Sulitnya Mengatakan “........”
Sepertinya mudah saja, mengutarakan apa yang ada di dalam otak melalui mulut tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat menyusun kalimat yang baik dan enak di dengar. Akibatnya adalah tidak semua ide di dalam oak tersampaikan atau bisa jadi justru si pendengar menerima tidak sesuai dengan apa yang diutarakan. Maka dari itu, banyak orang yang kemudian mengatakan bahwa kepintaran seseorang dapat diukur dari kemampuannya berbicara di depan publik. Meski sebenarnya hal ini tidak bisa menjadi tolok ukur utama.
Kemampuan mulut untuk berbicara juga dapat terhambat jika kondisi dan situasi pada saat berbicara kurang mendukung. Sebagai contoh saja, ketika kita berhadapan dengan orang yang kita benci. Atau yang simple sajalah, ketika kita berbuat salah pada orang lain. Sebenarnya dalam hati mengatakan bahwa “Aku harus minta maaf padanya.” Tetapi karena harga dirinya terlalu tinggi atau orang yang menjadi korban adalah orang yang statusnya di bawah kita maka akan sangat sulit untuk sekedar mengatakan “Maafkan aku karena telah membuatmu terluka.”
Kondisi lain, ketika kita ingin mengatakan perasaan kita pada pria/wanita yang sangat kita cintai. Simple saja sih, hanya mengatakan “I love u” atau “Aku suka padamu” atau “Aku tresna marang sliramu” tetapi ternyata sulit sekali. Faktor ketidaksiapan akan resiko atau kedewasaanlah yang membuatnya bagitu.
Mulut juga merupakan pedang bermata dua. Jika kita salah mengeluarkan kata-kata maka bisa jadi akan membuat orang lain terluka dan benci dengan kita. Tetapi sebaliknya ketika kita mampu mengeluarkan kata-kata yang enak didengar, yang membuat kesedihan menjadi kegembiraan, yang membuat kelesuan menjadi semangat, dan yang membuat kebencian menjadi cinta. Hidup ini selalu memiliki pilihan. Tergantung kita yang menentukan pilihan mana yang akan diambil. Yang burukkah atau yang baikkah? Sebagai manusia yang berakal tentu kita akan memilih yang baik. Betul????
No comments:
Post a Comment