Sakit Tenggorokan
Takdir seorang manusi yang telah dilahirkan di dunia ini adalah dapat berbicara. Memang ada beberapa orang yang tidak diberi keistimewaan tersebut tetapi tetap saja pada dasarnya ia dapat berbicara. Dengan berbicara, manusia dapat mengutarakan banyak hal, menyelesaikan banyak masalah dan menemukan hal- hal baru. Apa jadinya jika seorang manusia tidak dapat berbicara?
Satu pertanyaan bodoh yang kadang diabaikan oleh sebagian besar orang. Tak banyak yang berfikir apa kira-kira jawaban dari pertanyaan tersebut. Seandainya kita mau untuk sekedar merenung demi menemukan jawabannya maka kita akan menemukan begitu banyak nikmat yang terkandung di sana. Bagaimana kita dapat memahami filosofi ini? Ada banyak cara yang bisa ditempuh oleh seseorang.
Kadang kita justru dapat merasakan manfaat seseuatu hal ketika kita merasakan kehilangan sesuatu tersebut atau setidaknya menjauh darinya. Ketika kita tidak dapat berbicara dengan lancer maka kita akan mampu menyelami sisi-sisi lain kemampuan berbicara manusia. Betapa tidak enaknya tidak dapat berbicara, atau katakanlah hanya sekedar gangguan tenggorokan sehingga membuat kita merasakan sakit luar biasa ketika mengeluarkan suara.
Sebenarnya bukan penyakit yang istimewa atau membahayakan tetapi Allah selalu memberikan hikmah di setiap kesusahan yang diberikan kepada manusia. Ada makna lain ketimbang hanya sekedar merasakan perih di tenggorokan, lebih menyakitkan lagi karena penyakit itu membuat kita susah berbicara dan yakinlah bahwa kesulitan kita dalam berkomunikasi dengan orang lain jauh lebih menyakitkan daripada rasa sakit itu sendiri.
Ketika ingin bercanda, suara yang susah dikeluarkan membuat canda yang seharusnya mengundang gelak tawa menjadi sesuatu yang garing dan memalukan bagi yang mengeluarkannya. Ketika kita ingin berdiskusi dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah menjadi hal yang tidak menyenangkan karena diskusi berjalan dengan alot dan berbagai hal yang bisa kita keluarkan menjadi tertambat.
Tak ada masalah tanpa penyelesaian. Bukankah segala macam hal di dunia ini pasti ada akhirnya? Pertanyaan selanjutnya adalah sampai kapan penderitaan itu akan berakhir? Sanggupkah kita menahan selama itu untuk mencapai pintu terang jauh di depan sana? Dan apakah proses yang dialami selama gangguan bicara ini bisa sebanding dengan keadaan normal? Tak ada yang tahu kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.
Satu pertanyaan bodoh yang kadang diabaikan oleh sebagian besar orang. Tak banyak yang berfikir apa kira-kira jawaban dari pertanyaan tersebut. Seandainya kita mau untuk sekedar merenung demi menemukan jawabannya maka kita akan menemukan begitu banyak nikmat yang terkandung di sana. Bagaimana kita dapat memahami filosofi ini? Ada banyak cara yang bisa ditempuh oleh seseorang.
Kadang kita justru dapat merasakan manfaat seseuatu hal ketika kita merasakan kehilangan sesuatu tersebut atau setidaknya menjauh darinya. Ketika kita tidak dapat berbicara dengan lancer maka kita akan mampu menyelami sisi-sisi lain kemampuan berbicara manusia. Betapa tidak enaknya tidak dapat berbicara, atau katakanlah hanya sekedar gangguan tenggorokan sehingga membuat kita merasakan sakit luar biasa ketika mengeluarkan suara.
Sebenarnya bukan penyakit yang istimewa atau membahayakan tetapi Allah selalu memberikan hikmah di setiap kesusahan yang diberikan kepada manusia. Ada makna lain ketimbang hanya sekedar merasakan perih di tenggorokan, lebih menyakitkan lagi karena penyakit itu membuat kita susah berbicara dan yakinlah bahwa kesulitan kita dalam berkomunikasi dengan orang lain jauh lebih menyakitkan daripada rasa sakit itu sendiri.
Ketika ingin bercanda, suara yang susah dikeluarkan membuat canda yang seharusnya mengundang gelak tawa menjadi sesuatu yang garing dan memalukan bagi yang mengeluarkannya. Ketika kita ingin berdiskusi dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah menjadi hal yang tidak menyenangkan karena diskusi berjalan dengan alot dan berbagai hal yang bisa kita keluarkan menjadi tertambat.
Tak ada masalah tanpa penyelesaian. Bukankah segala macam hal di dunia ini pasti ada akhirnya? Pertanyaan selanjutnya adalah sampai kapan penderitaan itu akan berakhir? Sanggupkah kita menahan selama itu untuk mencapai pintu terang jauh di depan sana? Dan apakah proses yang dialami selama gangguan bicara ini bisa sebanding dengan keadaan normal? Tak ada yang tahu kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.
No comments:
Post a Comment