.

Ya, banyak orang mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan permainan. Bahkan hidup itu merupakan suatu permainan di mana aturan-aturan permainannya dibuat oleh Sang Pencipta hidup itu sendiri. Maka dari itu kita harus bisa memastikan diri untuk selalu up to date dalam hal permainan macam apa yang sedang kita mainkan.

Berita baiknya adalah kita dapat memilih permainan mana yang akan kita mainkan. Kita berhak menentukan apakah kita akan ikut atau tidak. Tentu keduanya ada resikonya. Orang yang sukses dalam hidupnya adalah orang yang mampu menentukan pilihan dan tahu kapan ia akan bermain dan kapan ia akan menunggu. Seperti kata pepatah "Janganlah kamu maju bertarung kecuali kamu yakin bisa memenangkannya."

Apa maksudnya? Yup, kita harus sadar betul permainan apa yang sedang kita mainkan. Dan kita harus yakin bahwa kita punya kemampuan untuk menyelesaikan permainan itu. Seperti ketika seseorang terpilih menjadi ketua suatu organisasi. Jika ia yakin mampu maka ambil tetapi jika tidak maka sebaiknya mundur daripada akan menanggung kerugian.

Atau ketika menaruh hati pada seseorang. Apakah kita akan mengatakannya atau menahan. Jika kita memang siap dan yakin akan permainan hati maka kenapat tidak? Tetapi jika kita masih belum tahu perihal permainan ini maka menahan merupakan pilihan terbaik.

Dan masih banyak lagi permainan-permainan yang kalo kita bijaksana mengambil keputusan akan menambah kenikmatan hidup tetapi jika terlalu ceroboh dan grusa-grusu maka kemalangan bukan hal yang tidak mungkin. Selamat menjalani hidup. Semoga kita mendapatka hidup yang berarti.

Sunday, November 4, 2007

Sedih, Gembira, dan Marah

Salah satu keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya adalah manusia memiliki emosi. Apa sih definisi emosi? Aku juga ga tahu sih tapi yang jelas dengan emosi kita dapat mengekpresikan apa yang sedang kita rasakan dalam hati kita.


Ada banyak macam emosi tapi tiga kategori, yaitu sedih, gembira, dan marah dapat mewakili semuanya, setidaknya itu menurutku.

Kita sedih ketika mendapat suatu musibah atau kekecewaan. Banyak yang bisa menyebabkannya. Contoh : cinta bertepuk sebelah tangan, kecopetan, dimarahi guru, proposal ditolak, ujian ga bisa, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat membuat hati kita menjadi sedih.

Gembira adalah lawan dari sedih. Kita merasa gembira ketika kita mendapat hadiah, anugrah, atau apa saja yang sesuai dengan alur hati. Contoh : cinta diterima, proposal diterima, dibeliin hadiah sama temen, disayangi orang tua, juara lomba, ujian dapet nilai bagus, dan masih banyak lagi yang bisa membuat kita bahagia.

Marah memiliki karakter yang akgak rumit. Ia akan muncul jika sesuatu tidak sesuai dengan keinginan kita. Contoh : dikhianati, dibohongi, dicurangi, dikerjai, dimarahi orang lain, dan masih banyak lagi.

Tetapi kalo kita memikirkan lebih mendalam ternyata ketia macam emosi itu mempunyai persamaan. Coba kita bayangin saja ketika kita sedih maka sangat mungkin kita akan menangis, saat kita bahagia juga sangat mungkin kita akan menangis, begitupun juga ketika kita marah. Semuanya dapat diekpresikan dalam satu bentuk tindakan yaitu menangis.

Sesuatu yang sangat berbeda tetapi memiliki bentuk ekpresi yang sama. Menandakan bahwa sebenarnya ketiga macam emosi itu tidaklah berbeda. Yang membuat berbeda adalah pikiran kita. Pikiran yang membuat sudut pandang dalam menilai sesuatu yang menimpa kita.

Aku hanya ingin bilang bahwa sesuatu yang menyedihkan bisa jadi sebenarnya adalah sesuatu yang membahagiakan jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bukankah segala macam yang ada di dalam tubuh kita dikendalikan oleh otak kita? Kita punya kontrol penuh pada setiap apa yang ada di dalam diri kita.

Cuman kadangkala kita merelakan emosi meluapi setiap sel otak sehingga tidak jarang kita melihat orang yang tidak menyadari apa yang dilakukannya. Sedih, bahagia, dan marah secara berlebihan kadang berefek buruk pada psikologi seseorang.

Monday, October 22, 2007

Idul Fitri


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1428 H. Hari yang sangat istimewa tetapi hanya untuk umat musilm saja tentunya. Hari di mana berjuta-juta manusia melapangkan dadanya untuk meminta maaf sekaligus memberi maaf kepada setiap orang yang bahkan untuk orang yang belum dikenalnya. Bukan hal yang sulit memang, jika minta maaf itu dilakukan secara bersama-sama. Bayangin aja kalo hanya sendiri, ogah-ogahan lah. Tapi bukan itu yang ingin saya diskusikan di sini.

Kita tentu pernah menerima atau mendengar suatu perkataan "Di hari yang fitri ini mari kita mulai dari awal persahabatan kita." Waduh, saya pikir berat sekali atau waktu yang selama ini sudah berlalu menjadi sia-sia. Bagaimana tidak? Mulai dari awal gitu loh...... Sebenarnya hal yang sederhana saja sih tapi perlu kita luruskan pemahamannya.

Kita perlu memahami bahwa mulai dari awal berarti segalanya menjadi baru(sehingga kadang kita juga mendengar perkataan "0 - 0" atau "kosong-kosong"). Tentu harus kita pahami bahwa hal itu adalah sebuah idealitas atau sebut saja kesempunaan, di mana kita benar-benar tulus meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah hati kita sudah benar-benar ikhlas meminta maaf dan khususnya memberi maaf. Terus terang saya sebagai manusia biasa kadang masih sulit untuk benar-benar 100% meminta maaf/memaafkan.

Tentu saling meminta/memberi maaf harus kita pahami sebagai sebuah proses panjang untuk berbenah diri. Sebuah niat untuk benar-benar menyesal akan apa yang pernah dilakukan dan niat tulus untuk tidak mengulanginya. Sehingga, sebenarnya proses ini tidak hanya berlangsung satu hari kemudian semuanya menjadi baru dan kembali seperti semula (fitrah). Paling tidak selama satu tahun mendatang merupakan masa-masa ujian apakah niat kita di awal dapat kita pertahankan atau tidak.

Ada yang kemudian berceletuk "Ah, nggak apa-apa sekarang berbuat salah. Nanti pas Lebaan kan kita pasti dimaafkan." Sebuah perkataan yang terkesan menyepelekan perilaku buruk kita terhadap orang lain. Seperti sebuah paku yang sudah kita tancapkan ke sebuah kayu maka memang kita dapat mencabutnya kembali tetapi tetap saja ada bekas lubang di kayu itu.

Maka kemudian saya mengambil kesimpulan bahwa hari yang suci ini "Idul Fitri" adalah moment yang paling tepat untuk melebur semua kesalahan kita tetapi akan lebih baik lagi ketika dalam satu tahun mendatang kita dapat mempertahankan niat untuk meminta maaf tersebut. Jangan sepeti tobat sambel yang terus saja diulang karena beranggapan akan ada Idul Fitri untuk meleburnya.

Tuesday, August 28, 2007

Ragu

Banyak hal di dunia ini yang bisa membuat hidup seseorang menjadi sangat tidak menyenangkan. Salah satunya adalah keraguan. Pernahkah anda merasa ragu akan sesuatu hal? Kalo saya pernah, dan saat ini saya telah menuai akibatnya. Sangat tidak menyenangkan dan akibatnya pun sangat memilukan hati.

Dari mana sih sebenarnya asal keraguan itu? Aku sendiri agak bingung menjawab pertanyaan itu. Yang jelas, keraguan itu muncul ketika di depan kitra ada dua atau lebih pilihan yang harus dipilih atau ada satu keadaan yang memaksa kita untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Tetapi berdasarkan pengalamanku tadi, keraguan akan muncul ketika kita tidak memahami secara luas keadaan yang sedang terjadi. Artinya, jika kita dapat mempelajari situasi dan dapat menganalisa dengan sudut pandang yang benar maka saya yakin keraguan itu tidak akan pernah muncul.

Contoh yang sangat jelas adalah gerak reflek. Apa itu? Gerak yang tidak dikontrol oleh otak tetapi oleh tulang belakang. Ia tidak memerlukan pemikiran apalagi pertimbangan karena sudah sangat jelas. Jika saya sebutkan permasalahannya, ketika kita menginjak bara api yang panas maka ada dua pilihan, yaitu melompat untuk melepaskan bara itu atau diam saja. Semua orang pasti setuju bahwa pilihannya adalah melompat(kecuali bagi orang yang tidak merasakan bara api tersebut).

Tidak akan ada yang memilih untuk diam saja ketika merasakan panasnya api. Karena kita sudah menguasai situasinya, yaitu jika kita tidak melompat maka kaki kita akan menjadi korban, bisa jadi malah kehilangan kaki tersebut.

Maka dari itu, pergunakan waktu kita yang masih tersisa ini untuk terus menambah wawasan sehingga jika ada suatu permasalahan yang menghadang, kita dapat segera menganalisanya dengan baik sehingga keraguan itu tidak akan muncul. Sebaliknya yang muncul adalah kemantapan dan ketegasan. Dan sungguh ketegasan itu jauh lebih menyenangkan daripada keraguan.

Tuesday, August 21, 2007

Berubah

Tak ada yang tetap di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Aku pernah mendengar kata-kata semacam itu. Benarkah? Aku percaya bahwa memang kita selalu berubah setiap waktu meskipun perubahan itu sangatlah kecil. Dan aku juga percaya bahwa jika kta ingin bertahan di dunia ini maka kita harus selalu berubah, dan tentunya perubahan ke arah maju.

Manusia yang paling banyak berubah, dialah yang paling berkembang di antara manusia yang lainnya. Cuman ada beberapa type orang yang justru tidak suka dengan yang namanya perubahan. Karena pada dasarnya perubahan itu membawa resiko dan tuntutan pengorbanan yang untuk sebagian orang sangat menakutkan.

Contoh, jika kita ingin menjadi orang yang pintar. Saya pikir tidak ada jalan lain selain belajar. Bukankah belajar itu suatu hal yang sangat tidak menyenangkan? (Untuk sebagian orang belajar justru merupakan hiburan). Atau kita harus mengeluarkan uang yang banyak untuk sekolah di tempat yang bonafit. Dan ternyata menjadi pintar bukanlah impian semua orang di dunia ini. Karena dengan menjadi orang pintar, ada kewajiban-kewajiban yang harus dituntaskan di mana kewajiban itu tidak dimiliki oleh orang yang kurang pintar. masih ingat kan: "With great power comes great responsibility".

Aku sendiri merasa bahwa kalau kita tidak merencanakan perubahan apa yang akan kita lakukan maka keadaanlah yang akan memaksa kita untuk berubah. Dan hal itu adalah suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Sebagai mahasiswa, sudah kepastian ada ujian tiap akhir semester. Jika kita tidak mencoba merencanakan untuk belajar maka kondisi di mana ujian tinggal besok pagi akan memaksa kita untuk segera belajar dan pasti sangat menyiksa. Seperti itulah mungkin contohnya....

Maka dari itu, mari kita rencanakan perubahan diri kita untuk menjadi lebih baik. Minimal kita bisa memvisualisasikan seperti apakah diri kita satu tahun mendatang, atau lima tahun mendatang, atau sepuluh tahun mendatang. Atau hanya sekedar besok pagi. "Peluang selalu memihak pada pikiran yang siap", seperti dalam film Under Siege 2.

Monday, August 20, 2007

Tahu

Manusia ditakdirkan memiliki rasa ingin tahu. Hal itulah yang kemudian menjadikannya dapat berkembang menjadi sesosok maklhuk yang selalu lebih baik daripada sebelumnya. Dengan bermodalkan kumpulan syaraf yang membentuk satu organ, yaitu otak, ia dapat mengembangkan satu permasalahan dari yang sederhana menjadi hal yang sangat kompleks.

Rasa ingin tahu juga yang membuat manusia dapat bertahan dari kepunahan. Bagaimana tidak, dengan rasa ingin tahu tersebut ia dapat menciptakan alat-alat teknologi baru yang membuatnya lebih nyaman dan menyenangkan dalam menjalani hidup. Jadi, manusia yang paling bisa berkembang adalah manusia yang mempunyai rasa ingin tahu yang paling tinggi.

Tetapi dibalik sisi positif tersebut tentu ada sisi negatifnya. Ada kalanya rasa ingin tahu justru membuat kita terperosok ke dalam permasalahan yang akan membuat hidup kita sengsara. Bahkan bisa membuat kita celaka alias meninggalkan dunia ini lebih cepat dari yang kita perkirakan sebelumnya.

Contoh saja. Aku agak suka sama film anime yang berjudul Conan, dan kebanyakan anak Indonesia menyukainya. Nha, dari awal ceritanya, Sinichi Kudo tahu transaksi yang dilakukan oleh sekelompok penjahat sehingga membuat dia menjadi kecil. Atau misal kita tahu bahwa diri kita terserang penyakit yang akan mencabut nyawa kita sebentar lagi. Atau misal kita tahu kapan kita akan mati. Saya yakin hidup kita malah akan menjadi tidak tenang karena memmikirkannya.

Tahu, ternyata juga membawa sebuah konsekuensi. Seperti kata pamannya Peter Parker dalam fil Spiderman :"With great power comes great responsibility". Kekuatan yang dimaksud tentu termasuk pengetahuan. Misal kita tahu bahwa jika adik kita bermain pisau maka kemungkinann besar akan terluka, maka kita punya kewajiban untuk mengingatkannya. Atau misal dalam satu perahu ada seseorang yang berusaha melubangi perahu dan kita mengetahuinya, maka kita punya kewajiban untuk mengingatkannya karena kalau tidak, kita sendiri juga akan ikut tenggelam.

Yah, setidaknya kita dapat memahami apa arti dari "mengetahui", "rasa ingin tahu", dan "pengetahuan". Setiap segala sesuatu di dunia ini pasti ada konsekuensi dan resiokonya.

Thursday, August 16, 2007

Prematur

Pernah dengar kata itu? Pasti pernah dong. Misal ada kalimat "bayi prematur", nha, apa artinya itu. Yup, bayi yang lahir sebelum waktu standardnya yaitu 9 bulan 10 hari. Apa jadinya? Banyak hal yang bisa terjadi akibat keprematurannya, bisa positif tapi bisa juga negatif.

Ternyata, tidak hanya bayi saja yang prematur. Pada dasarnya semua hal di dunia ini bisa menjadi prematur. Dulu aku pernah menulis tentang "timing", ya, segala sesuatu di dunia ini butuh timing yang tepat agar sesuai dengan yang kita harapkan.

OK. Aku akan mempersempitnya menjadi satu masalah saja, yaitu tindakan yang prematur. Apa maksudnya? Banyak orang yang melalukan sesuatu dengan terburu-buru, tidak mempertimbangkan tindakannya berdasarkan kemampuan dan akibat yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, ketika seorang bayi dipaksa berjalan padahal tulang dan ototnya masih lemah bisa menimbulkan cacat permanen padanya.

Atau seperti sebuah cerita mengenai kupu-kupu yang baru saja keluar dari kepompongnya dan dipaksa untuk segera mengembangkan sayapnya. Bisa jadi, ia tidak akan bisa terbang selamanya. Akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan yang prematur akan lebih besar resikonya.

Tindakan yang kita lakukan akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita nantinya. Manusia yang sudah dewasa akan tahu kapan ia harus bertindak. Karena memang itulah yang membedakannya dengan anak-anak. Maka dari itu, mari kita bertindak dengan akal sehat, penuh tanggung jawab, dan berdasarkan pada logika yang benar. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari meskipun sebenarnya penyesalan itu pasti suatu saat akan kita alami.

Monday, August 13, 2007

Bisakah Aku?

Suatu saat kita mendapatkan tugas, entah tugas kuliah, tugas kerja, atau tugas-tugas lain, yang benar-benar baru alias belum pernah kita lakukan. Pasti yang terpikirkan dalam benak kita adalah sebuah pertanyaan :"Bisakah aku melakukannya?"

Pertanyaan yang sangat sering aku tayakan pada diriku sendiri. Berulangkali pertanyaan semacam itu membuat diri ini terjerumus ke dalam bayangan buruk dan akhirnya membuat takut. Tantangan, itulah yang kadang aku jadikan alasan untuk terus maju, mengahadapi tugas yang sulit sekalipun.

Memang benar bahwa, kemampuan manusia itu terbatas tetapi kita tidak pernah tahu seberapa batas kekuatan kita. Artinya, jika ada suatu tantangan yang sama sekali baru maka kita harus bisa menjawab pertanyaan tadi dengan keyakinan dan dengan semangat yang kita miliki maka pasti kita bisa melakukannya.

Otak, kadang bisa membuat kita lebih kuat tetapi bisa juga membuat kita menjadi lemah. Suatu tantangan yang menghadang di depan kita akan memiliki peluang yang lebih besar untuk diselesaikan jika sejak awal, otak kita selalu menatakan "Aku bisa melakukannya!!!"

Seperti kata pepatah :"Nothing impossible if we always think possible". Ya, aku percaya akan hal itu. Jika kita ingin keberhasilan maka terlebih dahulu kita harus dapat menyetting apa saja yang ada dalam diri kita untuk mendukung dan mengatakan bahwa "Aku pasti bisa."


Bisakah Aku? Akan menjadi sebuah pertanyaan yang sangat menyenangkan untuk dijawab jika kita memiliki keyakinan yang didukung dengan wawasan dan ketrampilan yang kita miliki. Takut pada hal yang baru bukanlah alasan untuk menolak keberhasilan yang lebih daripada apa yang sudah kita capai sekarang.

Friday, August 10, 2007

Maaf

"Maaf, saya telah melukaimu!" Kata-kata itu pernah aku ucapkan pada seseorang. Waktu itu, secara tidak sengaja aku menjatuhakan pisau dari meja dan mengenai kakinya. Ia adalah temanku, teman bermain waktu aku masih kecil. Umurku masih 8 tahun kira-kira waktu itu.

Sekarang keadaan telah berubah. Aku merasakannya. Betapa susahnya sekarang minta maaf ketika berbuat salah atau minimal membuat orang lain tidak senang. Mungkin karena ego yang semakin besar serta harga diri yang bertambah membuat kita agak sungkan minta maaf. Apalagi kalau kita berbuat salah pada orang yang sejak awal sudah kita benci. Jangankan minta maaf, justru kita akan bilang "Syukurin!!!"

Kadang kita lebih mementingkan harga diri daripada kebenaran. Ya, seperti fenomena minta maaf tadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika kita berbuat salah pada seseorang, siapapun itu, kita punya kewajiban untuk minta maaf padanya. Terserah dia mau memebri maaf atau tidak.

Aku yakin bahwa orang yang beragama akan menyetujuinya. Yaaa....bukan hal yang mudah sih untuk sekedar "minta maaf" memang aku sendiri juga menyadari bahwa ketika kata "maaf" keluar dari mulut kita maka harga diri kita akan turun beberapa derajat, apalagi jika kemudian orang yang kita mintai maaf mengejek dan menghina kita.

Tapi aku selalu membayangkan betapa indahnya dunia ini ketika setiap orang mau minta maaf seandainya dia punya salah. Kita harus sadar bahwa tak seorang pun yang bisa lepas dari yang namanya berbuat salah. Maka dari itu, mari kita budayakan minta maaf. Tetapi kita juga harus menempatkan kadar kuantitas minta maaf sesuai dengan kebutuhan supaya kita tetap dianggap sebagai manusia yang normal, yang tetap punya harga diri.

Wednesday, August 8, 2007

Bicara

Bersyukurlah bagi kita yang diberi anugrah oleh Tuhan Yang Maha Esa, yaitu kemampuan bicara. Karena banyak orang yang tidak diberi anugrah itu alias bisu. Bukan hal yang sulit saya kira jika hanya mengucapkan syukur kepada-Nya.

BTW, tak semua orang bisa bicara dengan benar. Maksudku sesuai dengan maksud dan tujuan mengapa ia ingin bicara. Betapa banyak orang yang celaka karena salah berbicara, bisa salah isinya dan bisa juga salah memilih waktu untuk bicara

Ngomong-ngomong soal waktu, setiap diri kita pasti menyadari bahwa jika kita ingin bahan pembicaraan kita diterima oleh orang lain maka perlu timing yang tepat. Karena memang aku yakin, segala hal di dunia ini, agar berjalan dengan baik dibutuhkan timing yang tepat.

Contoh saja, jika kita ingin bilang "I LOVE U" sama seseorang. Jika waktunya tidak tepat (misal si dia sedang dalam masalah, habis berantem atau hasil ujian jelek misalnya) bisa dipastikan maksud yang ingin kita sampaikan tak direspon dengan baik.

Atau misal kita ingin minta maaf kepada seseorang. Butuh waktu ketika hatinya sedang tenang dan mau mendengarkan kita. Kondisi itu akan membuat peluang kita untuk dimaafkan lebih besar. Jika waktunya tidak tepat, bisa jadi ia malah tambah benci sama kita.

Makanya jangan asal bicara saja. Pilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya, apalagi itu adalah hal yang sangat penting. Jangan sampai kita tergelincir oleh perkataan kita sendiri. Kalau aku ditanya "Kapan waktu yang paling tepat untuk bicara?" maka saya tidak dapat menjawabnya karena saya yakin kita semua tahu jawabannya.

Mari kita buat proses bicara kita dengan orang lain menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggugah semangat.

Mulut

MULUTMU HARIMAUMU...... He...he...he...bukannya mau iklan lho ini. Tapi aku setuju saja dengan pernyataan itu. Tapi ternyata mulut itu tidak hanya bisa menjadi harimau tapi juga bisa menjadi angsa yang bisa bertelur emas. Seperti kata pepatah mulut itu bagai pedang yang bermata dua.

Suatu saat ia bisa mendatangkan kebahagiaan tapi di saat yang lain ia bisa menimbulkan banyak masalah. Semua itu sangat tergantung sama pribadi orang yang memiliki mulut tadi.

Mulut adalah jembatan yang menghubungkan antara dunia virtual di dalam otak dan hati kita dengan dunia nyata yang berada di luar tubuh kita. Maka dari itu mulut punya peranan yang sangat penting dalam menterjemahkan/mengekspresikan pemikiran dan perasaan yang kita miliki.

Ternyata tak semua orang punya mulut yang bisa merepresentasikan perasaan/pemikirannya sendiri. Maksudku, kadang yang kita ucapkan agak berbeda dengan maksud yang ingin kita sampaikan. Memang bukan hal yang gampang. Aku sendiri kadang juga merasa apa yang aku ucapkan tidak sepenuhnya murni apa yang aku maksud.

Karena ternyata banyak hal yang bisa diterjemahkan dari yang namanya mulut ini. Sebut saja kalimat yang kita gunakan, intonasi, bahkan gerak bibir pun mempunyai makna masing-masing. Untuk itu perlu bagi kita untuk berhati-hati dalam menterjemahkan maksud di dalam otak kita dalam kata-kata dan ekpresi mulut.

Hal yang baik selalu datang dari niat yang baik. Berkata dengan baik akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi kita sendiri dan orang yang mendengarnya. Betapa indahnya hidup ini ketika semua orang dapat mengeluarkan kata-kata yang selalu menyejukkan hati, menenangkan pikiran dan meluluhkan kebencian.

Tuesday, August 7, 2007

Salah Paham

Bukan hal yang besar sih sebenarnya tetapi hal yang satu ini yang sangat aku benci. Bukan benci beneran sih tapi agak sayang aja gitu, gak sebanding.

Gini lho, pernah ga kalian mengalami yang namanya salah paham. Rasanya gak enak dan lebih ga enak lagi karena setelah tahu bahwa permasalaha itu hanya virtual saja. Cuma karena salah komunikasi, salah mengerti dan salah memahami.

Kalo aku pikir-pikir sebagian besar permasalahan yang muncul dengan orang lain lebih disebabkan karena salah paham daripada masalah yang sebenarnya.

Contoh aja, ya. Suatu saat seorang kakak ingin menjemput adiknya yang pulang dari sekolah. Si kakak menunggu di tempat parkir karena jika menunggu di depan sekolah, selain panas juga agak mengganggu jalan. Sementara si adik langsung keluar dan mencari kakanya di luar pintu gerbang. Nha, kan ga bakalan ketemu tuh. Akhirnya si kakak mengira adiknya ga tahu diri udah dijemput tapi ga mencarinya sementara si adik mengira kakaknya ga bertanggung jawab karena ga menjemput dia.

Nha, permasalahan seperti itu sebenarnya bukan masalah yang besar jika kita melihatnya hal itu hanyalah salah paham. Tetapi kebanyakan orang terlalu emmperturutkan hawa nafsunya sehingga sesutau yang kecil menjadi besar.

Sayang sekali, hanya karena salah paham seseorang bisa kehilangan pekerjaannya, sakit hatinya, bahkan bisa terbunuh karenanya.

So, mari kita pikirkan terlebih dahulu. Chek & Ricek sebelum kita memutuskan tindakan apa yang akan kita ambil terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Permasalahan dengan orang lain sebenarnya akan segera selesai jika ada keterbukaan dan mau saling mendengarkan satu sama lain.

Dunia ini sudah berisi banyak masalah, baik yang kecil maupun besar. Jika kita memang ingin berkorban untuk menyelesaikan masalah maka berkorbanlah untuk menyelsaikan masalah yang sesungguhnya bukan masalah yang hanya karena salah paham.

Tuesday, July 17, 2007

Diam Tak Selamanya Emas

DIAM ITU EMAS. Begitu kata-kata yang biasa kita dengar. Tapi menurutku diam itu tak selamanya emas. Banyak hal yang justru menjadi masalah ketika kita diam saja tanpa melakukan apa-apa terhadap suatu stimulus yang datang dari luar.

Misalnya ketika kita mendapat nilai yang jelek pada suatu mata kuliah tertentu dan kita diam saja tanpa melakukan apa-apa. Mungkin justru orang akan bertanya padanya apakah ia "genap" artinya bahwa makhluk hidup itu kan memiliki ciri-ciri peka terhdap rangsangan di mana ketika mendapat rangsangan maka ia akan melakukan tindakan sebagai respons.

Kadang diam itu memiliki banyak arti. Contoh :

  • Orang diam karena ia terlalu takut untuk melakukan suatu tindakan. Dalam benaknya terpikir bahwa jika ia melakukan sesuatu maka rangsangan dari luar akan semakin besar dan ia tidak berani untuk mengambil resiko itu. Contoh : Dalam suatu sesi pendadaran kita dituntut untuk menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah kita lakukan. Dan sudah pasti dosen penguji akan bertanya. Jika kita menjawabnya maka dosen akan semakin penasaran untuk bertanya lebih banyak lagi. Jika sang mahasiswa diam saja barangkali dosen juga akan berhenti bertanya. Ketakutan sang mahasiswa untuk menghadapi banyaknya pertanyaan lain yang datang sendainya dia menjawab membuat dia memutuskan untuk diam saja. Yaa...meskipun akhirnya ia keluar dengan mendapat nilai C atau D. Apakah diam itu emas dalam hal ini?
  • Diam karena orang itu tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya terjadi pada orang yang kurang pengalaman dan minim wawasan. Apakah anda pernah mengalaminya? Pasti pernah. Misal seorang mahasiswa yang sedang konsultasi dengan dosen. Sementara sang dosen memberikan masukan mengenai materi yang sedang ditelitinya, ia sendiri bingung karena tak tahu apa yang disampaikan dosen. Sebenarnya ingin bertanya tapi takut dikira terlalu bodho, ingin membantah tapi tak tahu apa bantahannya, ingin menyela tapi takut dosennya marah. Akhirnya ia diam saja mendengarkan meskipun sebenarnya nggak dong sama sekali.
Nah, itulah beberapa hal yang membuat diam itu kadang tak selalu emas. Sebenarnya banyak hal yang bisa dijadikan contoh tetapi alangkah baiknya jika para pembaca sekalian merenungkan sendiri. Yang jelas, sudah sepantasnya bagi kita, manusia yang diberikan anugrah berupa otak untuk berfikir, selalu menanggapi segala macam stimulus yang datang kepada kita. Karena aku yakin bahwa sesungguhnya itu adalah takdir seorang manusia atau bahkan makhluk hidup.

Kesimpulannya, jika kita punya pemikiran maka sampaikanlah tetapi jika kita memang tidak tahu maka diam dan berfikirlah untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan.

Sunday, July 15, 2007

Bersikap Terbuka

Banyak hal di dunia ini yang pernah atau akan dilalui oleh seorang manusia. Entah itu yang menyenangkan ataupun yang kurang menyenangkan. Tetapi semua itu adalah sebuah kepastian yang tak dapat dipungkiri oleh siapapun juga. setiap kita pasti pernah mengalami salah satu kejadian tersebut. Yang menyenangkan misalnya : masuk PTN favorit, dapet nilai yang bagus saat ujian, dapat teman baru saat masuk kuliah, atau hanya sekedar dipuji seseorang yang kita cintai pun bisa membuat hati kita senang.

Tetapi di lain pihak kita juga sering mengalami suatu kejadian yang membuat hati menjadi sedih. Misal : dapet nilai jelek saat ujian, ada orang yang mengejek kita, dimarahi oleh seseorang, kecelakaan, dan lain sebagainya. Semua itu membuat hati menjadi sedih dan kadang mempengaruhi psikologi yang ada dalam diri kita.

Sebagai makhluk sosial maka kita tidak akan pernah lepas dari orang lain karena memang pada dasarnya kita tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Setiap hal yang terjadi (entah menyenangkan ataupun menyedihkan) pada dasarnya seperti energi. Di mana energi itu tidak dapat diciptakan atupun dimusnahkan. Ketika kita mengalami suatu kejadian seolah-olah kita mendapatkan suntikian energi dari luar.


Jika suntikan itu berupa energi positif(menyenangkan) maka akan menjadi berlipat ganda ketika diteruskan kepada orang lain(diveritakan/dibagi bersama orang-orang di sekitar kita). Sebaliknya jika suntuikan itu berupa energi negatif (kurang menyenagkan) maka energi tersebut akan semakin berkurang ketika dibagi dengan orang lain.

Nha, di situlah kuncinya. Suatu perasaan, ketika sembunyikan dalam diri akan terus seperti itu, tidak berkurang ataupun lebih. Tetapi jika dibagi bersama orang lain akan menjadi suatu hal yang sungguh menyenangkan. Kesedihan berkurang sedangkan kegembiraan bertambah. Itulah sebuah misteri yang bahkan tak akan pernah dapat dijelaskan dengan teori matematika.

Wednesday, July 11, 2007

Liburan

Bulan Juli adalah bulannya liburan, baik sekolah maupun kuliah. Biasanya kita akan bingung mau ngapain pada saat liburan ini. Ada mengisinya dengan pergi ke rumah sanak saudara, bertamasya ke tempat-tempat wisata, tapi ada juga yang justru bengong-bengong di rumah.

Sebenarnya masa liburan adalah masa yang sangat potensial bagi kita yang masih mengenyam pendidikan untuk menambah pengetahuan kita di luar pelajaran yang kita terima di sekolah. Dalam waktu yang cukup lama (2 minggu bagi yang masih sekolah dan 2 bulan bagi yang udah kuliah) kita bisa menamatkan berapa buah buku, mempelajari berapa macam ketrampilan(misal bahasa pemrograman, musik, dll). Artinya, waktu yang biasanya sibuk dan sekarang menjadi kosong dapat kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat. Lebih dari sekedar bengong di rumah atau bermain-main saja.

Kalo aku sih, liburan ini aku isi dengan ikut Les English di salah satu lembaga. Yaa...kupikir sudah saatnya bagiku untuk menguasai bidang itu demi kebaikanku sendiri di masa mendatang. Terus terang baru kali ini, liburanku benar-benar lowong nggak ada kerjaan. Dulu aku masib ikut organisasi, jadi masa liburan justru menjadi sibuk untuk menyiapkanpenyambutan mahasiswa baru.

OK. Buat temen-temen sekalian met liburan. Semoga setelah liburan ini kita menjadi manusia baru yang lebih daripada sebelumnya. Good luck !!!!!

Friday, July 6, 2007

Keteguhan Hati

Rasanya tidak enak jika kita tidak punya keteguhan hati. Aku pernah merasakannya, bahkan mungkin saat ini aku masih sedikit merasakannya. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Bukan tak tahu sih sebenanrnya tetapi terlalu banyak pertimbangan yang muncul hingga akhirnya tak bisa memutuskan mana tindakan yang paling baik untuk dilakukan.

Paling enak memang punya keteguhan hati. Setiap tindakan kita menjadi mantap dan berani. Cuman bagaimana caranya agar kita selalu memiliki keteguhan hati? Pertanyaan itu yang sampai saat ini belum bisa aku jawab sendiri. Barangkali memang tidak gampang untuk mencari jawabannya. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku bisa mencapainya.

Aku membayangkan ketika aku punya keteguhan hati, setiap tindakan dan perkataan akan menjadi ringan dan menyenangkan. Walaupun tentu ada resikonya tapi itu semua tentu sudah ada yang mengaturnya. Dan aku yakin bahwa setiap manusia di dunia ini tak ada yang punya keinginan agar hatinya selalu terombang-ambing.

Sebagai orang yang punya intelektualitas tinggi (jika dibandingkan makhluk lainnya) maka sudah seharusnya kita memiliki sikap yang tegas dan bertanggung jawab. Kita menjalani hidup dengan berbagai macam tantangan dan hamabatan yang itu semua tidak mudah untuk dilewati. Keteguhan hati akan mempermudah perjalanan kita menuju tujuan puncak kehidupan seorang manusia.

Tuesday, July 3, 2007

Ketulusan

Di dunia ini kadang ada hal-hal yang tidak dapat kita mengerti. Pertanyaan yang sering ditanyakan kemudian adalah "mengapa". Tetapi tida sedikit orang yang tidak peduli sama sekali sehingga ia tidak akan ambil pusing dengannya. Aku pengen menulis tentang makna dan kekuatan yang bisa dimunculkan dengan ketulusan.

Kaitannya sangat erat dengan hubungan antara anak dan orang tua. Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap masa depan anaknya, biasanya orang tua sering memaksakan kehendak kepada anaknya karena ia merasa kehendaknya itu adalah hal yang terbaik. Saya tidak menyangkal hal tersebut karena memang orang tua yang notabene sudah punya banyak pengalaman hidup tentu lebih bijaksana dalam memilih perilaku yang baik dilakukan maupun yang tidak baik untuk dilakukan oleh seorang anak.

Masalah yang kemudian muncul adalah pada diri sang anak, terutama yang masih kecil. Perkembangan otaknya belum sempurna sehingga kadang belum bisa memahami apa yang baik buatnya dan apa yang buruk buatnya. Tentu saja termasuk keinginan orang tuanya. Tidak jarang kita mendengar ada anak yang membangkang perintah bapaknya, tidak hormat pada ibunya, dan lain sebagainya.

Aku punya sebuah cerita. Suatu saat ada seorang anak yang bersikeras ingin bermain pedang-pedangan. Ia meminta izin kepada ibunya untuk meminjam sebuah pisau betulan kepada ibunya. Terang saja sang ibu menolak dengan tegas karena takuta terjadi apa-apa pada sang anak. Sayangnya si anak tetap bersikeras dan memaksa ibunya untuk mengambilkan pisau di dapur. Sang ibu tetap tidak mau dan tidak mengizinkan. "Baiklah, kalo begitu biar saya mengambil sendiri." Kata sang anak. Baru tiga langkah sang anak berjalan ia terhenti karena mendengar suara isak tangis ibunya.

"Ibu, aku tidak jadi pinjam pisau. Ibu jangan menangis lagi!" Kata sang anak kepada ibunya. Nha, dari kisah itu tadi aku berpendapat bahwa ketulusan yang ditunjukkan sang ibu mampu menyentuh hati sanubari sang anak sehingga tanpa harus memaksanya, sang anak akan dengan rela menuruti perintah ibunya.

Saya yakin bahwa setiap manusia di dunia ini masih mempunyai hati yang akan luluh ketika melihat ketulusan seseorang. Kadang kita sangat mengandalkan otak dan otot kita untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Bukannya patuh, tapi bisa jadi ia malah membangkang. Maka dari itu, mari kita tunjukkan ketulusan kita ketika berhadapan dengan orang lain baik itu ketika meminta bantuan, berbicara, bertamu, atau apapun juga tidak terikat oleh batasan usia, jenis kelamin, pangkat, jabatan, dan kekayaan.

Monday, July 2, 2007

Malas


Tidak jarang kita (termasuk aku tentunya) malas untuk mengerjakan sesuatu. Contoh aja ya, habis makan (di rumah sendiri) trus seharusnya kan tuh piring ama gelas dicuci dan dikembalikan ke tempatnya. Tapi wuiii...h, males banget. Akhirnya, kita taryuh aja piring ama gelas tersebut di tempat cucian dan kita tinggal begitu aja. Berharap ada yang bakal mencucinya suatu saat.

Contoh lain, ketika ada tugas kuliah. Mau ngerjakan, wuiii...h, males banget. Toh masih seminggu lagi, pikirnya. Akhirnya mpe deadline belum juga dikerjakan, solusinya berangkat pagi-pagi, berharap ada yang sudah mengerjakan lalu menconteknya. Ato misalnya belajar. Hal yang membuat sebagian orang cepat mengantuk dan ga betah lama-lama. Kalo belum mepet ama ujian, biasanya kan males banget rasanya mau belajar.

Nha, itu semua adalah beberapa contoh peristiwa yang biasanya males untuk kita kerjakan. Dan sadar ato tidak sebenarnyasumber masalah yang paling potensial adalah "kemalasan" itu tadi. Coba, bayangin aja setiap kejadian kita sehari-hari. Saya yakin 99% bahwa permasalahan yang muncul pasti ada sangkut pautnya dengan yang namanya "kemalasan". Silakan dibayangkan, diingat-ingat, dan ditelaah sendiri...ya...!!!

OK. Kita udah tahu efek buruk dari kemalasan tinggal bagaimana kita mengatasinya. Yang dibutuhkan pertama kali adalah niat karena bagaimanapun juga niat adalah syarat utama tercapainya suatu cita-cita. Mantapkan diri kita, yakinkan hati kita bahwa kita bisa menaklukkan apa yang disebut dengan "malas" itu tadi. Sesuai dengan pepatah "Nothing impossible if we always think possible."

Apapun yang kita lakukan, semuanya pasti lewat otak. Maka dari itu gunakan otak kita di setiap tindakan yang bisa memunculkan sifat malas itu tadi. Intinya jangan malas berfikir. Contohnya begini nih. Habis makan, rasanya males untuk cuci piring. So, coba kita fikirkan. Apa sih susahnya cuci piring? Tinggal gosok-gosok, bilas dengan air bersih, selesai kan? Paling banter juga 2 menit selesai. Hal yang mudah seperti itu mengapa harus ditinggalakan padahal itu memang tugas kita.

Nha, sekarang kita mengerti bahwa hal yang sepele jika digabungkan dengan kemalasan bisa menimbulkan akibat yang cukup besar. So, mengapa kita harus bermalas-masalan? Bukannya sekarang saya sudah tidak punya rasa malas tetapi mari kita bersama-sama untuk menempatkan sifat malas sesuai dengan tempatnya. Karen yakinlah bahwa kemalasan akan memunculkan kemalasan berikutnya tetapi keberhasilan memunculkan semangat untuk mencapai keberhasilan berikutnya.

Tuesday, June 26, 2007

Suksesi

Suksesi. Apa sih itu? Mungkin kalo dalam sebuah organisasi berarti pergantian pengurus. Ya..memang itulah artinya. Kebetulan kemarin aku baru saja mengikuti sebuah ritual suksesi yang diadakan oleh MPM KMTE FT UGM di mana terjadi proses pelantikan pengurus baru bagi KMTE FT UGM.

Kupikir berkembang atau tidaknya sebuah organisasi juga sangat tergantung pada yang namanya suksesi ini. Bagaimana tidak? Misi yang sudah diusung oleh kepengurusan sebelumnya harus dapat dipelajari oleh pengurus baru sehingga dapat melanjutkannya. Biasanya dalam kata sambutan ketua baru, mereka sering mengatakan "Kepada teman-teman pengurus, mari kita mulai dari awal membangun organisasi ini...bla...bla..." Sebenarnya kurang benar, menurutku. Seharusnya bukan mulai dari awal tetapi melanjutkan keberhasilan yang sudah dicapai sebelumnya.

Maka dari itu, penting bagi pengurus lama untuk mentransfer segala macam keberhasilan dan target yang telah tercapai kepada pengurus baru sehingga mereka dapat mengira-ira, mulai dari mana mereka membangun kejayaan organisasi. Ibarat oleh raga, kepengurusan itu seperti lari estafet dimana pelari yang satu melanjutkan pelari lainnya dengan membawa visi dan misi yang sama.

Untuk pengurus baru KMTE FT UGM, selamat mengemban amanah. Lanjutkan perjuangan pengurus sebelumnya. Kembangkan kejayaan KMTE sampai batas yang bahkan tidak pernah kita bayangkan.

Sunday, June 24, 2007

Santai Menghadapi Masalah

Pernah ngga kita dapet masalah? Huufff....pertanyaan bodoh, ya. Ya pernahlah. Setiap orang pasti pernah dapat masalah. Bukan hal yang istimewa, tetapi yang istimewa adalah meskipun punya masalah tetapi kepala tetap dingin, logika masih tetep jalan, dan suasana hati tetap menyenangkan.

Tadi temenku nanya, gimana sih supaya bisa mewujudkan hal-hal di atas? Emang sih, kebanyakan dari kita (termasuk aku tentunya) ketika dapat masalah hidup menjadi kurang menyenangkan, "grusa-grusu" bahasa jawanya. Itu wajar, tetapi akan lebih menyenangkan jika kita bisa berfikir tenang meski banyak masalah. Aku punya beberapa pemikiran....

Artikel dahulu kan aku bilang bahwa sebenarnya hal yang bisa memunculkan "masalah" adalah ketika suatu stimulus yang datang dari luar tersikapi dengan tidak benar. Sikap sesungguhnya berasal dari pemikiran dan pemikiran berasal dari otak. Yup, itulah kuncinya.

Otaklah kuncinya. Kita nggak bisa mengubah sesuatu yang ada di luar diri kita. Misal deadline tugas kuliah(nggak bisa kita undur), mendapat nilai jelek(kita nggak bisa mengubahnya, dalam waktu singkat maksudnya), dll tetapi kita dapat mengubah sesuatu yang ada dalam diri kita. Apakah itu??? Ya otak itu tadi, kok masih nanya...he...he...he...

Maksudnya, misal deadline tugas besok pagi. Coba kita pikirkan lagi misal kita "grusa-grusu" tidak akan membuat tugas kita cepet selesai, ato jika hati kita cemas, khawatir, bingung ato apalah, hal itu juga tidak membuat tugas kita cepet selesai. Justru mungkin malah menambah beban pikiran saja.

Sekarang coba kalo kita berusaha tenang dan santai. Tentu hal itu juga tidak membuat tugas kita cepet selesai. Toh sama-sama tidak membuat tugas kita cepet selesai mending kan milih yang santai dan tenang. Dan kadang ketenangan itu membuat pikiran kita jernih dan lebih mudah berfikir daripada cemas dan khawatir.

Jadi, coba kendalikan otak kita. Di luar tubuh bukan kuasa kita tetapi di dalam tubuh total dalam kendali kita. Mengapa kita tidak mengendalikan apa yang bisa kita kendlikan saja, daripada berusaha mengubah hal yang ada di luar kuasa kita.

Tuesday, June 19, 2007

Masalah

Darimana datangnya masalah? Itulah pertanyaan yang kadang aku tanyakan pada diriku sendiri pada saat masalah datang berkunjung di beberapa waktu kehidupanku. Adakah yang bisa menjawab pertanyaan itu? Saya yakin tidak semua orang bisa menjawabnya. Tetapi memang pertanyaan itu tidak aku ajukan untuk siapapun, tetapi memang khusus untuk diriku sendiri.

OK. Sekarang, apa sih masalah itu? Suatu keadaan yang membuat hidup menjadi agak kurang mengenakkan, kurang bergairah, kurang menyenangkan tetapi kadang justru memunculkan semangat baru. Aneh memang tetapi itulah yang selama ini aku rasakan. Trus, sebenarnya masalah itu kata benda atau kata kerja? Kalo aku memandangnya masalah itu kata benda karena ia bisa berkedudukan sebagai objek dan subjek....(Lho kok malah jadi pelajaran bahasa indonesia sih...????).

Contoh dari masalah adalah :

  1. Ada tugas mengerjakan laporan praktikum, deadline tinggal 1 hari tapi belum mengerjakan sama sekali...(Pusing deh....)
  2. Kuliah udah hampir 3 taon tapi IP-nya masih kurang dari 3....(Wah, repot juga tuh....)
  3. Mencintai seseorang tapi ternyata bertepuk sebelah tangan
  4. Libur panjang tapi nggak tahu mo ngapain..
Dan masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu persatu.......
Nha, kalo aku melihat berbagai contoh masalah yang aku sebutkan di atas kebanyakan berasal dari luar diri kita. Maksudnya ada stimulus yang datang dari pihak luar yang kemudian kita sikapi dengan nama masalah.

Kalo kita mau berfikir sejenak maka akan kita temukan bahwa sebenarnya stimulus yang datang dari luar itu bukanlah masalah. Masalah timbul ketika ada stimulus yang kita sikapi dengan perilaku yang salah. Contoh, misal ada tugas untuk membuat paper suatu mata kuliah. Maka sebenarnya hal itu bukanlah masalah. Dikatakan masalah ketika kita tidak segera menyelesaikan tugas itu dan sampai deadline hampir tiba baru kita menyadarinya dan akhirnya ribut sendiri.

Kesimpulanku adalah masalah itu tidak akan pernah menjadi besar ketika kita bisa menyikapi setiap stimulus yang datang dari luar dengan perilaku yang baik dan benar. Maka dari itu, pandai pandailah kita dalam menanggapi setiap hal yang datang dari luar diri kita.

Sunday, June 10, 2007

Memiliki dan Menjadi

Siapa sih yang ngga pengen bahagia? Ga ada orang di dunia ini yang ga pengin bahagia. Perasaan yang membuat seseorang menjadi bersemangat, punya motivasi kuat dan serasa kehilangan beban hidup yang amat berat.

Ngomong-ngomong apa sih yang bisa membuat orang bahagia? Hal itu bisa dikategorikan menjadi dua yaitu antara memiliki atau menjadi.
Gini nih....memiliki, artinya kita akan merasa bahagia ketika kita dapat memiliki sesuatu yang sangat kita inginkan. Misal, mobil mewah, rumah mewah, kekasih yang baik, dan seterusnya. Bahagia yang disebabkan karena "memiliki" cenderung bersifat sementara. Contohnya kita ingin memiliki handphone, maka kebahagian hanya akn terasa pada saat awal-awal memiliki handphone. Setelah itu, ngga tahu jadinya. Bisa jadi kita justru akan menginginkan sesuatu yang lebih dari pada itu.

Nha, yang kedua adalah menjadi. Contoh, kita ingin menjadi anak yang pandai, ingin menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara. Sepertinya hal yang satu ini lebih konstruktif daripada yang pertama. Bagaimana tidak? Kebahagiaan yang satu ini membutuhkan usaha dari dalam secara menyeluruh. Dan itu membuat seseorang meningkat derajat kemanusiannya daripada yang sebelumnya.

Tapi, bisa juga sih kedua hal di atas digabungin. Ya......pinter-pinternya kita ajalah untuk mengaturnya. Yang jelas kalo sesuatu bisa membuat kita bahagia maka kita harus mendapatkannya asalkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Batas Kebaikan

Berbuat baik merupakan hal yang sangat terpuji bagi seorang manusia. Tak terbatas oleh usia, jenis kelamin, pangkat, tempat tinggal atau apapun juga. Dunia ini akan sangat menyenangkan seandainya setiap orang mau berbuat kebaikan. Sayang, hal itu hanya ada dalam mimpi belaka.

Ok. Ngomong-ngomong soal berbuat baik ternyata masih ada orang yang sangat baik di dunia ini dan hidup pada zaman ini. Setidaknya itu pendapatku saat ini. Aku kenal dia, sangat baik. Marah, nggak pernah dia melakukan itu. Kata-katanya selalu membuat orang lain tenang. Aku bangga bisa mengenalnya.

Sampai aku berfikir. Sebenarnya kebaikan itu ada batasnya ngga sih? Kalo misalnya kita membantu orang lain kemudian ada yang bilang "Kamu terlalu baik deh sama dia?", apakah pernyataan itu bisa dianggap benar? Kalo benar, berarti kebaikan itu ada batasnya dan kata "terlalu" selalu berkonotasi pada hal yang negatif.

Tapi menurutku memang kalo kebaikan terlalu diumbar jadinya malah tidak baik. Seperti seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya sehingga apapun perintah anaknya selalu dituruti. Bukankah hal itu menjadi tidak baik? Jadi menurutku, kebaikan itu memang ada batasnya. Nha, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa jauh batas kebaikan itu?

Tidak bisa diukur, itulah jawabannya. Lagipula menurutku batas kebaikan itu sangat tergantung pada banyak faktor. Misalnya saja kebaikan orang tua pada anaknya tentu akan berbeda dengan kebaikan seorang kakak dengan adiknya. Pandai-pandai kita dalam bersikap.

Kesimpulanku adalah bahwa segala hal yang ada di dunia ini pasti ada batasnya. Apapun itu, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Wednesday, June 6, 2007

Senangnya Berbagi

Manusia ditakdirkan menjadi makhluk yang tidak bias hidup sendiri. Maka dari itu pada dasarnya, mereka lebih senang untuk bersama daripada sendiri. Aku pernah punya pemikiran dan pengalaman tentang senangnya pada saat sendiri tetapi ternyata betapapun senangnya saat sendiri akan lebih senang jika kesenangan itu dirasakan bersama.

Contoh sederhana saja, bagi orang yang suka main game di computer. Misalakan ditanyai satu-satu mereka yang suka main game tersebut mengenai lebih suka mana antara main sendiri (single player) dengan main bareng-bareng (multiplayer) maka yakin sebagian besar atau malah semuanya akan menjawab lebih suka multiplayer.

Contoh lain saat kita makan. Jika kita makan sendirian, bahkan makanan yang seharusnya enak menjadi tidak enak. Tetapi saat makan bersama (misal saat berkemah, rekreasi, dll) meski makanannya biasa-biasa saja tetep aja enak. Itulah kekuatan yang tersembunyi di balik kata "berbagi".

Begitulah sifat dasar kita dan kita tidak akan bias merubahnya. So, mengapa kita tidak saling berbagi saja. Tapi berbagi tidak hanya pada saat duka aja, saat suka juga dibagi. Aku yakin akan lebih puas dan menyenangkan.

Tuesday, June 5, 2007

Saat Ulang Tahun

Ada yang belum pernah ulang tahun? Pasti sudah semua dong, kecuali yang umurnya kurang dari satu tahun. Fenomena yang saat ini terjadi adalah bahwa ulang tahun adalah moment yang biasanya dirayakan dengan mengadakan pesta. Macem-macem juga pestanya, ada yang kecil-kecilan saja sampai yang mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk mengadakan pesta besar-besaran. Lalu, sebenarnya apa sih yang ingin didapat dari merayakan ulang tahun?

Menurutku yang lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi umur yang makin bertambah tersebut. Seperti sebuah nasehat dari seorang Ben Parker kepada keponakannya Peter Parker dalam film Spiderman :


"With great power comes great responsibility"


Sebuah kalimat dengan makan yang sangat mendalam dan menyeluruh. Power dalam kalimat tersebut dapat diterjemahkan ke dalam berbagai makna. Misalnya kekuatan fisik, Ilmu, kekuasaan, bahkan umur juga bisa dimasukkan ke sana.


Kita harus menyadari itu bahwa semakin bertambah umur kita maka tanggung jawab yang harus kita pikul pun otomatis bertambah. Ruang lingkup tanggung jawab tersebut juga semakin bertambah, misalnya dulu hanya terbatas pada keluarga, bertambah menjadi masyarakat sekitar, alu bertambah lagi ke lingkup negara, lalu bertambah lagi ke lingkup dunia, dan seterusnya.


Cuman kadang kita tidak bisa menentukan tanggung jawab kita itu apa. Nha, itulah yang harus kita cari terlebih dahulu. Yang jelas, pendapatku apa yang telah kita ketahui itulah tanggung jawab kita. Misal, ada orang yang sedang mencari sesuatu barang sedangkan kita mengetahuinya, maka kita punya tanggung jawab untuk memberitahunya. Atau ketika kita mempunyai saudara, teman, atau siapa saja yang kita kenal melakukan perbuatan yang kurang baik sedangkan kita mengetahuinya maka kita punya tanggung jawab untuk mengingatkannya.

Sunday, June 3, 2007

Pentingnya Berusaha

Dalam waktu dua minggu ke depan, jurusanku mengadakan ujian akhir semester atao UAS. Yaaa...itu adalah moment yang sangat penting buat memperoleh nilai yang bagus pada mata kuliah yang sedang diikuti. Bagimana tidak? Meski ga pernah merhatiin pas kuliah (misal tidur, baca komik, ngobrol ma temen, dll) kalo ujiannya bagus ya nilainya pasti bagus.

Seperti kata pepatah bahwa tanpa usaha maka tak ada hasil. Tadi aku ujian isyarat dan sistem, sebenarnya mata kuliah itu dah aku ambil tapi berhubung dulu nilainya kurang memuaskan maka aku ulang pada semester untuk memperbaikinya. Wuih, kupikir pada pengambilan yang kedua ini akan lebih mudah tetapi ternyata masih sangat sulit.

Aku mulai sadar bahwa ternyata usaha yang selama ini aku lakukan masih kurang. Setidaknya hal itu aku sadari karena masih tetap merasa sulit dalam mengerjakan soal ujian. Tapi ngomong-ngomong aku masih bisa mengerjakan satu atau dua soal kok.

Satu hal yang harus kita sadari bahwa seberapa besar kita harus berusaha untuk menggapai sesuatu tak pernah kita ketahui atau malah tak ada batasnya. Jadi, kadang kita merasa sudah cukup berusaha padahal sebenarnya belum. So, berusahalah terus untuk mendapatakan sesuatu sampai kamu mendapatkannya. Pokoknya sebelum keinginan kita tercapai, jangan pernah merasa cukup berusaha.

Saturday, June 2, 2007

Konsistensi

Kemarin bincang-bincang ma temen. Yaa.....biasalah ngalor-ngidul ngga karuan arahnya mo ke mana. Hingga akhirnya ia bertanya tentang permasalahan di Indonesia. Kita semua tahu bahwa Indonesia adalah negara yang beragama, sampai-sampai Negara menjamin kebebasan warganya untuk memilih salah satu agama sesuai dengan keyakinannya. Dan kita tahu bahwa setiap agama tidak ada yang mengajarkan kejelekan, bahkan justru melarangnya tetapi mengapa masih sangat banyak warga negara Indonesia yang berbuat hal yang tidak baik. Katakanlah korupsi merajalela di mana-mana, tayangan televisi semacam patroli, sergap, dll tak pernah sepi kekurangan berita. Lalu, teman saya itu bilang :"Lalu, apa gunanya beragama?"

Aku agak tersentak dengan pertanyaan itu. Aku kemudian teringat dengan sebuah cerita yang aku baca dari suatu buku :

Suatu ketika ada seorang pemuka agama yang berjalan dengan seorang pembuat sabun. Selama perjalanan si pembuat sabun selalu mengeluh pada sang pemuka agama. Yang dikeluhkannya sama persis dengan pertanyaan teman saya tadi. Mengapa di dunia ini masih saja banyak terjadi perilaku kejahatan padahal mereka memeluk agama, apa gunanya agama di dunia ini?

Si pemuka agama tak bisa menjawab pertanyaan itu sampai mereka bertemu dengan beberapa anak yang sedang main lumpur. Pemuka agama berkata:"Lihatlah anak-anak itu, meskipun mereka memakai sabun tetep aja kotor, ya kan?" Kontan pembuat sabun tersinggung dan langsung berkata :"Ya terang aja, mereka akan bersih kalo pakai sabun terus-menerus."

Yup, itulah intinya. Konsistensi, setiap hal di dunia ini butuh konsistensi agar bisa mendapatkan hasil yang diinginkan.

Tuesday, May 22, 2007

Benar Tidak Selalu Benar

Pernahkah kita bertengkar dengan seseorang? Atau minimal beda pendapat ajalah dengan orang lain? Pasti pernah. Nha, biasanya dalam kondisi seperti itu ego yang kita miliki keluar dan mendominasi sebagian besar ruang otak kita. Akibatnya kita menjadi seolah-olah tidak mau disalahkan, tidak mau dikritik, dan tidak mau menerima pendapat orang lain dan akhirnya kitalah yang paling benar.

Tetapi ngomong-ngomong soal benar, sebenarnya yang bagaimana sih yang dikatakan benar? Bagaimana suatu tindakan atau perkataan atau benda atau apapun juga dapat dikatakan benar. OK, masalah ini akan kita persempit saja mengenai perkataan yang benar. Mari kita ulas bersama-sama.

Menurutku suatu perkataan dikatakan benar jika memenuhi dua syarat kebenaran

  • Dari segi isinya memang benar
Misalnya kita ingin menasehati seorang anak yang mencuri "Kamu jangan suka mencuri!" Maka dari segi isinya sudah benar. Lain halnya jika kita bilang "Kalo mau mencuri yang banyak sekalian, toh sama-sama dosanya!" Jelas sekali dari isinya saja sudah tidak benar. Betul???

  • Cara penyampaiannya benar
Nha, ini juga penting. Percuma kita menyampaian sesuatu yang benar (isinya) tetapi salah dalam penyampaiannya. Menurutku hal itu tidak bisa dikatakan benar dalam arti yang sesungguhnya. Contohnya saja, kita ingin menyampaikan bahwa mencuri itu tidak baik. Dari isinya memang sudah benar tetapi jika kita menyampaikan dengan kasar dan arogan
maka tidak bisa dikatakan bahwa tindakan itu benar.

Banyak orang yang karena merasa bahwa apa yang disampaikannya benar maka ia tidak peduli cara menyampaiakannya. Aku pikir hal itu percuma, justru mungkin akan menyakiti perasaan orang yang ingin kita beri informasi. Maka dari itu, sampaiakanlah sesuatu yang benar dengan cara yang benar pula. Jangan sampai sesuatu yang benar tidak bisa diterima oleh orang lain hanya karena cara penyamapaiannya yang tidak benar.

Sunday, May 20, 2007

Tak Semua Musibah Merugikan

Pernahkan anda mengalami yang namanya musibah?
So pasti pernah dong..... Tapi kemarin aku mengalami musibah yang sangat aneh atau malah mungkin tidak bisa disebut musibah.

Beberapa waktu lalu aku mengalami kecelakaan. Aku sih tidak apa-apa tapi motorku mengalami perubahan. Ban depannya menjadi agak serong ke kiri. Aku sih tidak terlalu peduli dengan hal itu, toh motorku masih tetep bisa jalan. Lagian aku belum punya waktu tuk ke bengkel benerin ban yang agak serong tersebut.

Nha, kisah pun berlanjut. Sehabis mengerjakan tugas di rumah temen aku segera memutar motor tuk pulang. Eee....dasar nasib, ada motor lain dari arah kiri dengan kecepatan sedang, melintas cepat di depanku. Kontan saja ia menyenggol ban depan motorku. Kupikir aku lagi sial minggu ini, dua kali srempetan dengan orang. Tanpa menunggu waktu aku pun minta maaf pada orang tadi dan ia pun minta maaf kepadaku. Permasalahan pun selesai.

Kulanjutkan perjalanan pulang. Di jalan sempat aku menengok ban depanku, jangan-jangan tambah parah. Aku kaget, benar-benar kaget karena bukannya tambah parah, justru menjadi lurus seperti sedia kala. Kucabut perkataanku tadi yang mengatakan bahwa aku lagi sial minggu ini. Aku bersyukur saja karena tanpa ke bengkel motorku sudah sembuh sendiri. Aku bayangin aja kalo ke bengkel paling ditarik Rp 30.000,00. Nha, ini malah gratis.

Kesimpulanku adalah tidak semua musibah itu merugikan. Pasti ada hal lain yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita entah apa itu. Kita hanya harus bersabar untuk mengetahui maksud dari musibah itu. Untung saja waktu itu aku tidak langsung marah-marah karena aku pasti malu sekali pada diriku sendiri.

Monday, May 14, 2007

Tembakan Peringatan, Berbahayakah?

Kita tentu sering lihat di televisi, jika seorang polisi sedang mengejar penjahat maka ia tidak akan langsung menembaknya tetapi ia memberi tembakan peringatan terlebih dahulu yaitu dengan menembakkan peluru ke atas. Nha, aku terbayang kira-kira ke manakan peluru tersebut akan menjatuhkan dirinya? Pertanyaan selanjutnya adalah, jika ternyata peluru yang besarnya tidak seberapa tersebut mengenai kepala orang, apakah akan membahayakan orang itu ?

Aku punya sedikit pembahasan mengenai hal tersebut. Kita semua tahu bahwa setiap benda yang berada di dalam lingkaran atmosfir bumi pasti terkena yang namanya percepatan gravitasi. Artinya, jika benda dijatuhkan dari atas, maka ia akan mendapatkan percepatan konstan yang kalo tidak salah besarnya 9,8 meter per sekon kuadarat atau dibulatkan menjadi 10 meter per sekon kuadrat.

Apa makna dari angka tersebut? Setiap selang waktu 1 sekon, kecepatan dari benda tersebut (apapun bendanya yang jatuh ke bawah) akan bertambah sebesar 10 m/s. Bayangin aja jika kita menjatuhkan roti dari puncak monas(kecepatan awal = 0 m/s). Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke bawah misalnya 5 sekon. Maka kecepatan pada waktu sampai di tanah adalah 50m/s atau sama dengan 180 km/jam. Wow, luar biasa.....

OK. Kembali lagi ke permasalahan peluru nyasar tadi. Kira-kira, tembakan peluru tadi mempunyai puncak ketinggian yang cukup besar. Tentu waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tanah (dari puncak ketinggian tadi) juga cukup banyak. Dengan anggapan waktunya 5 sekon seperti pada contoh sebelumnya maka peluru akan sampai di tanah dengan kecepatan 180 km/jam. Menurutku, peluru besi dengan kecepatan seperti itu akan sangat berbahaya jika mengenai kepala orang.

Permasalahannya adalah, aku masih ragu dengan pemikiran di atas. Sepertinya ada hal yang kurang dalam pembahasan tersebut. Buktinya tidak ada satu kasus pun mengenai tembakan peringatan yang bisa membahayakan orang. Mungkin yang baca artikel ini bisa memberikan pendapatnya.

Wednesday, May 9, 2007

Pengorbanan dan Kesuksesan

Sepertinya judul di atas tidak terlalu menarik tetapi aku ingin menulis saja tentang dua hal di atas. Sadar atau tidak, kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain artinya di mana ada kesuksesan pasti ada pengorbanan. Kok bisa begitu? Mari kita mulai pembahasannya.

Pernah ga kita melakukan yang namanya pengorbanan? Pasti pernah dong.... Bahkan kita tidak sadar bahwa sebenarnya tindakan yang kita lakukan adalah sebuah pengorbanan. Kalo kita pikirkan sekali lagi sebenarnya pengorbanan itu suatu hal yang baik atau buruk sih? Tentu hal itu akan sangat tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya.

Yang jelas, menurutku pengorbanan bisa kita nilai hal yang buruk ketika tidak ada tujuannya. Betapa banyak orang berkorban demi sesuatu yang tidak sebanding dengan besarnya pengorbanan tersebut. Tentu kita harus memikirkan betul apa dan bagaimana serta akibatnya dari pengorbanan yang akan kita lakukan. Misalnya saja, kita rela lembur bermalam-malam untuk mengerjakan laporan praktikum untuk mendapatkan nilai yang baik. Tentu hal itu pantas untuk dilakukan.

OK. Aku pengin menghubungkan pengorbanan tersebut dengan kesuksesan. Kesuksesan ternyata bukan hal yang gratis, ada suatu hal yang harus dibayar untuk mendapatkannya, yaitu pengorbanan. So, jika kita ingin mendapatkan kesuksesan maka kita harus menemukan dulu apa yang harus dibayarkan untuk mendapatkannya. Bukan hal yang sulit sih sebenarnya tetapi membutuhkan komitment serta disiplin yang tinggi untuk melaksanakannya.

Contoh, jika kita ingin mendapat nilai yang baik pada salah satu mata kuliah yang kita ikuti. Bukan hal yang rumit untuk menemukan apa yang harus kita bayar untuk mendapatkan kesuksesan tersebut, yaitu belajar yang giat. Pelaksanaannya? Itu yang mungkin bagi sebagian orang sulit.

Pengorbanan memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan kesuksesan, artinya semakin besar kesuksesan yang kita inginkan maka semakin besar pula pengorbanan yang harus kita berikan. So, apa sih kesuksesan paling besar di dunia ini? Tak semua orang menyadarinya. Hal itu yang mungkin kemudian membuat beberapa orang terkesan hidupnya tanpa arah.

Kita harus mulai memikirkannya, supaya kita bisa menentukan besarnya pengorbanan yang harus diberikan. Seperti kata pepatah "Hidup yang bermakna adalah hidup yang terencana." Terencana maksudnya adalah kita tahu bahwa setiap hal yang kita lakukan adalah untuk mencapai satu tujuan yang sudah kita tentukan.

So, mari kita tentukan tujuan hidup kita......

Tuesday, May 8, 2007

Arus atau Tegangan sih ?

Tadi pas kuliah Teknik Optimisasi sempat bincang-bincang dengan Ashar, Cipto, dan Alfi. Tetapi yang kami bicarakan bukan tentang mata kuliah itu. Yang kami bicarakan tentang arus listrik.

Begini ceritanya. Semua anak elektro pasti tahu kalo yang menyebabkan kita kesetrum adalah arus listrik. Semakin besar arusnya maka semakin berbahaya juga bagi tubuh manusia (seandainya kesetrum tentunya).

Permasalahannya adalah mengapa PLN memberi peringatan pada berbagai peralatan dengan kalimat "AWAS TEGANGAN TINGGI", bukannya "AWAS ARUS TINGGI". Kan aneh tuh? Arusnya yang berbahaya tapi kok yang diingatkan justru tegangannya.

Berbagai pembicaraan panjang ternyata tidak mencapai titik temu. Ada yang bilang "Kan arus itu ada karena beda tegangan!" Yup, betul tapi sebenarnya itu tidak menjawab permasalahan. Inti permasalahannya adalah "Yang berbahaya kan arus, kok yang diingatkan tegangan?" Nah, buat temen-temen semua(khususnya yang kuliah di Teknik Elektro) gimana penjelasannya?

Saturday, May 5, 2007

Tentang "HATI"

Tulisan ini bukan untuk membahas judul di atas tetapi ada hal yang sebenarnya aku agak bingung mengenai "hati".

Hati, ternyata memiliki dua makna yang sangat berbeda.

Pertama, makna secara fisik. Tentu hal ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Seonggok daging berwarna coklat kehitam-hitaman yang berada di dalam salah satu rongga perut. Organ tubuh yang fungsinya menawarkan racun yang terkandung di dalam makanan yang kita makan. Tak perlu diperpanjang mengenai yang satu ini karena memang tidak ada yang membingungkan.

Nah, yang kedua ini. Misal ada orang yang ditolak cintanya maka ia akan sakit hati. Tentu yang dimaksud bukanlah sakit hati secara fisik tetapi yang lain. Pertanyaan yang selalu aku tanyakan dalam pikiranku adalah mengapa yang disebut itu hati? Mengapa bukan jantung, paru-paru, atau malah lambung saja.

Ya, mengapa harus hati. Padahal kalau kita hubungkan dengan makna hati secara fisik jelas tidak nyambung sama sekali. Beberapa kali aku memikirkan hubungannya tetapi tidak juga menemukan jawabannya.

OK. Aku hanya ingin membagi beberapa pemikiranku saja. Jadi, tingkah laku manusia itu dikontrol oleh dua hal, yaitu hati dan otak. Nah, dua hal itu yang nantinya akan menentukan sikap kita ketika kita mendapat suatu stimulus dari luar. Otak cenderung memberikan respon yang sesuai dengan logika sedangkan hati lebih kepada ikatan emosi.

Bisa jadi, kedua hal di atas dapat saling sinkron yaitu antara logika dan emosi. Misal, ketika kita punya uang 100.000 dan ada pengemis yang mendatangi untuk minta sedekah. Hati akan menyuruh kita untuk memberikan uang yang kita miliki. Sedangkan otak mengatakan memberikan uang 1000 dari 100.000 tidak akan rugi. Jadilah keduanya sinkron dan kita benar-benar memberikan uang 1000 kepada pengemis tadi.

Tetapi ada kalanya kinerja keduanya tidak sinkron, tergantung mana yang dominan. Dan kita tidak bisa menjustifikasikan kalo hati dominan akan lebih baik atau sebaliknya. Ada kalanya pemikiran hati lebih baik daripada otak dan bisa jadi pemikiran otak justru lebih baik daripada hati. Kitalah yang memutuskan mau mengikuti yang mana.

Gambarannya begini. Misal, di tengah jalan kita dihadang oleh segerombolan preman yang kemudian mengejek kita habis-habisan. Hati akan sangat terluka dan menyuruh kita mengambil tindakan pembelaan diri. misal memukul orang itu. Tetapi otak memberikan pemikiran lain, dia mengatakan memukul orang itu akan merugikan diri sendiri karena jumlah mereka lebih banyak dan lebih kuat. Mana yang akan kita ikuti, sangat tergantung pada kita sendiri. Mau memilih pemikirannya otak atau hati? Yang jelas dalam hal ini, otak lebih baik daripada hati.

Pada peristiwa lain, seorang ibu mempunyai anak yang sedang sakit flu. Dapat dipastikan bahwa banyak lendir yang ada di hidung anaknya. Sayangnya, si anak tidak bisa mengeluarkan sendiri. hati akan menyuruh kita untuk mengeluarkan lendir itu bagaimanapun caranya karena rasa sayang yang sangat besar(saya pernah melihat seorang ibu yang menghisap lendir dari hidung anaknya langsung dengan mulutnya). Tetapi otak mengatakan itu adalah tindakan yang menjijikkan. Sekali lagi, kitalah yang memutuskan sikap yang akan kita realisasikan. Tentu, dalam hal ini hati memberikan pemikiran yang lebih baik daripada otak.

Aku kemudian berfikir bahwa selalu ada ruang di dalam diri kita untuk berfikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan terhadap stimulus yang datang dari luar diri kita. Cuman, kadangkala kita tidak mempedulikan ruang tersebut sehingga mengambil tindakan sesuai dengan pemikiran yang pertama (otak atau hati). Hasilnya, tindakan tersebut tidak selalu yang terbaik dari semua alternatif yang ada.

Akhirnya, tidak ada yang lebih tahu tentang diri kita selain diri kita sendiri. Coba, suatu saat jika ada stimulus dari luar, berikan ruang yang cukup untuk memikirkan tindakan yang akan diambil. Thank you very much.......

Thursday, May 3, 2007

Bermain-main dengan Berat Benda

Tentu kita sudah sangat mengerti bedanya massa dan berat.
Ya, bila kita hubungkan maka hubungannya dapat ditulis sebagai berikut :

W = m . g

Berat adalah perkalian antara massa dengan percepatan gravitasi.
So, mari kita sedikit bermain-main dengan permasalahan berat ini.

Misal, saya punya sebuah kontainer kosong dengan berat total 10.000 N.
Nah, kemudian saya memasukkan 500 ekor burung merpati ke dalamnya dengan berat total 100 N. Logikanya berat total kontainer dengan burung merpati di dalamnya adalah 10.100 N. Betul?

Tetapi misalnya kita benar-benar menimbang kontainer yang berisi burung merpati tersebut dengan metode yang berbeda.

1. Burung merpati diberi makan yang ditaruh di lantai dasar kontainer sehingga seluruh burung menginjak lantai dasar tersebut. Yang berarti ada tekanan ke bawah oleh kaki burung merpati terhadap lantai.


2. Burung merpati diberi suara yang membuatnya terbang (mengepakkan sayapnya) di dalam kontainer. Yang berarti pula tidak ada tekanan yang disebabkan oleh kaki burung merpati.

Nah, pertanyannya adalah, apakah dengan dua metode penimbangan tersebut didapatkan hasil yang sama. Kalo sama, mengapa bisa begitu dan apakah sama juga dengan perhitungan secara matematis, yaitu sebebasr 10.100 N.

Sebagai gambaran saja ya, kalo kita menimbang berat badan, pasti kaki kita harus menyentuh timbangan sehingga timbangan tersebut dapat mengukur berat kita.

Siapa yang bisa kasih penjelasan aku beri acungan 4 jempol. OK!!!!

Wednesday, May 2, 2007

Menggeser Orbit Bumi

I come back.....he...he....he....
Habis nulis masalah lift tadi, jadi kepikiran masalah lain juga.
Ini masih berhubungan dengan hukum fisika sederhana.

Begini nih ceritanya. Kita semua tahu ya kalo bumi itu berputar pada porosnya dan juga berputar mengelilingi bumi berdasarkan orbit tertentu. Nha, misalnya nih ya, seluruh penduduk bumi dikumpulkan ke benua Amerika. Ntar yang mimpin Jos Bus juga ga pa pa.... Tetapi yang jelas ia harus memberikan komando kepada seluruh penduduk bumi dengan tegas dan lantang.

Tidak lupa sebelum memberi komando, sebaiknya baca bismillah dahulu (ha...ha...ha....tul ga?). Setelah itu, Jos Bus memberi aba-aba satu sampai tiga. Nha, dalam hitungan ketiga, seluruh penduduk bumi yang sudah berkumpul tadi melompat ke atas dan menghentakkan kakinya ke bumi secara bersama-sama. Mungkin kalo ini terealisasi bisa masuk Rekor Dunia....tul ga? Eh, jangan lupa setelah itu membaca alhamdulillah(ha...ha...ha...tul ga?).

Pertanyannya adalah, dengan perlakuan seperti itu apakah bumi akan bergoyang kemudian orbitnya bergeser? Ingat, seluruh penduduk bumi lho ini yang menghentakkan kaki...bukan sembarangan.

Coba kita renungkan bersama, apakah itu mungkin? Jangan lupa tuk menggunakan hukum-hukum fisika tuk menjawabnya. OK!!!

Selamat dari Lift Jatuh

Aku punya beberapa kasus sederhana nih tentang hukum-hukum fisika. Bukan hal yang rumit sih sebenarnya. Hanya saja mungkin perlu memutar otak juga untuk memahaminya.

Begini nih ceritanya. Apa sih yang paling ditakutkan kalo kita sedang naik lift? Yup....betul, takut kalo-kalo tali pengikat liftnya putus dan apa yang terjadi? Yup betul lagi, lift akan jatuh bebas ke bumi akibat gaya grafitasi. Bisa dibayangin ga ngerinya, wuiii.....h mengerikan deh pokoknya.

Nah, aku punya cara agar tetap selamat. Begini nih.... Sambil menunggu liftnya jatuh sampai ke bawah, alangkah baiknya kita membaca bismillah dulu...(ha..ha...ha...betul ga?). Nha, setelah itu tunggu sampai liftnya mendekati lantai dasar dan akhirnya begitu liftnya sampai ke dasar, kita melompat ke atas. Nah, logika sederhananya, yang membuat kita mati kan karena hentakan ke lantai yang sangat keras sehingga membuat seluruh tubuh kita hancur lebur. Dengan melompat ke atas maka tumbukan dengan lantai dasar dapat dihindari dan tentunya kita akan selamat. H......O.....R.....E....... BERHASIL-BERHASIL..... Eh, jangan lupa setelah itu membaca alhamdulillah(ha....ha...ha....tul ga?).

Ini asumsinya, kita melompat tepat saat lift sampai ke lantai dasar dan tidak terjadi ledakan...OK!!!

So, gimana menurut pendapat kalian?

Tuesday, May 1, 2007

Pendaki Gunung

Hari Sabtu kemarin (28 April 2007) ada pendakian bersama ke Gunung Merbabu yang dilaksanakan oleh Divisi ELMC Departemen MIKAT KMTE. Sayang aku nggak ikut jadi cuman bisa liat photo ama cerita dari temen-temen yang ikut doang. kayaknya asyik sih, tapi ya sudahlah...lha wong udah terlanjur kok.

O, iya ngomong-ngomong soal mendaki gunung nih aku punya analogi. Jadi, hidup ini saya analogikan sebagai sebuah proses pendakian yang minggu lalu pernah anak-anak elektro lakukan. Lho kok bisa? Begini ceritanya.......

Orang mendaki gunung pasti tujuannya hanya satu yaitu mencapai puncak. Semakin kuat keinginan si pendaki untuk sampai ke puncak maka semakin semangat juga dalam mendaki. Segala macam rintangan akan dengan mudah dilalui. Begitu juga dengan hidup. Apa sih sebenarnya tujuan puncak dari hidup? Nah, itu sebenarnya yang harus kita tentukan supaya bersemangat menghadapi segala macam rintangan hidup. Banyak orang yang ga pasti apa tujuan puncak hidupnya, akibatnya terkena musibah sedikit saja langsung stress, seolah-olah hidupnya sudah berakhir, bunuh diri. Sayang sekali bukan?

Mendaki gunung itu bukan hal yang mudah, banyak hambatan dan rintangan yang harus dilalui. Butuh kesiapan fisik dan mental untuk berani melakukannya. Buktinya tidak semua orang mau dan sanggup untuk ikut dalam pendakian tersebut kan? Begitu juga hidup. Sudah ketetapan pasti bahwa dalam hidup ini banyak rintangan yang harus dilalui. Kita harus mempersiapkan segala sesuatunya agar kita bertahan hidup. Mungkin kita sekarang nggak begitu merasakannya tetapi bayangin aja kalo kita tersesat di hutan. Kita harus berusaha keras untuk bertahan hidup, karena sebenarnya mempertahankan hidup itu adalah kewajiban bagi setiap makhluk hidup. Orang yang bunuh diri berarti orang yang tidak tahu kewajibannya.

OK, mari kita lanjutkan. Setidaknya kita sudah melalui tahapan pertama tersebut. Kita sudah terlanjur hidup jadi mau tidak mau kita harus mempersiapkan diri menghadapi rintangan yang akan terjadi kemudian. Sebenarnya rintangan adalah salah satu ujian untuk menambah derajat kehidupan kita. Nah dari sini saya bisa mengklasifikasikan orang ke dalam 3 kategori, yaitu :

1. Orang yang takut untuk naik gunung
Pernah ga suatu ketika kita mendapati sebuah peluang untuk maju tetapi beresiko? Pasti pernah, contohnya saja ditawari jabatan dalam suatu organisasi, ditawari membuka usaha baru, dll. Semua itu adalah hal-hal baru yang bisa membuat hidup kita lebih maju dan berkembang. Nha, orang jenis pertama adalah orang yang takut pada hal-hal yang baru. Melihat gunung yang tinggi sudah takut duluan, melihat peluang baru untuk maju tetapi takut untuk mengambilnya. Ia sudah puas dengan kehidupannya, puas dengan keadaannya yang sekarang. Akibatnya, orang seperti ini ngga bisa maju, hidupnya stagnan, konstan, datar, linear, ato apalah sebutannya.

2. Orang yang berani mencoba untuk mendaki tetapi begitu sampai tempat yang datar, ia sudah puas, memilih berkemah di situ dan tidak mau melanjutkan sampai ke puncak.
Lebih mendinglah, ia mau mencoba untuk merubah keadaan tetapi ia terlalu mudah puas, sehingga kemajuannya tidak begitu pesat. Misal, seorang pengusaha yang telah berhasil membuka usaha dan menguasai pasar dalam lingkup propinsi. Ia puas dengan keadaannya itu dan tidak mau mencoba mengembangkan usaha sampai ke tingkat nasional.

3. Orang yang tidak akan menyerah sampai ke puncak gunung
Nah, di antara ketiga orang tadi, inilah yang akan meraih tingkat kesuksesan paling tinggi. Bagaimana tidak, ia akan terus mengembangkan dirinya sampai puncak, pantang menyerah, apapun rintangannya akan dihadapi dengan segenap kekuatan. Kepuasan yang dicapainya melebihi orang pertama dan kedua, seluruh potensinya teraktualisasikan.

So, dari ketiga kategori tadi masuk golongan yang manakah anda? Semoga yang ketiga..... Yang jelas mari kita tentukan tujuan puncak hidup kita agar kita selalu termotivasi untuk mencapainya. Selanjutnya, akan ada banyak hal yang bisa menuntun kita sampai ke sana, tentu dengan resiko yang tidak kecil. Berusahalah terus teman......

Monday, April 30, 2007

Prinsip Hidup

Beberapa waktu lalu angkatan 2004 jurusan teknik elektro UGM mengumpulkan data angkatan yang dimaksudkan untuk mengisi buku angkatan yang akan segera dibuat kemudian. Kebetulan aku diberi tanggung jawab sebagai salah satu PJ konsentrasi dan bertugas manarik data dari para 2004'ers. Ada beberapa fenomena menarik yang aku temui di sana.

Dari beberapa data yang harus diisi, salah satunya adalah "prinsip hidup". Bukan hal yang rumit sih sebenarnya tetapi dari sekian banyak yang harus diisi, hal yang satu inilah biasanya yang membutuhkan pemikiran dahulu. Misal, tengok sana tengok sini, tanya sana tanya sini, dll. Yang lainnya sih begitu mbaca pertanyaannya langsung ditulis dengan lancarnya. Kemudian aku bertanya, mengapa?

Pada dasarnya setiap orang yang hidup membutukan prinsip atau pegangan dalam menjalani kehidupannya, ya kan? Padahal kita sudah hidup kurang lebih 20 tahunlah. Jadi, misalnya dalam satu tahun ini kita hidup berdasarkan suatu prinsip. So, begitu ada pertanyaan tentang prinsip hidup, bukannya hal itu seharusnya sudah ada dan tinggal ditulis? Mengapa harus mikir dulu?

Lalu aku mengambil kesimpulan bahwa kadang kita (bahkan saya sendiri juga) lupa apa prinsip yang kita pegang untuk menjalani hidup ini. Kelupaan inilah yang kemudian menimbulkan berbagai macam masalah, musibah, bencana, dll. mempunyai prinsip dalam hidup itu penting karena hal itulah yang membedakan kita dengan anak-anak, kita dengan orang gila, dan kita dengan binatang. Eit, tunggu dulu bahkan ternyata binatang pun punya prinsip hidup yaitu mencari makan dan berkembang biak. Apapun akan mereka lakukan demi mendapatkan keduanya.

So, mari kita temukan prinsip kita masing-masing dan menjalani hidup sesuai dengan prinsip tersebut tentu akan memunculkan kepuasan tersendiri. Ntar kalo disuruh ngisi tentang prinsip hidup ga usah bingung lagi karena sudah ada dan sudah dijalani, ya kan?

Sunday, April 29, 2007

Telingaku

Ini cerita nyata pengalamanku selama dua hari ini (28 - 29 April 2007)
Sudah menjadi kebiasaanku untuk membersihkan telinga setiap satu minggu sekali. Kebetulan hari ini (28 April 2007) adalah jadwalnya aku membersihkan telinga. Sehabis mandi segera aku raih cotton bud dan mulai memsukkannya ke telinga.

Malangnya, saat membersihkan telinga sebelah kiri, tiba-tiba justru menjadi buntu dan mulai saat itu aku seperti kehilangan sebelah telinga karena telinga kiriku hampir 80% tidak bisa mendengar suara apapun yang berasal dari luar. Beberapa cara aku coba untuk membersihkannya lagi tetapi tidak berhasil akhirnya aku biarkan saja karena kebetulan masih banyak acara di kampus.

Agak mengganggu sebenarnya karena tidak bisa mendengar secara utuh. Tetapi bukan itu hal yang ingin aku tulis di sini. Efeknya, setelah mengalami kebuntuan pada telinga kiri dan tidak bisa mendengar suara yang berasal dari luar melalui telinga kiri aku mulai merasakan atau lebih tepatnya mendengarkan hal-hal yang berasal dari dalam diriku. Ya, logikanya kalo telinga ditutup berarti suara dari luar tidak terdengar tetapi suara dari dalam justru terdengar lebih jelas.

Aku mulai mendengarkan dengan jelas suara detak jantung, desah nafas, kadang juga ketika kepalaku bergerak ada suara gesekan (mungkin itu suara otot) bahkan hal-hal yang aku sendiri tidak tahu suara apa itu. Yang aku ketahui adalah bahwa suara itu berasal dari dalam tubuhku. Awalnya sih aku pikir itu hal yang biasa-biasa saja tetapi setelah agak lama (hampir dua hari) aku mulai merasakan ada suatu makna dari masing-masing suara yang aku dengarkan dari dalam tubuh.

Masing-masing seperti ingin menyampaikan sesuatu. Misal, kadang nafasku terdengar lembut dan enak di dengar, iramanya juga enak untuk diikuti tetapi kadang juga menjadi kasar dan tak berirama. Aku jadi berfikir mengapa demikian dan aku menemukan jawabannya. Suara nafas yang pertama terdengar saat aku santai dan melakukan sesuatu yang baik tetapi suara nafas kedua terdengar saat aku melakukan hal yang kurang baik, bahkan hal sepele sekalipun(misal tidak menyapa orang yang dikenal, buang ampah sembarangan, dll)

Maka, aku mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya setiap elemen di dalam tubuh kita memberikan peringatan kepada kita saat ada hal-hal yang melenceng. Mungkin ini terlihat mengada-ada tetapi itulah yang aku alami. Hal yang mungkin belum pernah ada yang mengalaminya.

Kadang kita terlalu banyak mendengarkan hal-hal yang berasal dari luar diri kita tetapi kita lupa terhadap suara-suara yang berasal dari dalam diri kita. Seperti kata para penyair :"Setiap benda di dunia ini mempunyai suaranya sendiri dan semuanya bersuara untuk mengingatkan manusia akan keagungan Tuhan."

NB: Mpe sekarang telinga kiriku masih buntu karena tadi ke GMC tapi disuruh banyak mengunyah dulu karena terlalu dalam penyumbatnya. So, minta doanya ya supaya segera dapat di ambil kotorannya. THX

Thursday, April 26, 2007

Tentang Aku

Siapakah aku?

Pernahkah kita menanyakan pertanyaan di atas? Kalo belum coba tanyakan pada diri kita sendiri. Dan seharusnya kita dapat menjawabnya dengan mudah dan lancar.
Tetapi kenyataannya tidak semua orang dapat menjawabnya dengan lancar, harus mikir ini itu untuk menentukan siapakah aku. Memang banyak orang mengatakan bahwa yang paling tahu tentang diri kita hanyalah diri kita sendiri dan tentu saja sng pencipta.

Sebagai makhluk yang dibekali dengan otak yang kemampuannya sungguh luar biasa maka sudah sepantasnyalah kita merenungi siapa diri kita sebebenarnya. Tak hanya tentang apa kelebihan dan kekuranganku tetapi juga mengapa kita hidup, apa kewajibanku, apa hakku, bagaimana seharusnya aku bersikap dan lain sebagainya merupakan beberapa pertanyaan di antara sekian banyak pertanyaan tentang diri kita yang harus kita jawab.


Misalnya aku adalah seseorang yang dilahirkan dari keluarga yang berada. Pernahkah kita mnerenungkan mengapa demikian, mengapa aku tidak dilahirkan dari keluarga miskin, tak mampu, melarat. Kadang tak sempat kita memikirkannya. Entah tak sempat atau memang tidak menyempatkan diri.

Begitu malang nasib orang yang tidak mengenal dirinya seutuhnya. Hidupnya hanya akan bergantung pada orang lain, tidak punya prinsip, dan akhirnya hilang tanpa ada yang merasa kehilangan. Megnenaskan, mungkin itu kata yang pantas untuknya.

Maka dari itu, aku berusaha untuk mengetahui siapa diriku sebenarnya lebih dari siapapun di dunia ini. Pencarian ini tak akan berakhir sampai ajal menjemput tetapi memang itulah takdir manusia. Menemukan jati diri sebagai makhluk paling cerdas di bumi ini.

Monday, April 16, 2007

Belajar

Setiap orang pasti tahu kata ini, tetapi ternyata tidak semua orang bisa memahaminya
Belajar adalah sebuah proses yang tidak selesai dalam waktu yang singkat, sayangnya tidak sedikit orang yang memaknai belajar sebagai sebuah hasil
Akibatnya mereka tidak siap terhadap segala resiko terburuk yang bakal menimpa akibat dari belajar

Pernahkah kita mengalami kegagalan? Pasti pernah tetapi bukan kegagalan itu sendiri intinya
Setiap kejadian yang kita lakukan setiap hari merupakan sebuah proses belajar yang panjang dan saling terhubung
Artinya tidak ada satu kejadian pun yang dapat berdiri sendiri karena pada dasarnya semua kejadian mengacu pada hukum sebab akibat

Yang harus kita lakukan adalah mencari hubungan antara kejadian yang satu dengan kejadian yang lainnya. Itulah yang disebut dengan belajar, belajar yang sesungguhnya..
Cuman kadangkala ada beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kita telah belajar
Misalnya, di sekolah kita mengenal adanya ujian, ulangan, PR, dan lain-lain

Pada dasarnya setiap proses belajar harus kita beri parameter agar kita mengetahui perkembangan yang telah kita capai
Dan memang parameter yang telah disebutklan di atas merupakan sebuah mata pisau bermata dua. Maksudnya, kita harus siap terhadap apapun hasil yang ditunjukkan oleh parameter tersebut.

Buruk, kata yang seringkali membuat stress dan putus asa. Tetapi apakah yang buruk itu memang benar-benar buruk.
Enstein telah mengemukakan teori relatifitasnya yang ternyata itu tidak hanya berlaku pada benda-benda fisis saja tetapi juga pada pandangan manusia
Misalnya saja kalo kita sedang menerima ketidakberuntungan. Sebagian besar pasti akan mengumpat dan mencaci maki tetapi ternyata jika kita memandangnya lebih luas dan dari sudut pandang yang berbeda maka kemungkinan besar sikap yang ditunjukkan juga akan berbeda. Semuanya memang serba relatif....

Wednesday, April 11, 2007

Pertama

Banyak orang yang begitu mendambakan menjadi yang pertama tetapi banyak juga yang takut dengan hal yang baru pertama kali dilakukan. Bahkan pertemuan pertama itu sangat menentukan kesan seseorang. Memang pertama adalah sesuatu hal yang sangat fantastis. banyak hal yang bisa digali dari kata pertama, banyak filosofi yang bisa diambil dari kata pertama

Pertama menentukan hal yang terjadi selanjutnya. Misalnya naik motor pertama kali, bisa menimbulkan ketagihan jika berhasil dan bisa menimbulkan sikap jera jika ternyata gagal. Tidak semua orang tahu dan memahami apa makna dari kata pertama itu, tapi yang jelas bukan saya salah satunya....

Blog ini juga merupakan blog pertama yang berhasil saya tulis. Semoga dari yang pertama ini bisa memunculkan yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya....