Kenangan
Masa lalu adalah kenangan yang bias kita jadikan pelajaran demi memperbaiki perilaku di masa sekarang dan merencanakan penyempurnaan di masa depan. Banyak hal yang bias dikandung di dalam kenangan. Ada yang manis tetapi ada juga yang pahit. Semua itu menjadi sayur lodeh yang rasanya jauh lebih nikmat daripada hanya sekedar rasa manis dan pahit.
Kenangan yang manis seharusnyalah menjadi bahan pemikiran tersendiri bahwa Allah masih memberikan kasih sayangnya kepada kita. Mengingat hal-hal yang terasa manis di masa lalu membuat kita bertambah semangat dan termotivasi untuk berbuat lebih daripada itu. Mengingatnya membuat setiap sel-sel di dalam tubuh kita seolah terpompa dan menghasilkan energy-energi penggerak lebih agresif dan bertenaga.
Sementara itu, kanangan yang pahit memberikan suatu peringatan kepada kita bahwa masih banyak tugas-tugas kita di dunia ini yang diemban. Bahwa waktu yang hanya 24 jam sehari ini harus bias dimanfaatkan seefektif mungkin untuk melaksanakan amanah tersebut. Kenangan yang tidak menyenangkan menyadarkan kepada kita bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Selalu ada pertukaran yang berkebalikan antara dua hal.
Masing-masing kenangan tentu memiliki porsi tersendiri untuk selalu direnungkan. Terlalu banyak mengenang kurang baik karena sebanyak apapun kita mengingat, masa lalu tetaplah masa lalu yang tidak dapat kita ubah kondisinya. Sementara tidak mengingat kenangan di masa lalu juga rasanya kurang baik, terkesan sombong dan tidak sadar diri akan kelemahan kita. Jika kita sedang mengalami kesulitan di masa sekarang, bolehlah kita membayangkan kesenangan di masa lalu atau sebaliknya jika kita sedang mengalami kebahagiaan maka supaya tidak berlebihan dan berpesta pora maka ada baiknya kita mengingat kesusahan yang dialami di masa lalu tanpa mengurangi kebahagian yang kita rasakan sekarang.
Kesempurnaan hidup tak akan pernah kita dapatkan meski kita berusaha dengan sekuat tenaga, apalagi jika kita tidak berusaha sama sekali. Kenangan di masa lal, baik manis ataupun pahit, akan selalu memberikan pelajaran gratis kepada kita untuk selalu menyempurnakan sisi-sisi kehidupan dalam diri kita yang selalu saja ada cacatnya. Bukankah Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang kecuali orang itu mau berusaha dengan sekuat tenaganya sendiri untuk mengubahnya.
Kenangan yang manis seharusnyalah menjadi bahan pemikiran tersendiri bahwa Allah masih memberikan kasih sayangnya kepada kita. Mengingat hal-hal yang terasa manis di masa lalu membuat kita bertambah semangat dan termotivasi untuk berbuat lebih daripada itu. Mengingatnya membuat setiap sel-sel di dalam tubuh kita seolah terpompa dan menghasilkan energy-energi penggerak lebih agresif dan bertenaga.
Sementara itu, kanangan yang pahit memberikan suatu peringatan kepada kita bahwa masih banyak tugas-tugas kita di dunia ini yang diemban. Bahwa waktu yang hanya 24 jam sehari ini harus bias dimanfaatkan seefektif mungkin untuk melaksanakan amanah tersebut. Kenangan yang tidak menyenangkan menyadarkan kepada kita bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Selalu ada pertukaran yang berkebalikan antara dua hal.
Masing-masing kenangan tentu memiliki porsi tersendiri untuk selalu direnungkan. Terlalu banyak mengenang kurang baik karena sebanyak apapun kita mengingat, masa lalu tetaplah masa lalu yang tidak dapat kita ubah kondisinya. Sementara tidak mengingat kenangan di masa lalu juga rasanya kurang baik, terkesan sombong dan tidak sadar diri akan kelemahan kita. Jika kita sedang mengalami kesulitan di masa sekarang, bolehlah kita membayangkan kesenangan di masa lalu atau sebaliknya jika kita sedang mengalami kebahagiaan maka supaya tidak berlebihan dan berpesta pora maka ada baiknya kita mengingat kesusahan yang dialami di masa lalu tanpa mengurangi kebahagian yang kita rasakan sekarang.
Kesempurnaan hidup tak akan pernah kita dapatkan meski kita berusaha dengan sekuat tenaga, apalagi jika kita tidak berusaha sama sekali. Kenangan di masa lal, baik manis ataupun pahit, akan selalu memberikan pelajaran gratis kepada kita untuk selalu menyempurnakan sisi-sisi kehidupan dalam diri kita yang selalu saja ada cacatnya. Bukankah Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang kecuali orang itu mau berusaha dengan sekuat tenaganya sendiri untuk mengubahnya.
No comments:
Post a Comment