Senang dan Kecewa
Emosi yang dimilki manusia tentu ada dua bagian, yaitu emosi yang mengarah kepada kebahagiaan dan yang mengarah pada kesedihan. Dua macam emosi yang saling berlawanan tetapi kadang sangat berdkatan bahkan sulit dibedakan. Contoh saja emosi “senang” dan emosi “kecewa”. Keduanya memiliki efek yang berbeda. Tetapi jika kita sedikit merenungkan dua macam emosi itu bisa muncul dalam waktu yang hampir bersamaan, berlanjut begitu saja.
Ketika kita masih kecil, kita pasti masih ingat bahwa kadang oang tua memmberikan suatu hadiah kepada kita untuk membuat hati kita menjadi senang. Misal, kita dibelikan permen, ice cream, balon, bahkan yang agak mahal harganya seperti robot-robotan, mobil-mobilan, sepeda, dan lain sebagainya. Ekpresi yang muncul pertama kali pastilah kebahagiaan. Ketika ayah bilang “Nak, tadi ayah dari toko mainan, trus ayah membeli sesuatu untukmu!” Sementara barangnya masih disembunyikan dalam tas.
Dalam hati, kita pasti merasa sangat bahagia. Di satu sisi hal itu menunjukkan bahwa ayah sangat sayang kepada kita dan di sisi lain penasaran pada hadiah apa yang dibelikan ayah. Sayangnya ketika ayah menunjukan hadiah tersebut, ternyata adalah suatu barang yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Yaaa....katakalnlah sukanya mobil-mobilan truk tetapi ayah membelikan sedan, atau sukanya balon yang berwarna merah tetap ayah membelikan warna biru.
Emosi yang tadinya bahagia sekarang berubah 180 derajat menjadi kekecewaan. Dan karena waktu perpindahannya sangat cepat maka efek kekecewaan itu lebih sakit daripada biasanya. Seperti kalo kita jatuh, semakin tinggi kita jatuh maka akan semakin sakit. Tidak enak, tidak nyaman, dan sangat menjengkelkan pastinya. Suatu keadaan yang akan membuat segalanya menjadi hambar dan tidak berarti.
Dengan demikian kita menjadi tahu bahwa begitu dinamisna emosi manusia. Semakin kita bisa mengendalikan emosi tersebut maka kita akan semakin manusiawi. Karena segala pengaturan di dalam tubuh manusia dilakukan melalui otak. Nha, sebenarnya 100% otak berada di bawah komando kita hanya saja kadang kita tidak menyadarinya.
Mari kita menjadi manusia yang sebenarnya, manusia yang penuh dengan kontrol diri tanpa mengurangi rasa kemanusiaannya.
No comments:
Post a Comment