Ikhlas, Sulit Juga, Ya!
Masih ingatkah pada sebuah film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar? Tentang perjuangan seorang anak manusia yang belum mengenal Islam sama sekali pada awalnya untuk mendapatkan gadis yang dicintainya hingga ia menjadi manusia yang sadar akan keislamannya. Jika ingin mendapatkan anak gadisnya, sang bapak mensyaratkan tiga hal pada sang pemuda. Kedua syarat yang pertama dipenuhi dengan baik. Tetapi syarat yang ketiga membuat sang pemuda bingung dan hamper putus asa. Apakah syarat ketiga itu, hingga begitu sulitnya dipenuhi? Yup, betul ialah sang pemuda diminta untuk menguasai apa yang dinamakan “IKHLAS”. Dan apakah judul dari film itu? Yup, betul. Ialah Kiamat Sudah Dekat.
Tidak terlalu penting tentang judulnya tetapi hikmah apa yang dapat kita ambil dari film tersebut. Bahwa memang yang namanya ikhlas itu adalah hal yang sangat mulia. Allah memberikan pahala yang sangat besar kepada orang yang mampu menerapkan ilmu ikhlas di setiap sendi kehidupannya. Sehingga saking besar pahalanya maka sebanding juga dengan jalan untuk memperolehnya. Bukan hal yang mudah, semudah membalik telapak, tangan, untuk menerapkan ikhlas. Mengatakannya mungkin jauh lebih mudah.
Artinya, setiap orang pasti sudah tahu. Mungkin ada beberapa orang yang mengidentikkan kata ikhlas dengan kata pengorbanan. Bagaimana tidak? Hampir setiap keihlasan itu mengandung unsur pengorbanan, entah itu pengorbanan yang bersifat materi ataupun pengorbanan yang bersifat psikis. Contoh seorang manusia yang dengan ikhlas memberikan sejumlah uang kepada orang miskin yang sedang meminta-minta. Maka ia sudah berkorban sejumlah uang yang diberikannya. Atau seperti dalam film yang disebutkan di awal, seorang pemuda yang dengan ikhlas merelakan gadis yang dicintainya dijodohkan dengan pemuda lain karena ia tahu pemuda tersebut lebih baik darinya, maka sebenarnya ia telah berkorban dengan perasaannya.
Tetapi sebenarnya, ketika ikhlas itu sudah melekat di relung hatinya maka tidak ada kata pengorbanan lagi. Jika masih ada rasa berkorban maka keikhlasannya belumlah 100%. Walaupun memang saya rasa tidak ada yang mampu berbuat ikhlas sebesar 100%, sulit….sangat sulit. Tapi setidaknya kita berusaha untuk memperbesar efisiensi keihlasan di setiap tindakan yang kita lakukan. Sepertinya memang rugi, jika kita berfikir pendek. Tetapi sebenarnya ikhlas itu adalah sebuah investasi di masa depan atau bahkan di kehidupan mendatang. Bagaimana tidak? Setiap keihlasan yang kita lakukan, tabungan pahala kita akan bertambah yang berarti bobotnya dalam timbangan amal baik dan dosa juga akan semakin bertambah. Dan sebenarnya setiap kita berbuat hal yang baik, maka sesuatu yang baik akan dating kepada kita, tetapi entah waktunya kapan.
Tidak terlalu penting tentang judulnya tetapi hikmah apa yang dapat kita ambil dari film tersebut. Bahwa memang yang namanya ikhlas itu adalah hal yang sangat mulia. Allah memberikan pahala yang sangat besar kepada orang yang mampu menerapkan ilmu ikhlas di setiap sendi kehidupannya. Sehingga saking besar pahalanya maka sebanding juga dengan jalan untuk memperolehnya. Bukan hal yang mudah, semudah membalik telapak, tangan, untuk menerapkan ikhlas. Mengatakannya mungkin jauh lebih mudah.
Artinya, setiap orang pasti sudah tahu. Mungkin ada beberapa orang yang mengidentikkan kata ikhlas dengan kata pengorbanan. Bagaimana tidak? Hampir setiap keihlasan itu mengandung unsur pengorbanan, entah itu pengorbanan yang bersifat materi ataupun pengorbanan yang bersifat psikis. Contoh seorang manusia yang dengan ikhlas memberikan sejumlah uang kepada orang miskin yang sedang meminta-minta. Maka ia sudah berkorban sejumlah uang yang diberikannya. Atau seperti dalam film yang disebutkan di awal, seorang pemuda yang dengan ikhlas merelakan gadis yang dicintainya dijodohkan dengan pemuda lain karena ia tahu pemuda tersebut lebih baik darinya, maka sebenarnya ia telah berkorban dengan perasaannya.
Tetapi sebenarnya, ketika ikhlas itu sudah melekat di relung hatinya maka tidak ada kata pengorbanan lagi. Jika masih ada rasa berkorban maka keikhlasannya belumlah 100%. Walaupun memang saya rasa tidak ada yang mampu berbuat ikhlas sebesar 100%, sulit….sangat sulit. Tapi setidaknya kita berusaha untuk memperbesar efisiensi keihlasan di setiap tindakan yang kita lakukan. Sepertinya memang rugi, jika kita berfikir pendek. Tetapi sebenarnya ikhlas itu adalah sebuah investasi di masa depan atau bahkan di kehidupan mendatang. Bagaimana tidak? Setiap keihlasan yang kita lakukan, tabungan pahala kita akan bertambah yang berarti bobotnya dalam timbangan amal baik dan dosa juga akan semakin bertambah. Dan sebenarnya setiap kita berbuat hal yang baik, maka sesuatu yang baik akan dating kepada kita, tetapi entah waktunya kapan.